tag:blogger.com,1999:blog-45494427315503788312024-03-05T03:13:03.666-08:00Catatan Seorang HambaMuhammad Tohir's BlogMuhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.comBlogger175125tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-12806787579328152282019-03-31T18:03:00.001-07:002019-03-31T18:03:15.928-07:00Keutamaan Istiqamah Dalam Takwa dan Ibadah<p><font size="2">I<font face="Verdana">stiqomah berasal dari bahasa arab “<i>istaqama-yastaqimu-istiqamatan</i>” yang berarti lurus, tegak, atau konsisten. Istiqomah merupakan salah satu petunjuk dari Allah SWT.</font></font><p align="right"><font size="2">عن سفيان بن عبد الله رضي الله عنه قال: قلت: يارسول الله! قل لي في الاسلام قولا, لا أسأل عنه أحدا غيرك؟. قال: “قل آمنت بالله ثم استقم”</font><p><font size="2"><em>Dari Sufyan bin Abdullah radhiyallaahu’anhu, ia berkata: aku berkata wahai Rasulullah ! Katakanlah padaku tentang islam dengan sebuah perkataan yang mana saya tidak akan menanyakannya kepada seorangpun selainmu. Nabi menjawab: “katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah”</em>. (HR Muslim)</font><p><b><font size="2">Beberapa Fadhilah Orang yang Istiqamah</font></b><p><b><font size="2"></font></b><p><font size="2">1. Orang-orang yang beriman yang senantiasa beramal shalih kemudian ia istiqomah insya Allah ia akan berhasil dengan kemenangan yang besar.</font><p align="right"><font size="2">يَٰأيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواٱتَّقُوا ٱللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَٰلَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا</font><p><font size="2"><em>“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”</em> (QS. Al-Ahzab [33] : 71)</font><p><font size="2">2. Rizki barokah dan tercukupi</font><p align="right"><font size="2">وَأَلَّوِ ٱسْتَقَٰمُوا عَلَى ٱلطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَٰهُم مَّاءً غَدَقًا</font><p><font size="2"><em>“Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).“</em> (QS. Al-Jin [72] : 16)</font><p><font size="2">3. Diberi kemudahan dalam sakaratul maut.</font><p align="right"><font size="2">إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ</font><p><font size="2"><em>Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu"</em>. (QS. Fushshilat [41] : 30)</font><p><font size="2">Ayat ini berkaitan dengan sakaratul maut menurut Ibnu Katsir.</font><p><font size="2">4. Ketika masuk alam kubur dan akan dibangkitkan dan dia dijamin masuk surga.</font><p align="right"><font size="2">نَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَأَخْبَتُوا إِلَىٰ رَبِّهِمْ أُولَٰئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ</font><p><font size="2">“<em>Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.</em>” (QS. Hud [11] : 23)</font><p><font size="2">5. Kekal di Surga</font><p><em><font size="2"></font></em><p align="right"><font size="2">إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ. أُولَٰئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ خَٰلِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ</font><p><i><font size="2">“Sesungguhnya orang orang yang tetap istiqomah tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan” (QS Al Ahqaf : 13,14)</font></i><p><font size="2">6. Pahala Investasi</font><p align="right"><font size="2">إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا</font><p><font size="2">“<i>Jika seseorang melakukan safar, maka dia akan dicatat melakukan amalan sebagaimana amalan rutin yang dia lakukan ketika mukim tidak bepergian) dan dalam keadaan sehat”. (HR Bukhari no 2996).</i></font><p><font size="2">7. Amal yang paling dicintai Allah</font><p><font size="2">Dalam sebuah hadist digambarkan : </font><p align="right"><font size="2">أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ</font><p><font size="2"><i>“Berbuat sesuatu yang tepat dan benarlah kalian dan amal yang paling dicintai Allah adalah amalan yang terus menerus meskipun sedikit”. (HR Bukhari)</i>.</font><p><font size="2">Hadist tersebut menunjukkan bahwa amalan yang kontinu atau terus-menerus ternyata lebih dicintai oleh Allah meskipun amalan itu sedikit. Artinya dalam beribadah bukan hanya sekedar banyaknya saja yang harus kita unggulkan, melainkan lebih baik kita menjaga kerutinannya. [</font><a href="http://at-tohir.blogspot.com/" target="_blank"><font size="2">Muhammad Tohir</font></a><font size="2">]</font><p><font size="2"></font><p><em><font size="2">Wallahu A’lam</font></em></p><font size="3"><p><br></p></font>Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-54181633064054303762019-03-31T17:40:00.000-07:002019-04-02T03:28:26.410-07:00Kiat Agar Kita Selalu Istiqamah<p><font size="3"><font size="3">K</font></font><font size="2">etaatan kepada Allah kadang tak mudah. Satu saat kita begitu semangat beribadah, saat lain kita kurang semangat. Lalu, bagaimana agar kita tetap isiqamah dan meraih keutamaan istiqamah? Berikut kiat-kiat yang bisa dicoba. </font><p><font size="2">1. Ikhlas dalam beramal. Berharap pada Allah, pasti Allah beri. berharap manusia pasti kecewa.</font><p><font size="2">2. Lakukan secara bertahap, mulai dengan yang sedikit lebih dulu (wajib). Baru kemudian secara perlahan tambah dengan yang sunnah.</font><p><font size="2">3. Banyak beristighfar. Kerena dosa dapat membuat kita malas beribadah.</font><p align="right"><font face="Traditional Arabic" size="2">وَمَا أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ</font><p><font size="2">“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy-Syura:30)<i></i></font><p><font size="2">4. Selalu ingat akan kematian yang dapat datang kapan saja. Maut tak menunggu diri kita siap bertemu dengan-Nya. Tentu kita tak mau mati saat kita sedang jauh dari Allah <em>bukan</em>?</font><p><font size="2">5. Bersama jemaah. Ingat, serigala itu gak berani menyerang domba yang bergerombol. Coba </font><a href="http://at-tohir.blogspot.com/2012/11/domba-yang-tersesat.html" target="_blank"><font size="2">Domba Yang Tersesat</font></a><p><font size="2">6. Ingat, ketaatan dan keistiqamahan kita cuma kelelahan didunia. Sedangakan dunia itu sebentar saja. Jangan sampai, karena enggan lelah di dunia malah kita lelah di akhirat yang kekal.</font><p><font size="2">Kita beruntung karena Allah sudah mengabarkan bahwa masuk surga itu tak mudah. Untuk memasukinya ada syarat yang tak ringan. Kita harus punya dua ‘kunci’ pembukanya yaitu jihad dan sabar. </font><p align="right"><font face="Traditional Arabic" size="2">أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا مِنكُمْ وَيَعْلَمَ ٱلصَّٰبِرِينَ</font><p><font size="2">“<i>Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar” </i>(QS Ali-‘Imraan [3]: 142).