Oleh Muhammad Salim At-Tohiry
Membaca judul diatas mungkin pembaca sedikit kaget, kok ada orang yang ngajak orang lain untuk jadi pelaku cuci otak?! Bukannya cuci otak itu kerjaan orang-orang jahat, yang membuat korbannya tidak sadar diri –meski tanpak sadar—, mengendalikan korban dengan hipnotis sehingga sang korban akan melakukan apa saja demi kepentingan pelaku, misal meminta uang, perhiasan, dan sebagainya, atau bentuk kejahatan lain yang ada hubungannya dengan “kesadaran” diri?!
Membaca judul diatas mungkin pembaca sedikit kaget, kok ada orang yang ngajak orang lain untuk jadi pelaku cuci otak?! Bukannya cuci otak itu kerjaan orang-orang jahat, yang membuat korbannya tidak sadar diri –meski tanpak sadar—, mengendalikan korban dengan hipnotis sehingga sang korban akan melakukan apa saja demi kepentingan pelaku, misal meminta uang, perhiasan, dan sebagainya, atau bentuk kejahatan lain yang ada hubungannya dengan “kesadaran” diri?!
Anggapan sebagaimana paragraph awal di atas tidak salah sebenarnya,
tergantung dari mana atau bagaimana melihat “cuci otak” itu. Jika semua yang disebutkan
diatas adalah cuci otak, maka saya sepakat bahwa itu adalah perbuatan jahat.
Nah, coba sekarang kita melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Ok, kita
mulai dari definisi dulu agar tak bias ketika membicarakannya.
Kalo dalam sudut pandang penulis, sebenarnya cuci otak
secara bahasa tak ada masalah. Cuci adalah aktivitas membersihkan kotoran,
sedangkan otak adalah tempat disimpannya informasi dan pengaitan antar
informasi dan fakta. Kalo begini maka bisa kita langsung definisikan cuci otak
sebagai suatu aktivitas membersihkan otak dari segala bentuk informasi yang
bisa menghasilkan pemikiran kotor. Pemikiran kotor semacam ini diistilahkan oleh
orang-orang dengan sebutan piktor. Mungkin
definisi ini tidak ilmiah, tanpa referensi, karena memang tulisan ini juga
bukan tulisan ilmiah. Yang jelas, definisi inilah yang penulis pakai dalam
tulisan yang pembaca baca.
Melihat definisi yang demikian, maka sebenarnya cuci otak haruslah
selalu kita lakukan. Setiap hal-hal kotor dalam otak kita, yang akhirnya
melahirkan pemikiran yang juga kotor, harus selalu dicuci agar bersih. Penulis
rasa gak ada yang gak sepakat dalam hal ini. Jadi, kalo ada sedikit saja debu
di otak maka segeralah untuk dicuci. Tinggal sekarang kita harus tahu bagaimana
otak yang kotor, dan mana yang bersih.
Menurut penulis, otak itu pada fitrahnya bersih dan netral,
hanya saja isinya lah yang membuat kotor atau tetap bersih, tergantung bersih
atau tidaknya isi otak. Sedangkan isi –yang berupa informasi dan pengolahan
informasi— harus diberi standar, mana yang bersih dan mana yang kotor. Standar
inilah yang akan menjadi filter, pelindung, dan pembersih otak dari segala hal
yang mengotori otak. Apa standar itu? Apa Filter itu? Bagi orang islam jawabannya:
Aqidah.
Aqidah Islamiyah adalah asas. Ia merupakan pondasi dari
bangunan pemikiran seorang muslim. Ketika seseorang mengikrarkan diri untuk
berimana kepada Allah, Al-Qur’an, dan Rasulullah, serta segala turunannya, maka
saat itulah ia wajib menjadikan aqidah sebagai filter dalam melahirkan sebuah
pemikiran. Maksudnya, apa yang ia fikirkan haruslah melalui sebuah saringan
bernama aqidah tadi. Sedangkan aqidah menjelaskan rinciannya dalam kalamullah dan sabda Rasulullah saw,
Al-Qur’an dan Sunnah. Inilah filter kita, ini standar orang beriman, bukan yang
lain.
Sekarang coba kita sebutkan beberapa hal yang bersih, yang
lahir dari Al-Qur’an dan Sunnah yang bisa kita masukan ke dalam otak kita.
Diantaranya, Allah itu Tunggal, Muhammad itu Rasulullah dan khatamun nabiyyin,
Al-Qur’an adalah Kalamullah, sami’na wa atha’na terhadap ketentuan Allah dan
Rasul, Wajib menjalankan shalat lima waktu, Haram memakan barang haram,
dilarang bertransaksi ribawi, gak boleh menampakan aurat kepada selain mahrom,
harus birrul walidain, pencuri itu hukumannya potong tangan, jihad itu wajib,
punya khalifah itu tidak boleh tidak, bersatu dan tidak berpecah belah, wajib
menerapkan syari’at islam, wajib menegakan Khilafah, serta masuk islam secara
kaffah itu sebuah keharusan.
Apa yang saya sebutkan diatas hanya sebagian diatara sekian
banyak “hal-hal bersih” yang harus dimasukan kedalam otak orang beriman. Jika
ada seseorang yang didalam otaknya malah berisi hal-hal yang bertentangan
dengan “hal-hal bersih” ini, maka dengan pasti bisa disimpulkan otak yang
bersangkutan adalah kotor. Nah, bagi yang otaknya bersih, jangan menunda lagi
untuk segera membersihkan otak orang yang kotor tadi. Bagaimana caranya? Otak
yang bersih akan tahu jawaban pertanyaan ini.
Untuk menambah kejelasan bagaimana otak yang kotor, berikut
penulis menyebutkan diantaranya. Namun sebelumnya penulis ingatkan, jika
pembaca merasa apa yang akan penulis sebut ada didalam otak pembaca, maka jangan
menunda diri untuk mencuci otak pembaca sendiri, atau jika tidak mampu segera
datangi orang yang pembaca anggap punya otak bersih. Oke?
Ini dia beberapa “hal-hal kotor” yang harus diketahui agar
tidak masuk dalam otak. Diantaranya, percaya sama gunung, batu, atau pohon
bahwa bisa memberi mudharat atau manfaat, Allah itu gak punya dan gak bisa memberi
aturan hidup bermasyarakat, syari’at islam itu kejam, nasionalisme harga mati, ajaran
Muhammad budaya orang arab, Orang kafir juga masuk surga, carilah kesenangan
dunia dengan menghalalkan segala cara, pake baju seksi itu keren dan modis, gak pacaran gak gaul, dan demokrasi ajaran Islam.
Sekali lagi, silahkan pembaca scan otak masing-masing,
apakah ada “hal-hal kotor” di dalamnya. Jika ya, maka bersegeralah untuk men-delete semua itu. Jangan lupa, file
sampah di recycle bin harus juga
segera dimusnahkan agar otak anda tak kembali kotor. Sebaliknya, kalo di dalam
otak pembaca ternyata penuh dengan file-file putih, sebagai lambing sesuatu
yang bersih, saran saya untuk di lock secepat mungkin. Jangan biarkan virus
pembangkangan terhadap perintah Allah merusak tauhid dan ketaatan kita
kepada-Nya. Inilah cuci otak itu. So, jadilah pencuci otak manusia dan
berbangga hatilah karena saat anda jadi pencuci otak, berarti otak anda dalam
keadaan bersih. Insya Allah! []
0 komentar :
Posting Komentar
Ikhwah fillah, mohon dalam memberikan komentar menyertakan nama dan alamat blog (jika ada). Jazakumullah khairan katsir