[Al Islam 611] Salah satu momen penting dalam perjalanan dakwah Rasulullah saw., yaitu peristiwa Isra’ Mi’raj. Menurut riwayat Ibnu Sa’d dalam Thabaqat-nya
(juz 1, hal. 213), peristiwa Isra’ Mi’raj berlangsung delapan belas
bulan sebelum Rasulullah saw. dan kaum muslimin hijrah ke Madinah.
Allah SWT menggambarkan peristiwa ini dengan firman-Nya:
] سُبْحَانَ الَّذِي
أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ
الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَا
إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ[
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari al-Masjid al-Haram ke al-Masjid al-Aqsha yang telah Kami
berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. (TQS. al-Isra' [17]: 1).
Ujian Keimanan
Ibnu Hisyam dalam Sirah-nya (juz 1, hal 397) meriwayatkan
beragam kemukjizatan yang dialami Rasulullah saw. Diantaranya adalah
Buraq yang Beliau jadikan tunggangan selama perjalanan Isra’ dari
Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha, yakni hewan berwarna putih seperti
bighal (peranakan kuda dan keledai) yang memiliki sayap yang langkah
kakinya sejauh pandangan mata.
Allah SWT. juga mempertemukan Rasulullah saw. dengan para nabi dan
Rasul dan Beliau mengimami mereka. Selain itu Beliau pun diperlihatkan
beragam keadaan penghuni neraka dan azab yang mereka derita diantaranya
azab kepada pelaku riba, para pezina, dan pemakan harta anak yatim.
Peristiwa Isra’ Mi’raj secara keseluruhan mengokohkan kembali pribadi
Nabi saw. setelah menjalani hari-hari yang penuh penderitaan di tahun
kesedihan setelah Khadijah ra isteri belau wafat dan paman Beliau Abu
Thalib meninggal dunia. Sekaligus Isra’ Mi’raj itu juga menjadi isyarat
kemenangan Islam.
Lalu apa makna Isra’ Mi’raj itu bagi kaum muslimin? Dengan indah Ibnu Ishaq menuliskan, “Sungguh
pada peristiwa Isra’ yang beliau jalani dan apa yang beliau sebutkan,
di dalamnya terdapat ujian, seleksi, dan salah satu bukti kekuasaan
Allah. Di dalamnya juga terdapat pelajaran bagi orang-orang
berakal, petunjuk, rahmat pengokohan bagi orang yang beriman kepada
kekuasaan Allah dan membenarkannya.” (Sirah Ibnu Hisyam, juz 1, hal. 396).
Rangkaian peristiwa Isra’ dan Mi’raj memang diluar jangkauan akal
manusia sehingga sebagian orang yang lemah keimanannya berbalik murtad
karenanya. Keadaan ini pun dimanfaatkan kaum musyrik Quraisy untuk
menghasut kaum muslimin yang masih bertahan dengan keimanan mereka.
Namun ketika diprovokasi oleh kaum musyrikin soal Isra Miraj, Abu
Bakar ra malah mempertanyakan sikap kaum musyrik Quraisy yang masih
tetap mengingkari kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah saw., “Demi
Allah, jika itu yang Muhammad katakan, sesungguhnya ia berkata benar.
Apa yang aneh bagi kalian? Demi Allah, sesungguhnya ia berkata kepadaku
bahwa telah datang kepadanya wahyu dari langit ke bumi hanya dalam waktu
sesaat pada waktu malam atau sesaat pada waktu siang dan aku
mempercayainya. Inilah puncak keheranan kalian?”
Setelah itu Abu Bakar mendatangi Rasulullah saw. dan meminta Beliau
menjelaskan ciri-ciri Baytul Maqdis. Setelah Nabi saw. menjelaskan
dengan lengkap lalu Abu Bakar berkata, “Engkau berkata benar. Aku bersaksi engkau adalah utusan Allah!”. Rasulullah saw. menjawab, “Engkau Abu Bakar adalah ash-shiddîq (yang selalu membenarkan)!”
Sikap Abu Bakar ash-Shiddiq menunjukkan pribadi mukmin yang teguh
imannya di tengah arus opini yang hendak merusak keyakinan umat Islam
terhadap Rasulullah saw. dan ajaran Islam. Sikap seperti inilah yang
selayaknya diteladani oleh kaum muslimin pada hari ini. Tidak goyah
keimanannya saat kaum kuffar mencoba menghasut dan menyebarkan provokasi
yang menyesatkan. Sedikitpun tidak ada keraguan.
Maka amat kontradiktif dengan kondisi hari ini dimana ajaran Islam
justru diragukan oleh sebagian kaum muslimin. Malah bermunculan
intelektual, politisi, atau bahkan orang yang disebut ulama yang justru
menebarkan keraguan terhadap kebenaran ajaran Islam, bahkan
mendiskreditkan agamanya sendiri. Bila dulu kaum musyrik Quraisy yang
melakukan provokasi untuk meruntuhkan keimanan kaum muslimin, sekarang
justru sebagian tokoh Islam sendiri yang melakukan hal itu.
Bukan sekedar mempropagandakan pemikiran yang destruktif terhadap
ajaran Islam, tapi mereka juga mendiskreditkan Islam dan
kelompok-kelompok yang ingin menegakkan syariat Islam terus dilakukan.
Sebutan ‘radikal’, ‘garis keras’, ‘fundamentalis’, hingga ‘terorisme’,
disematkan bagi kelompok-kelompok yang konsisten memperjuangkan Islam.
Meragukan Islam; Menderita!
Allah SWT telah berfirman:
] وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ
بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ[
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya. (TQS. al-A'raf [7]: 96).