</font><p><font size="2">Jika sudah demikian maka kelak di surga kita akan memetik hasilnya, berupa nikmat surga.</font><p align="right"><font face="Traditional Arabic" size="2">لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ</font><p><font size="2"><i>“Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan darinya</i>” (QS Al-Hijr [15]: 48).</font><p align="right"><font face="Traditional Arabic" size="2">ٱلَّذِى أَحَلَّنَا دَارَ ٱلْمُقَامَةِ مِن فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ</font><p><font size="2"><i>“Di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”</i> (QS Faathir [35]: 35). </font><p><font size="2">7. Selalu berdoa kepada Allah agar diberi keistiqamahan. </font><p><font size="2">Istiqomah ialah kewajiban setiap mukmin yang mencakup segala bentuk ketaatan pada Allah lahir dan batin serta meninggalkan segala yang dilarang Nya sepanjang waktu, seperti dalam firman Nya berikut : </font><p align="right"><font size="2">قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَىَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ فَٱسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَٱسْتَغْفِرُوهُ ۗ وَوَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِينَ</font><p><font size="2"><em>“Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya,”</em> (QS Fushilat : 6)</font><p align="right"><font size="2">يا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ </font><p><em><font size="2">“Wahai Sang Pembolak-balik hati, teguhkan hatiku di atas agama-Mu.”</font></em><p align="right"><font size="2">رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ</font><p><font size="2"><em>(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)".</em> (QS. Ali Imran: 8)</font><p><font size="2">Wallahu a’lam</font></p>Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-72778562248964329222018-10-08T22:06:00.001-07:002018-10-08T22:06:21.817-07:00Tafsir An Nahl Ayat 18 Menurut Ibnu Katsir<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: 'Times New Roman'; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-spacerun: 'yes';">Dalam surat An Nahl ayat 18, Allah SWT berfir</span><span style="font-family: Calibri;">man:</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<b><span style="font-family: "Traditional Arabic";">وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوها إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ</span></b></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<b><span style="font-family: "Traditional Arabic";"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "Traditional Arabic";">"Jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah niscaya kalian tidak akan mampu melakukannya, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"</span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<b><span style="font-family: "Traditional Arabic";"><br /></span></b></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<b><span style="font-family: "Traditional Arabic";"> أَيْ يَتَجَاوَزُ عَنْكُمْ، وَلَوْ طَالَبَكُمْ بِشُكْرِ جَمِيعِ نِعَمِهِ لَعَجَزْتُمْ عَنِ الْقِيَامِ بِذَلِكَ، وَلَوْ أَمَرَكُمْ بِهِ لَضَعُفْتُمْ وَتَرَكْتُمْ، وَلَوْ عَذَّبَكُمْ لَعَذَّبَكُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَكُمْ، وَلَكِنَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ، يَغْفِرُ الْكَثِيرَ وَيُجَازِي عَلَى الْيَسِيرِ، وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ «1» : يَقُولُ إن الله لغفور لِمَا كَانَ مِنْكُمْ مِنْ تَقْصِيرٍ فِي شُكْرِ بَعْضِ ذَلِكَ إِذَا تُبْتُمْ وَأَنَبْتُمْ إِلَى طَاعَتِهِ واتباع مرضاته، رحيم بكم لا يعذبكم بعد الإنابة والتوبة.</span></b><b><span style="font-family: "Traditional Arabic";"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Traditional Arabic";">“Allah mengampuni kalian. Kalau lah Allah meminta kalian untuk mensyukuri segala nikmat darinya niscaya kalian akan gagal untuk melakukannya. Kalau Allah memerintahkan untuk mensyukuri segala nikmat-Nya niscaya kalian akan dibuat lelah karenanya dan akhirnya kalian berhenti melakukannya, kalau Allah ingin mengadzab kalian pastilah kalian sudah ditimpa adzab, dan Allah tidak lah berlaku Dzalim kepada kalian, Akan tetapi Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Ia mengampuni yang banyak (dosa), dan membalas yang sedikit (kebaikan). Berkata Ibnu Jarir Ath-Thabari, ‘</span><i><span style="font-family: "Traditional Arabic";">Sesungguhnya Allah pasti mengampuni segala yang ada pada diri kalian, yakni kelalaian kalian dalam bersyukur atas nikmat Allah jika kalian bertaubat dan kembali untuk taat kepadanya dan mencari ridho-Nya. Semoga rahmat Allah untuk kalian, Allah tidak akan mengadzab kalian setelah penyesalan dan taubat kalian’,”. (Maktabah Syamilah v.3)</span></i></div>
</div>
Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-63525764266028110562017-02-18T04:00:00.000-08:002017-02-18T04:00:10.924-08:00Jika Pengemban Dakwah Diledek<div style="text-align: justify;">
Saya sebagai salah satu orang yang tergabung dalam Partai Politik
Internasional Hizbut Tahrir aka HTI di Indonesia pernah diledek. Gak cuma saya,
teman-teman juga mungkin pernah. Bukan hanya syabab Hizbut Tahrir, siapapun
mungkin pernah diledek. Tapi diledek disini bukan karena fisik atau harta, tapi
karena dakwah. Misalnya saja, beberapa hari yang lalu, di facebook saya baca ada
komentar yang menyudutkan seorang pengemban dakwah. Si peledek menulis yang
kurang lebih, “Nahwu aja <em>gak</em> ngerti <em>sok</em> ngomongin Khilafah”,
di temapat lain “baru tahu islam”, di lain waktu, “ngaji aja belepotan”, dan
yang semisal dengan itu. Intinya, yang diledek adalah kita sebagai person, bukan
pada ide atau pemikiran yang kita emban<em>. </em>Pengalaman saya sendiri, saya
pernah diledek karena tidak bisa bahasa arab. Itu terjadi empat tahu yang lalu.
Juga terjadi di facebook. Kenapa marak di medsos? karena di medsos, orang gak
bertemu langsung, bahkan gak tahu wajah asli masing-masing, jadi rada berani.
Karena kalo tatap muka, mungkin akan sungkan karena bisa melihat bagaimana wajah
saat berubah ekspresi. </div>
<div style="text-align: justify;">
Pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan kalau kita diledek atau
direndahkan seperti itu? Bagi saya pribadi, sekaligus saran bagi teman-teman
sekalian, berikut yang bisa dilakukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Pahami, bahwa yang meledek kita itu sudah kalah secara intelektual.
Kenapa? karena mereka tidak membantah ide kita, melainkan menyerang kita. Hal
semacam ini termasuk dalam “cacat logika” atau <em>logical fallacy.
</em>Menyerang person itu disebut <em>argumentum ad hominem. </em>So, kalau
teman-teman diledek karena “suatu kelemahan” yang ada pada diri, maka banggalah.
Apalagi dalam konteks dakwah. Serangan yang lakukan kepada kita menunjukan
mereka tidak bisa membantah argumen atau ide yang kita sampaikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Apa yang disampaikan oleh peledek itu, tidak lain karena ia malas atau
enggan berdiri di posisi kita. Logikanya, jika mereka yang meledek itu bagus
bacaan Qur’annya, atau hebat bahasa arabnya, lantas kenapa mereka gak
mendakwahkan apa yang kita sampaikan? Aneh kan?! Kanyataannya juga, tidak semua
yang bagus bahasa arab atau ngajinya mau dakwah. Bahkan banya juga yang malah
menghalangi dakwah.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Jika, ingat ya jika, apa yang mereka ucapkan kepada kita itu benar, maka
kita terima saja itu sebagai sebuah nasihat sekaligus renungan. Kita jadikan
ledekan itu sebagai motivasi untuk kita menjadi lebih baik. Kalo memang kita
tidak bisa bahasa arab, maka kita harus belajar bahasa arab. Begitu juga, jika
memang kita masih kesulitan membaca al Qur’an atau belum pas hukum dan sifat
hurufnya maka segeralah untuk belajar al Qur’an. Jangan malu. Malulah kalau kita
malas menuntut ilmu.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Belajarnya kita dalam ilmu nahwu, tajwid, fiqih dan lainnya tidak boleh
membuat kita berhenti dalam dakwah. Jangan sampai kita malah terlena dalam
menuntut ilmu dan melupan dakwah, khususnya dakwah ideologis. Tak perlu nunggu
hebat dan pintar untuk dakwah. Sampaikan saja apa yang kita tahu, berikan
argumen yang masuk akal. Karena hidayah itu bisa diterima oleh dan dari siapa
saja. Kisah Al Ustadz Mahmudi Syukri –hafidzahullah- sebagai contoh bahwa
perbedaan dari sisi keilmuan tak harus membuat kita berhenti dakwah. Beliau
adalah alumni Tarim – Hadramaut, Yaman. 5 tahun di sana. Nyanti bertahun-tahun
sebelum ke negeri habaib itu. Belajar bahasa arab, fiqih dan ushulnya. Bahkan
beliau menulis dalam bidang ini. Namun, sebagaimana penuturan beliau, beliau
malah menemukan pencerahan dari seorang mahasiswa yang belum selesai kuliahnya
dan hanya penjaga maktab. Ini menunjukan, jika yang disampaikan itu <em>haq,
</em>maka derajat keilmuan seharusnya tak membuat yang <em>haq </em>itu harus
ditolak dan yang membawanya boleh dihinakan. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Teman-teman, sebelum diakhir tulisan ini, saya ingin berwasiat khususnya
kepada diri saya pribadi. Belajarlah fiqih, nahwu, sharaf, tafsir, hadits,
tajwid, dan sebagainya sebagai pemenuhan kita terhadap perintah nabi untuk
menuntut ilmu. Manfaatkan semua sarana dan kesempatan. Jangan mencukupkan diri
dengan apa yang sudah ada. Giatlah belajar, dengan catatan tanpa harus
meninggalkan dakwah. Karena dakwah juga kewajiban. <em>Allahu ta’ala a’lam.
</em>[Muhammad Tohir]</div>
Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-30154789064402205722016-09-14T01:11:00.000-07:002016-09-14T01:18:38.450-07:00Download MP3 Kajian Hadits Masjid Unpad Bandung (On Going)<div style="text-align: justify;">
Bismillah...</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Langsung saja, yang ingin donwload rekaman kajian Hadits di Masjid Unpad Bandung. Kajian ini dilaksanakan setiap malam Rabu, dari ba'da maghrib hingga setengah sepuluh malam. Dibagi menjadi dua sesi, kajian ini dihadirkan oleh panitia untuk pemula, seperti saya. Sesi pertama adalah Syarah Al Manzhumah Al Baiquniyah oleh Al Ustadz Yuana Ryan Tresna <i>-hafidzahullah-</i>, mahasiswa Doktoral bidang Penelitian Balaghah pada Hadits-Hadits Qudsi. Beliay juga merupakan murid dari Al Ustadz DR. Ahmad Luthfi Fathullah, MA <i>-hafidzahullah-</i>, seorang pakar Hadits asli Indonesia. </div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Sesi kedua adalah pembacaan Hadits Jami' Al Kabir (Sunan Tirmidzi) oleh Al Ustadz Fadhil Al Makkiy, Lc <i>-hafidzahullah-, </i>beliau adalah alumni Madrasah Shaulatiyah Makkah<i>. </i>Perlu diketahui<i> </i>Al Ustadz Fadhil Al Makkiy <i>-hafidzahullah- </i>adalah pemegang sanad beberapa kitab, termasuk sunan Tirmidzi. Oleh karena itu, pembacaan hadits ini juga sekaligus pemberian ijazah sanad kepada para thullab yang mengikuti kajian hingga selesai dibaca seluruh hadits dalam Sunan Tirmidzi. </div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Kajian hadits ini baru berjalan 2 pertemua, dan insya Allah akan terus diupdate.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Saya mohon maaf jika kualitas suara kurang baik. Saya juga mohon maaf, jika ada bagian-bagian yang tidak sempat direkam.<br />
Untuk mendownload semua file sekaligus, silahkan klik kanan atas box <i>list file</i>.<br />
Untuk mendownload file satu-persatu, silahkan klik tombol panah kecil disamping kan setiap file yang ingin didownload.<br />
Semoga bermanfaat!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="400" msallowfullscreen="" src="https://app.box.com/embed_widget/s/p7iggnaqz1al6bfeuo22jeabj8c0mk5v?view=list&sort=name&direction=ASC&theme=blue" webkitallowfullscreen="" width="500"> </iframe><br /></div>
</div>
Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-33856692305440955942015-12-08T15:49:00.001-08:002015-12-08T15:52:52.136-08:00“PEPESAN KOSONG" UTBAH BIN RABIAH<p align="justify">Bismillahirrahmanirrahim. Beberapa hari terakhir ramai orang bicara tentang “pepesan kosong”. Pemicunya adalah sebuah situs yang menanggapi terbitnya buletin Al-Islam yang berjudul “<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2015/12/03/pepesan-kosong-pilkada-serentak/">Pepesan Kosong Peilkada Serentak</a>”. Sayangnya, tulisan Al-Islam yang dipenuhi data dan fakta itu dibantah dengan curhatan ala ABG labil. Lucunya lagi, banyak juga yang mendukung tulisan “ABG” ini. Kebanyakan yang mendukung dan membenarkan adalah mereka yang tersinggung dengan isi Al-Islam, karena mereka adalah orang yang (katanya) berjuang di dalam kubangan demokrasi. </p> <p align="justify">Nah, ditengah serunya masalah itu, berikut saya copaskan tuisan Al Akh Padli Marji yang menurut saya bagus untuk dibaca dan direnungkan. Khususnya bagi yang berdalih dengan “Memberi Manfaat”. </p> <p align="justify">***awal kutipan***</p> <p align="justify">"PEPESAN KOSONG" UTBAH BIN RABIAH YANG MENAWARKAN NABI SAW KEKUSAAN ASALKAN NABI SAW MENINGGALKAN DAKWAH...</p> <p align="justify">Oleh Padli Marji </p> <p align="justify">Utbah bin Rabi’ah adalah seorang pemuka dikaumnya. Pada suatu hari ia pernah duduk – duduk di majelis Quraisy. Sementara Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam pada saat itu sedang duduk di majelis sendirian.