Allah SWT berjanji bahwa keberkahan dalam berbagai bentuknya akan
diberikan kepada penduduk suatu negeri jika mereka beriman dan bertakwa
yakni menerapkan syariah Islam secara total di tengah kehidupan mereka.
Namun sebaliknya Allah SWT juga memperingatkan :
] وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا… [
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit (TQS Thaha [20]: 124)
Imam Ibn Katsir dalam Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm
menjelaskan, “yakni menyalahi perintah-Ku dan apa yang telah Aku
turunkan kepad rasul-Ku, berpaling darinya, berpura-pura lupa
terhadapnya dan mengambil selainnya sebagai petunjuk “maka baginya
penghidupan yang sempit” yakni di dunia”.
Sikap istiqamah atau konsisten para sahabat dan kaum muslimin dahulu
terhadap ajaran Islam membuahkan kejayaan. Pada masa Khulafaur Rasyidin
misalnya, keberkahan telah mereka rasakan dengan amat luar biasa
diantaranya dalam bentuk kemakmuran hidup. Di dalam al-Bidayah wa an-Nihayah
diriwayatkan bahwa Khalifah Umar bin Khaththab ra. yakni negara
Khilafah mampu memberikan santunan tunai kepada setiap warga negara
Khilafah Islamiyyah, bahkan termasuk untuk bayi yang baru lahir. Itu
semua adalah keberkahan dan kemakmuran yang dijanjikan Allah SWT. bagi
penduduk negeri yang beriman lagi bertakwa.
Sebaliknya, manakala kaum muslimin meragukan apalagi meninggalkan
ajaran Islam maka kesengsaraan pun menghantam kehidupan mereka. Kondisi
inilah yang patut direnungkan oleh umat Islam di negeri ini saat ini.
Negeri ini memiliki kekayaan alam yang berlimpah, ironisnya angka
kemiskinan dan pengangguran masih tinggi. Masih ada sekitar 30 juta
orang miskin. Sementara angka pengangguran terbuka ada 7,7 juta (2011)
dan setengah penganggur 13,52 juta (2011). Juga masih ada jutaan anak
mengalami gizi buruk di tengah masyarakat. Hutang negeri ini pun sangat
besar, per akhir April 2012 mencapai Rp 1.903,21 triliun. Bila dihitung,
setiap warga Indonesia termasuk bayi yang baru lahir harus menanggung
hutang sebesar Rp 7,9 juta rupiah. Masyarakat juga makin sulit
mendapatkan rasa aman. Beragam kejahatan mengancam termasuk pembunuhan.
Negeri ini sungguh telah diberi berbagai karunia dan kenikmatan oleh
Allah SWT. Namun karunia itu belum membuahkan kemakmuran dan kehidupan
yang sejahtera dan baik bagi seluruh rakyatnya. Tiada lain hal itu
karena ditinggalkannya petunjuk Allah SWt dan syariah-Nya dan sebaliknya
justru akidah sekulerisme dan sistem demokrasi dan kapitalisme diambil
sebagai petunjuk dan jalan hidup. Kondisi ini tentu harus segera
disudahi, supaya negeri ini tidak ditimpa perumpamaan yang dinyatakan
oleh Allah SWt dalam firmannya:
] وَضَرَبَ اللَّهُ
مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ ءَامِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا
رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا
اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ (112)
وَلَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْهُمْ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ
وَهُمْ ظَالِمُونَ [
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri
yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah
ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat
Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. Dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka
sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan
azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (TQS. an-Nahl [16]: 112-113).
Wahai kaum muslimin!
Saat peristiwa Isra’ Mi’raj Abu Bakar digelari oleh Rasul saw sebagia ash-shiddîq
dikarenakan pembenaran dan keyakinannya terhadap berita Isra’ Mi’rajnya
Rasul saw. Saat ini sikap serupa sikpa Abu Bakar ra. itulah yang harus
kita tunjukkan. Sesungguhnya Rasul saw telah memberitakan kepada kita
dalam sabda Beliau:
« ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ »
Kemudian akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian, kemudian beliau diam (HR Ahmad)
Menyikapi berita dan janji Rasul saw tersebut, sehingga kita akan
menjadi “ash-shiddîq” abad ini, maka yang harus kita lakukan adalah
membenarkan dan mempercayai berita dan janji Rasul saw itu serta gigih
memperjuangkannya agar terwujud secara riil. Dengan itu pula keimanan
dan ketakwaan penduduk negeri ini bisa diwujudkan sehingga semoa
keberkahan akan diturunkan oleh Allah dari angit dan bumi. Kpaan lagi
hal itu kita wujudkan jika tidak sekarang? Wallâh a’lam bi ash-shawâb. []
Komentar:
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat
Walujanto mengatakan, tahun ini pemerintah berencana menambah utang
hingga Rp 134 triliun. Utang tersebut digunakan untuk menutupi defisit
anggaran. (republika.co.id, 11/6/2012)
- Negeri ini makin dalam terjebak dalam jerat utang. Jumlah utang per April 2012 tlah mencapai Rp 1.903,21 triliun. Sehingga tiap orang dari rakyat termasuk bayi baru lahir harus menanggung utang Rp 7,96 juta.
- Padahal selama tahun 2000-2011 negeri ini sudah membayar utang pokok dan bunganya total mencapai Rp 1.845 triliun tapi utang justru makin bertumpuk. Ironinya masih ada 30,2 juta orang miskin; 7,7 juta penganggur (2011), 13,52 juta (2011) setengah penganggur dan jutaan anak menderita gizi buruk
- Sebabnya tidak lain akibat penerapan sistem sekuler demokrasi kapitalisme. Karena itu harus dicampakkan secepatnya.
0 komentar :
Posting Komentar
Ikhwah fillah, mohon dalam memberikan komentar menyertakan nama dan alamat blog (jika ada). Jazakumullah khairan katsir