</p> <p align="justify">Kemudian Utbah berkata : “Wahai kaum Quraisy, tidakkah kalian izinkan aku untuk menemui Muhammad dan mengajaknya berbicara, lalu aku tawarkan kepadanya beberapa hal, barangkali saja ia mau menerima sebagian nya, lalu kita berikan apa yang di inginkan dan maka dengan demikian kita pun dapat tenang dari ulahnya?”</p> <p align="justify">Mereka berkata : “ Ya tentu saja, Wahai Abu Walid, temuilah ia dan ajaklah ia berbicara.”</p> <p align="justify">Kemudian Utbah pergi menemuinya, lalu berkata : “Wahai anak saudaraku, sesungguhnya engkau adalah bagian dari kami yang engkau telah ketahui sendiri kedudukan mu didalam nasab dan sesungguhnya engkau telah mendatangi kaum mu dengan membawa sebuah berita yang besar maka engkau memecah belah kesatuan mereka dan menganggap bodoh impian mereka, engkau cela dengan nya agama dan tuhan – tuhan mereka, engkau kafirkan dengan nya orang – orang terdahulu dan ayah – ayah mereka, maka dengarkanlah aku karena aku akan menawarkan kepadamu beberapa hal, yang barangkali nantinya bisa menjadi bahan pertimbangan mu, dan semoga saja engkau akan menerima beberapa darinya, lantas Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Katakanlah wahai Abu Walid, aku akan mendengarnya.”</p> <p align="justify">Utbah berkata : “ Wahai anak saudaraku, jika yang engkau inginkan dari ini semua adalah harta maka kami akan mengumpulkan nya untuk mu dari harta – harta kami hingga engkau menjadi orang yang paling kaya diantara kami, dan jika engkau menginginkan dengan nya kemuliaan, maka kami akan memuliakanmu hingga kami tidak memulaikan siapapun selain engkau, dan jika engkau inginkan adalah kekuasaan, maka kami akan membuat mu menjadi berkuasa atas kami, atau jika hal yang engkau bawa ini adalah hanya pendapatmu saja dan engkau tidak mampu menghalaunya dari dirimu, maka kami akan memanggilkanmu seorang dokter yang kami akan kerahkan harta kami untuknya hingga engkau sembuh darinya karena terkadang seseorang itu terkalahkan dengan bawaan tabiat nya hingga ia berobat darinya…”</p> <p align="justify">Tatkala Utbah selesai dari perkataan nya, sementara Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendengarkan nya dengan baik, lantas beliau berkata : “Apakah engkau telah selesai wahai Abul Walid?”</p> <p align="justify">Ia menjawab : “Ya” Lalu beliau berkata : “Maka sekarang dengarkanlah aku.” Ia berkata “Ya, aku mendengarkan.” Lantas Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membacakan firman Allah Subhanahu wa ta’ala :</p> <p align="justify">( 1 ) حم</p> <p align="justify">( 2 ) تَنزِيلٌ مِّنَ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ</p> <p align="justify">( 3 ) كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِّقَوْمٍ يَعْلَمُونَ</p> <p align="justify">( 4 ) بَشِيرًا وَنَذِيرًا فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ</p> <p align="justify">( 5 ) وَقَالُوا قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ مِّمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ وَفِي آذَانِنَا وَقْرٌ وَمِن بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ إِنَّنَا عَامِلُونَ</p> <p align="justify">( 1 ) Haa Miim.</p> <p align="justify">( 2 ) Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.</p> <p align="justify">( 3 ) Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui,</p> <p align="justify">( 4 ) yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan.</p> <p align="justify">( 5 ) Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)". [Al-Qur’an Surat Fushilat ayat 1- 5]</p> <p align="justify">Kemudian beliau meneruskan bacaan nya dan ketika Utbah mendengarnya ia terdiam hingga Rauslullah sampai pada ayat sajadah lalu beliaupun sujud, kemudian berkata : “Sungguh engkau telah mendengarnya wahai Abu Walid apa yang seharusnya engkau dengar.”</p> <p align="justify">Lalu Utbah pergi menuju kepada sahabat – sahabatnya maka merekapun saling berkata kata : “Kami bersumpah, dami Allah telah datang kepada kalian Abul Walid dengan wajah yang tidak sama sebagaimana ia pergi tadi.”</p> <p align="justify">Maka tatkala ia duduk dihadapan mereka, mereka langsung bertanya : “Apa yang terjadi tadi, wahai abul Walid?” maka ia menjawab : “Tadi aku mendengar sebuah perkataan dan demi Allah, aku belum pernah mendengar yang semisalnya sama sekali dan aku berumpah dengan nama Allah bahwa perkataan itu bukanlah syair, juga bukan perkataan tukang sihir atau perkataan dukun. Wahai kaum Quraisy patuhilah aku dan biarkanlah ia bersama dengan apa yang diserukan nya dan tinggalkanlah ia karena demi Allah sesungguhnya didalam perkataan yang aku dengar tadi terdapat berita besar yang jika bangsa Arab menerimanya, maka akan cukuplah hal itu dari selain nya, dan apabila hal itu muncul dikalangan orang Arab, maka akan membesarkan kekuasaan kalian serta akan menambahkan kejayaan kalian dan kalian pada saat itu menjadi manusia yang paling berbahagia dengan nya.</p> <p align="justify">Maka mereka berkata : “Demi Allah sesungguhnya engkau wahai Abul Walid telah terkena sihirnya.” Lantas ia berkata : “Inilah pendapatku terhadapnya, maka terserah kalian mau berbuat apa.”</p> <p align="justify">[Dikeluarkan oleh ‘Abd bin Hamid didalam Musnadnya, dan dinukil oleh Ibnu Katsir didalam Al-Bidayah wa An-Nihayah 3/63 dab disebutkan juga oleh Al-Baihaqi didalam Dalailun Nubuwah 2/202-206. Lihat Dengan Al-Qur’an Masuk Islamlah Mereka hal 68-71. Abdul Aziz Sayyid Hasyim Al-Ghazzauli. Cet Darus Sunnah]</p> <p align="justify">Pertanyaan :</p> <p align="justify">1. Kenapa Rasulullah SAW tak menerima saja tawaran tersebut,, bukankah dgn menjadi "Raja/Penguasa" dikota Makkah NABI SAW bisa melindungi sahabat yg diam2 memeluk islam dan disiksa oleh kaum dan majikan mereka.. ?</p> <p align="justify">2. Kenapa Rasulullah SAW tak menerima saja tawaran tersebut,,bukankah dgn menjadi "Raja/penguasa" di kota Makkah Rasulullah SAW akan lebih mudah utk mendakwahkan islam secara perlahan kpd rakyat kota Makkah mengingat status beliau sebgai seorg "Raja".. ?</p> <p align="justify">3. Kenapa Rasulullah SAW tak menerima saja tawaran tersebut,, bukankah dgn menjadi "Raja/Penguasa" dikota Makkah , Rasulullah SAW mampu mencegah Pembesar2 Kafir Quraish jahiliyah berkuasa dan berbuat semena-mena kpd para sahabat Rasulullah SAW di kota Makkah.., Bukankah dgn menjadi Raja di kota Makkah Rasulullah akan mengurangi "sedikit" mudharat bagi ummat islam yg baru berkembang pada saat itu,,. ?? </p> <p align="justify">***Akhir Kutipan***</p> <p align="justify">Sebagai tambahan, berikut link bahasan seputar dalil pembenaran untuk menjalankan demokrasi sebagai jalan perjuangan.</p> <p align="justify">1. <a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2009/06/16/kaidah-berpolitik/">Tulisan lama: Kaidah Berpolitik</a></p> <p align="justify">2. <a href="http://www.hizbut-tahrir.or.id/2014/05/09/soal-jawab-partisipasi-di-dalam-sistem-kufur/">Hukum Berpartisipasi dalam Pemerintahan Kufur</a></p> <p align="justify">3. <a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2009/04/11/kaidah-raf%E2%80%99u-al-haraj-menghalalkan-yang-haram/">Ka’idah Raf’u Al Haraj: Mengahalalkan Yang Haram?</a></p> <p align="justify">4. <a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2009/04/11/kaidah-ahwan-asy-syarrayn/">Ahwan Asy Syarrain</a></p> <p align="justify">5. <a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2014/06/03/bolehkah-berdalil-dengan-nabi-yusuf/">Bolehkah berdalil dengan Nabi Yusuf?</a></p> <p align="justify">6. <a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/09/17/sayidina-yusuf-terlibat-dalam-pemerintahan-kufur/">Nabi Yusuf terlibat dalam Pemerintahan Kufur?</a> baca juga <a href="https://konsultasi.wordpress.com/2008/09/20/apakah-nabi-yusuf-terlibat-dalam-pemerintahan-kufur/">Apakah Nabis Yusuf berpartisipasi dalam Pemerintahan Kufur?</a></p> <p align="justify">7. Lantas, <a href="https://konsultasi.wordpress.com/2007/01/18/hukum-memperjuangkan-islam-via-parlemen/">Bolehkan Berjuang Lewat Parlemen?</a></p> <p align="justify">8. Berkoalisi dengan Kelompok Sekuler berdasarkan Perjanjian Hudaibiyah. Ini bahasannya: <a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2009/06/07/perjanjian-hudaibiyah/">Perjanjian Hudaibiyah</a></p> <p align="justify">[http:at-tohir.blogspot.com]</p> Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-26105179091565355502015-10-11T18:43:00.001-07:002015-10-11T18:49:16.472-07:00Hubungan Ahli Fiqih dan Ahli Hadits Zaman Dulu<p align="justify">Entah siapa yang memulai, dikotomi antara muhaddits dan faqih hari-hari ini anginnya terasa cukup kencang saja. Meskipun sebenarnya hal itu bukanlah hal baru. Memang, dari namanya saja sudah beda, muhaddits adalah ulama yang intens dalam membahas hadits, sedangkan faqih adalah ulama yang intens membahas fiqih.</p> <p align="justify">Perbedaan itu akan menjadi harmoni jika keduanya bekerja sama dengan apik, dan itulah yang terjadi pada ulama’-ulama’ Islam terdahulu. Sebut saja Imam Abu Hanifah (w. 150 H); seorang faqih dan al-A’masy (w. 148 H); seorang ahli hadits. </p> <p align="justify">Hal itu sebagaimana diceritakan oleh al-Khatib al-Baghdadi (w. 463 H) dalam kitabnya <i>Nashihatu Ahli al-Hadits</i> <a name="_ftnref1_8803"></a><a href="file:///C:\Users\Hanif\Documents\Sejarah%20Perjalanan%20Ilmu%20Hadits.docx#_ftn1">[1]</a>. </p> <p align="justify">Suatu ketika al-A’masy (w. 148 H) duduk bersama Imam Abu Hanifah (w. 150 H). datanglah seorang laki-laki bertanya sesuatu hukum kepada al-A’masy. Al-‘Amasy berkata; wahai nu’man! (Imam Abu Hanifah), jawablah pertanyaan itu! Akhirnya Imam Abu Hanifah menjawab pertanyaan itu dengan baik. Al-A’masy kaget dan bertanya, dari mana kamu dapat jawaban itu wahai Abu Hanifah? Imam Abu Hanifah menjawab, dari hadits yang engkau bacakan kepada kami. </p> <p align="justify">Al-A’masy (w. 148 h) menimpali: </p> <p align="right">نعم نحن صيادلة وأنتم أطباء </p> <p align="justify"><i>Iya benar, kami ini apoteker dan kalian adalah dokternya </i></p> <p align="justify">Selain itu, tak bisa dipungkiri juga, ada ulama yang selain faqih juga muhaddits. Tapi itu sangat sedikit jumlahnya. Sebut saja Imam Syafi’i (w. 204 H). </p> <p align="justify">Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) berkata tentang Imam Syafi’i (w. 204 H), sebagaimana dinukil oleh al-Hafidz Ibnu Asakir (w. 571 H) <a name="_ftnref2_8803"></a><a href="file:///C:\Users\Hanif\Documents\Sejarah%20Perjalanan%20Ilmu%20Hadits.docx#_ftn2">[2]</a></p> <p align="right">كان الفقهاء أطباء والمحدثون صيادلة فجاء محمد بن إدريس الشافعي طبيبا صيدلانيا </p> <p align="justify"><i>Dahulu Ahli Fiqih itu dokter, sedangkan muhaddits adalah apotekernya. Sehingga datanglah Imam as-Syafi’i, beliau adalah dokter sekaligus apoteker </i></p> <p align="justify">Pemisahan tugas muhaddits dan faqih bukanlah sesuatu yang negatif. Karena dari situlah para ulama sadar diri atas keilmuan yang dikuasainya. Sehingga antara muhadits dan faqih itu bisa saling bersinergi dalam kebaikan. </p> <p align="justify">Terjadi masalah jika seorang apoteker merasa tidak butuh dokter, bahkan malah buka prakter kedokteran sendiri di apoteknya. Dikotomi muhaddits dan faqih menjadi negatif jika salah satu dari keduanya merasa tidak butuh dengan yang lain. </p> <p align="justify">Kita dapati saat ini ada yang berkata, <i>“Seorang faqih itu haruslah seorang muhaddits, tetapi muhaddits tidak harus seorang faqih. Karena seorang muhaddits itu otomatis pasti seorang faqih”.</i> Muhaddits-muhaddits saat ini [atau yang digelari muhaddits oleh murid-muridnya] beranggapan sinis terhadap fiqih islam, ulama’-ulama’ fiqih dan madzhab-madzhab fiqih. </p> <p align="justify">Merasa sudah mengikuti hadits maka berlepas diri dari pemahaman ulama fiqih dan madzhab ulama terdahulu, dengan membuat madzhab ahli hadits. </p> <p align="justify">Dari sinilah pentingnya kita <a href="http://at-tohir.blogspot.co.id/2015/10/pengantar-ulumul-hadits-sejarah-dan.html">belajar kembali sejarah ulum al-hadits</a> dan tokoh-tokohnya dari ulama terdahulu. Hal itu untuk menegaskan kembali bahwa justru berkembangnya ulum al-hadits itu berada di tangan ulama, yang mana kebanyakan  ulama itu juga mengikuti salah satu madzhab dalam fiqihnya. </p> <p align="justify">Al-Imam ad-Dzahabi (w. 748 H) meninyindir Ahli Hadits di zamannya, beliau berkata <a name="_ftnref3_8803"></a><a href="file:///C:\Users\Hanif\Documents\Sejarah%20Perjalanan%20Ilmu%20Hadits.docx#_ftn3">[3]</a>: </p> <p align="right">وكم من رجل مشهور بالفقه والرأي في الزمن القديم أفضل في الحديث من المتأخرين، وكم من رجل من متكلمي القدماء أعرف بالأثر من سنية زماننا </p> <p align="justify"><i>Banyak dari ulama yang terkenal dalam bidang fiqih dan ra’yu di zaman terdahulu, mereka lebih utama dalam hadits daripada ulama saat ini. Banyak dari ulama yang terkenal ahli ilmu kalam zaman terdahulu, mereka lebih banyak pengetahuannya tentang hadits daripada orang yang mengaku mengikuti sunnah zaman kita ini. </i></p> <p align="justify">Itu ahli hadits abad ke-8 Hijriyyah pada masa Imam ad-Dzahabi (w. 748 H). Bagaimana dengan ahli hadits era maktabah syamilah? []</p> <p align="justify">Sumber dan Judul Asli: <a href="http://www.rumahfiqih.com/hadits/x.php?id=1&=sejarah-perjalanan-ilmu-hadits-%28bag1%29.htm">Sejarah Perjalanan Ilmu Hadits (bag. 1)</a> oleh <b>Hanif Luthfi, Lc</b></p> <div align="justify"> <hr align="left" size="1" width="33%" /></div> <p align="justify"><a name="_ftn1_8803"></a><a href="file:///C:\Users\Hanif\Documents\Sejarah%20Perjalanan%20Ilmu%20Hadits.docx#_ftnref1">[1]</a> Abu Bakar al-Khatib al-Baghdadi (w. 463 H), <i>Nashihatu Ahli al-Hadits</i>, (Maktabah al-Manar, 1408), hal. 44 </p> <p align="justify"><a name="_ftn2_8803"></a><a href="file:///C:\Users\Hanif\Documents\Sejarah%20Perjalanan%20Ilmu%20Hadits.docx#_ftnref2">[2]</a> Ibnu Asakir Ali bin Hasan Hibatullah (w. 571 H), <i>Tarikh Dimasyqi</i>, (Bairut: Daar al-Fikr, 1415 H), hal. 51/ 334 </p> <p align="justify"><a name="_ftn3_8803"></a><a href="file:///C:\Users\Hanif\Documents\Sejarah%20Perjalanan%20Ilmu%20Hadits.docx#_ftnref3">[3]</a> Syamsuddin Muhammad bin Ahmad ad-Dzahabi al-Hafidz (w. 748 H), <i>Zaghlul Ilmi</i>, (Maktabah al-Shahwah al-Islamiyyah), hal. 32</p> Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-10212792119289048472015-10-10T18:59:00.001-07:002015-10-10T20:26:18.370-07:00Pengantar Ulumul Hadits: Sejarah dan Lingkup Kajiannya<p align="justify">Ummat islam memahami bahwa Allah SWT mengutus Rasulullah SAW sebagai pembawa kabar gembira sekaligus pemberi peringatan. Beliaulah yang mengajarkan dan mencontohkan pertama kali pokok-pokok ajaran dalam islam. Tentang keimanan, ibadah, mu’amalah, pakaian, minuman, peragaulan, peperangan, hingga masalah <em><a href="http://at-tohir.blogspot.com/search/label/Khilafah/" target="_blank">daulah (negara)</a></em>. Kam muslimin wajib menerima segala apa yang beliau perintah, dan meninggalkan apa yang beliau larang, sebagaimana firman Allah SWT.</p> <p align="right">وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا</p> <p align="justify"><em>“Dan apa saja yang datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kalian, maka ambillah (laksanakanlah), dan apa saja yang kalian di larang untuk mengerjakannya, maka berhentilah (tinggalkanlah)!” </em>(QS. Al-Hasyr: 7)</p> <p align="justify">Karena begitu pentingnya ilmu ini, maka saya menuliskan pengantar tentangnya, yaitu <strong>sejarah, pengertian, dan lingkup kajian ulumul hadits</strong>. <strong>Ini bukan tulisan ilmiah, dan ditulis bukan oleh ahlinya. Tulisan ini hanya <a href="http://at-tohir.blogspot.com" target="_blank">catatan seorang hamba</a> yang faqir ilmu, ditulis dengan ringkas dan sederhana, untuk memudahkan penulis dalam mengingat pembahasannya. </strong>Besar harapan pembaca budiman bisa mengambil faidah dari tulisan ini. Bagi para Asatidz, kyai, dan masyaikh, mohon berkenan memberikan masukan dan kritik jika ditemukan kesalahan di dalam tulisan ini. Semoga Allah mengapuni dosa penulis dan memberikan kita semua ilmu yang bermanfaat. <em>Aamiin!</em></p> <p align="justify"><strong>1. Sejarah Ulumul Hadits</strong></p> <p align="justify">Menurut Thahan, pokok-pokok dalam masalah penyampaian riwayat dan berita dapat ditemukan dalam Al Qur’an dan Hadits Nabi SAW<a href="#_edn1" name="_ednref1">[i]</a>. Dalam Surah Al Hujurat ayat ke-6, Allah SWT berfirman:</p> <p align="right">يَا أيُهَا الذِيْنَ ءَامَنُوْا إنْ جَاءَكمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَنُوْا</p> <p align="justify">“<i>Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang yang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti</i>.” (QS. Al-Hujurat ayat 6)</p> <p align="justify">Ayat ini menegaskan kepada orang-orang beriman untuk mengklarifikasi setiap pengambilan berita/riwayat, menjaga kebenarannya dan teliti dalam menyampaikannya kepada orang lain.</p> <p align="justify">Rasulullah SAW juga bersabda:</p> <p align="right">نضر الله امرءً سمع منا شيئًا فبلغه كما سمع، فربّ مبلغٍ أوعى من سامع</p> <p align="justify">“<i>Mudah-mudahan Allah memberi cahaya kepada seseorang yang mendengar sesuatu dari kami dan dia menyampaikannya sebagaimana yang ia dengarkan. Berapa banyak orang yang disampaikan lebih memahami daripada yang mendengarkan (secara langsung)</i>.” (HR. at-Tirmidzi)</p> <p align="justify">Dikarenakan berita tidak mungkin diterima kecuali dengan mengenal <i>sanad</i> (jalan periwayatan)nya, maka muncullah ilmu <i>al-Jarh wa at-Ta’dil</i>, perbincangan tentang keadaan para perawi, mengenal riwayat yang <i>muttashil</i> (bersambung) atau <i>munqathi’</i> (terputus) dari sanad-sanad, mengenal <i>‘illah</i> yang tersembunyi dan lain-lain. Akan tetapi, semua ini masih dalam lingkup yang sangat kecil disebabkan oleh sedikitnya perawi yang bermasalah di permulaan munculnya ilmu ini.<a href="#_edn2" name="_ednref2">[ii]</a></p> <p align="justify">Kemudian, para ulama mulai melebarkan pembahasan ini hingga muncullah perhatian yang besar terhadap berbagai cabang ilmu yang berkait dengan hadits; dari sisi <i>dhabt</i> (akurasi) hadits, metode pengambilan dan penyampaian hadits, pengetahuan tentang <i>nasikh</i> dan <i>mansukh</i>, hadits <i>gharib</i> dan lain-lain. Hanya saja, saat itu, semua ini dilakukan oleh para ulama secara lisan. </p> <p align="justify">Walaupun hadits kebanyakan disampaikan secara lisan, bukan berarti penulisan hadits sama sekali tidak ada. Bahkan sejak masa awal-awal islam sekalipun, para shahabat sudah menulis hadits Nabi Muhammad SAW, meski hanya untuk kepentingan pribadi saja. Karena waktu itu Rasul melawang para shahabatnya menulis hadits karena khawatir tercampur dengan Al Qur’an. Seperti dalam sabdanya:</p> <p align="right"><strong>لَا تَكْتُبُوا عَنِّي وَمَنْ كَتَبَ عَنِّي غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ وَحَدِّثُوا عَنِّي وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ قَالَ هَمَّامٌ أَحْسِبُهُ قَالَ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ</strong></p> <p align="justify"><em>“Jangan kalian tulis sesuatu yang telah kalian terima dariku selain Al Qur’an. Barangsiapa menuliskan yang ia terima dariku selain al Qur’an, hendaklah ia hapus. Ceritakan saja yang kalian terima dariku, tidak mengapa. Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah ia menduduki tempat duduknya dari neraka.”</em> (HR Muslim)</p> <p align="justify">Barulah kemudian, di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz lah penulisan hadits secara massal dilakukan. Hal itu diperintahkan oleh sang Khalifah karena setelah masa wafatnya Rasul hingga zaman beliau telah beredar banyak sekali hadits palsu yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu demi berbagai tujuan. <a href="#_edn3" name="_ednref3">[iii]</a></p> <p align="justify">Demi meneliti kualitas hadits yang dihimpun, para ulama menciptakan beberapa kaidah dan ilmu pengetahuan seputar hadits, yang dengannya mereka dapat membagi-bagi hadits sesuai dengan kualitasnya. Kaidah-kaidah ini sangat berguna dalam menyeleksi periwayatan sebuah hadits. Disinilah mulai lahir ilmu hadits dirayah, meski masih dalam bentuk yang sangat sederhana, dan kemudian disempurnakan oleh para ulama yang muncul pada abad ke 2 dan 3 Hijriyah.<a href="#_edn4" name="_ednref4">[iv]</a></p> <p align="justify">Menurut Luthfi, Imam Syafi’i (w. 204 H) bisa dikatakan merupakan ulama yang pertama menulis ilmu mushtalah hadits dalam pengertian saat ini, yaitu ketika menulis kitab <em>ar-Risalah</em>. Meski kitab itu berbicara mengenai <i>ushul fiqih</i>, tetapi di dalamnya terdapat kaedah-kaedah ilmu hadits; seperti syarat-syarat hadits bisa dijadikan hujjah, kehujjahan hadits ahad, syarat-syarat ketsiqahan seorang rawi, hukum meriwayatkan hadits dengan maknanya saja, hukum riwayat hadits rawi mudallis, hukum hadits mursal dan lain sebagainya.<a href="#_edn5" name="_ednref5">[v]</a></p> <p align="justify">Hingga akhirnya, ketika ilmu ini telah matang, istilah sudah mulai baku di kalangan ulama dan setiap disiplin ilmu mulai berdiri sendiri, pada abad IV Hijri, para ulama mulai menuliskan ilmu musthalah dalam buku-buku yang tersendiri. Dan yang pertama kali dikenal menulis ilmu ini dalam sebuah buku tersendiri adalah al-Qadhi Abu Muhammad al-Hasan bin Abdirrahman bin Khallad al-Ramahurmuzi <i>rahimahullahu</i> (w. 360 H) dalam kitabnya “<i>al-Muhaddits al-Fâshil baina ar-Râwi wa al-Wâ’iy</i>”.<a href="#_edn6" name="_ednref6">[vi]</a></p> <p align="justify">Ulama selanjutnya yang menulis ilmu mushtalah hadits adalah Imam Abu Abdillah Muhammad bin Abdurrahman al-Hakim an-Naisaburi (w. 405 H), beliau menulis kitab yang berjudul <em>Ma’rifat Ulum al-Hadits</em>. Imam al-Hakim mengumpulkan paling tidak 52 bab ulum al-hadits. Adapun ulama yang cukup komplit menulis ilmu musthalah hadits adalah Imam al-Khatib al-Baghdadi Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit as-Syafi’i (w. 463 H), beliau menulis beberapa kitab tentang ilmu musthalah hadits. Diantara kitab itu adalah <em>al-Kifayah fi Ilmi ar-Riwayah, al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi wa Adab as-Sami’, ar-Rihlah fi Thalab al-Hadits, Taqyid al-Ilmi, al-Mazid fi Muttashil al-Asanid. </em></p> <p align="justify">Maka tak heran banyak ulama setelahnya mengambil banyak faedah dari kitab-kitab al-Khatib al-Baghdadi as-Syafi’i (w. 463 H) tersebut. Imam Abu Bakr Muhammad bin Nuqthah (w. 629 H) mengatakan: </p> <p align="right">ولا شبهة عند كل لبيب أن المتأخرين من أصحاب الحديث عيال علي أبي بكر الخطيب </p> <p align="justify"><em>“Tidak bisa dipungkiri, Ulama ahli hadits saat ini semuanya merujuk kepada Ali Abu Bakar al-Khatib”</em>[vii]</p> <p align="justify"><strong>2. Hadits dan Ilmu Hadits</strong></p> <p align="justify">Hadits secara bahasa berarti <i>al-Jadid </i>(baru). Sedangkan menurut istilah, hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, dan <i>taqrir </i>(diamnya) maupun sifatnya.<a href="#_edn8" name="_ednref8">[viii]</a> Pengertian ini adalah apa yang dikemukakan oleh Ahli Hadits. Adapun menurut Ahli Ushul, hadits adalah semua perkataan Nabi SAW, perbuatan dan taqrirnya yang berkaitan dengan hukum-hukum syara’ dan ketetapannya.”<a href="#_edn9" name="_ednref9">[ix]</a></p> <p align="justify">Perbedaan antara keduanya adalah, jika ahli hadits menganggap setiap hal yang melekat pada Nabi SAW (sekalipun kebiasaan yang bersifat kemanusiaan) sebagai hadits, sedangkan menurut ahli ushul, hadits hanyalah yang berkaitan dengan posisi Muhammad SAW sebagai pembuat undang-undang di samping Allah SWT, dan tidak termasuk didalamnya kebiasaan dan sifat beliau kemanusiaan Nabi SAW.</p> <p align="justify">Istilah-istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut hadits adalah As Sunnah. Menurut An Nabhani, secara bahasa makna <i>As Sunnah</i> adalah jalan, sedangkan secara syar’i As Sunnah digunakan untuk hal-hal yang masuk kategori ibadah yang bersifat nafilah yang dinukil dari Nabi <i>Alaihis-salam</i>. Kadang digunakan untuk apa saja yang bersumber dari Rasul, baik perkataan, perbuatan atau takrir, semua itulah yang disebut As Sunnah.<a href="#_edn10" name="_ednref10">[x]</a></p> <p align="justify">Selain itu, kata yang juga memiliki makna yang sama dengan hadits adalah <i>Khabar</i> dan <i>Atsar</i>. Istilah ini kadang digunakan sebagai kata lain hadits, namun kadang juga bisa berbeda arti dari hadits. Menurut Thahan, kata khabar digunakan untuk menyebut berita selain dari Nabi SAW dan sedangkan <i>atsar</i> untuk sesuatu yang disandarkan kepada Shahabat dan tabi’in baik berupa perkataan dan perbuatan<em>.</em><a href="#_edn11" name="_ednref11">[xi]</a></p> <p align="justify">Adapu ilmu hadits menurut As-Suyuthi adalah: “<em>Ilmu yang membahas tata cara persambungan hadits sampai kepada Rasulullah SAW dari sisi seluk beluk perawinya; kedhabitan, keadilan, dan bersambung tidaknya nata rantai sanad</em>.”<a href="#_edn12" name="_ednref12">[xii]</a><em> </em>Jadi, ilmu hadits adalah <i>ilmu yang berkaitan dengan hadist</i>.</p> <p align="justify"><strong>3. Lingkup Kajian Ulumul Hadits</strong></p> <p align="justify">Kata <em>ulum </em>merupakan bentuk plural dari kata <em>ilmu. </em>Sederhananya, <em>ulumul hadits </em>adalah ilmu-ilmu yang berkaitan langsung degan hadits Nabi SAW. Secara garis besar, ilmu hadits diklasifikasikan dalam dua ilmu besar, yaitu ilmu <i>Riwayah </i>dan ilmu <i>Dirayah. Ilmu riwayah </i>adalah ilmu yang <i>ilmu yang mempelajari perkataan, perbuatan taqrir (sikap diam) dan sifat-sifat Nabi</i>. Dengan kata lain ilmu hadist riwayah adalah ilmu yang membahas segala sesuatu yang datang dari Nabi baik perkataan, perbuatan, ataupun takrir. Sedang <i>Ilmu Hadist Dirayah</i> adalah <i>ilmu yang mempelajari tentang </i>kaidah<i>-kaidah untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-cara menerima dan menyampaikan hadist dan sifat-sifat perawinya. </i>Oleh karena itu yang menjadi objek pembahasan dari ilmu hadist dirayah adalah keadaan matan, sanad dan rawi hadist.</p> <p align="justify">Secara umum, kajian dalam ulumul hadits mencakup banyak cabang ilmu, berikut penulis ringkas dari Zein, di antaranya:</p> <p align="justify"><i>1) </i>Ilmu <i>Rijalul Hadits, </i>berbicara tentang seluk beluk perawi hadits sebagai kapasitasnya sebagai perawi hadits, hingga sejarah kehidupannya.<i></i></p> <p align="justify"><i>2) </i>Ilmu <i>Tarikhur Ruwah, </i>bicara tentang sejarah hidup para rawi, dimana dilahirkan, dari siapa mereka menerima hadits, siapa saja yang mengambil hadits dari mereka, hingga kapan dan dimana mereka meninggal dunia.<i></i></p> <p align="justify">3) Ilmu <i>Jarh wat Ta’dil, </i>yaitu alat untuk mengungkap sisi negatif (<i>jarh</i>) dan positif (<i>ta’dil</i>) yang melekat pada diri para rawi. Sudut pandang yang digunakan ada dua, yakni <i>‘Adalah </i>(integritas keagamaan) dan <i>Dhabit </i>(Kapasitas intelektual)</p> <p align="justify"><i>4) </i>Ilmu <i>Asbabul Wurud, </i>yaiut ilmu yang berkaitan dengan sebab-sebab suatu hadits dikeluarkan oleh Nabi Muhammad SAW.<i></i></p> <p align="justify"><i>5) </i>Ilmu <i>an Nasikh wal Mansukh, </i>berbicara tentang saling menghapusnya hadits terhadap hadits lain karena adanya pertentangan secara lahiriyah dan tidak memungkinkan untuk dilakukan kompromi<i>.</i></p> <p align="justify">6) Ilmu <i>‘Ilal Hadits, </i>membahas tentang hal-hal tersembunyi yang bisa membuat hadits shahih menjadi tercemar.</p> <p align="justify"><i>7) </i>Ilmu <i>Gharibul Hadits, </i>ilmu yang berbicara tentang kosakata – kosakata yang sulit dipahami karena kata tersebut tidak dikenal atau memang asing.<i></i></p> <p align="justify">8) Ilmu <i>Mukhtaliful Hadits, </i>ilmu tentang pertentangan antar hadits secara lahiriyah, namun kemudian dihilangkan pertentangannya atau keduanya dikompromikan, baik dengan cara men-ta’yid kemutlakannya, men-<i>takhshish </i>ke-umumannya, atau dengan cara membawanya kepada beberapa kejadian yang relevan dengan hadits tersebut, dan lain-lain.</p> <p align="justify">9) Ilmu <i>At Tash-hif wat Tahrif, </i>ilmu yang bicara tentang perubahan yang terjadi pada hadits baik berupa titik atau syakal, dan juga bentuknya karena disebabkan kesalahan dalam membaca ataupun saat mendengarkannya.</p> <p align="justify">Selain cabang-cabang ilmu di atas, dalam ulumul hadits juga dibicarakan tentang hadits dari sisi banyaknya periwayatan (<em>mutawattir, ahad, ‘aziz, gharib, dan masyhur</em>), kualitas hadits (<em>shahih, hasan, shahih li ghairihi, hasan li ghairihi, dhaif, dan maudhu’</em>), diterima atau ditolak (<em>maqbul</em> dan <em>mardud</em>), hadits ditinjau dari ketersambungan sanad (<em>muttashil, marfu’, munqathi’</em>, dll), serta bahasan-bahasan lain yang masih sangat banyak. <em>Allahu a’lam bish shawab</em>.[<strong>Muhammad Tohir</strong>]</p> <div align="justify"> <hr align="left" size="1" width="33%" /></div> <p align="justify"><a href="#_ednref1" name="_edn1">[i]</a> DR. Mahmud Thahan. <i>Ilmu Hadits Praktis (Terjemah Taysir Musthalah Hadits. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, hal. 6</i></p> <p align="justify"><a href="#_ednref2" name="_edn2">[ii]</a> <i>Ibid, hal. 8</i></p> <p align="justify"><a href="#_ednref3" name="_edn3">[iii]</a> KH. Ma’shum Zein, MA. <i>Ilmu Memahami Hadits Nabi. </i>Yogyakarta: Pustaka Pesantren, hal. 84</p> <p align="justify"><a href="#_ednref4" name="_edn4">[iv]</a> <i>Ibid, </i>hal. 85</p> <p align="justify"><a href="#_ednref5" name="_edn5">[v]</a> Hanif Luthfi, Lc. <i>Sejarah Perjalanan Ilmu Hadits. </i><a href="http://rumahfiqih.com"><i>http://rumahfiqih.com</i></a><i>, diakses pada Sabtu, 10 Oktober 2015</i></p> <p align="justify"><a href="#_ednref6" name="_edn6">[vi]</a> DR. Mahmud Thahan. <i>Op. cit</i></p> <p align="justify"><a href="#_ednref7" name="_edn7">[vii]</a> Hanif Luthfi, Lc. <i>Op.cit</i></p> <p align="justify"><a href="#_ednref8" name="_edn8">[viii]</a> DR. Mahmud Thahan. <i>Op. cit, </i>hal. 13</p> <p align="justify"><a href="#_ednref9" name="_edn9">[ix]</a> KH. Ma’shum Zein, MA. <i>Op. cit,</i> hal. 3</p> <p align="justify"><a href="#_ednref10" name="_edn10">[x]</a> Taqiyuddin An Nabhani. <i>Asy-Syakhsiyah Al-Islamiyah. , hal. 54</i></p> <p align="justify"><a href="#_ednref11" name="_edn11">[xi]</a> DR. Mahmud Thahan. <i>Op. cit, </i>hal. 14</p> <p align="justify"><a href="#_ednref12" name="_edn12">[xii]</a> KH. Ma’shum Zein, MA. <i>Op. cit,</i> hal. 81</p> Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-48613525832227697732015-10-09T09:51:00.001-07:002015-10-09T10:08:04.735-07:00Cara Mudah Menyimpan Teks Halawan Web/Blog Sebagai PDF di Firefox<p align="justify"><em>Bismillah.</em> Pembaca budiman, malam ini saya mau berbagi cara mudah untuk menyimpan teks pada halaman web/blog dalam bentuk PDF di Firefox. Bagi sebagian kita, mahasiswa biasanya, mencari data atau referensi di internet sudah tidak asing lagi, dan menjadi hal yang lumrah. Jika data atau referensi yang kita inginkan dalam bentuk file PDF, DOC (Ms. Word), PPT (Power Point), dll mungkin tidak ada masalah, karena kita bisa <a href="http://at-tohir.blogspot.com/search/label/download/" target="_blank">mendownloadnya</a> dan jika ingin membaca ulang cukup buka saja file tadi di komputer kita tanpa harus terkoneksi dengan internet.</p> <p align="justify">Lalu, bagaimana jika dalam pencarian kita di dunia maya ternyata terdampar di web atau blog yang tersaji dalam bentuk postingan teks? Saya yakin, kebanyakan akan men-<em>copy</em> dan mem-<em>paste</em> teks tersebut ke Ms. Word. Tentu saja, itu cukup ribet. Belum lagi jika ada gambar di antara teks itu, maka proses <em>copy-paste</em> terasa sedikit memberatkan komputer.</p> <p align="justify">Alternatif lain yang bisa dilakukan jika tidak menemukan dalam file yang bisa di unduh, adalah dengan menyimpan halaman web tadi secara langusng. Cukup dengan menekan Ctrl+S maka kita akan diberikan <em>box dialog save as</em>. Hanya saja, pengalaman saya, menyimpan halaman web tidak praktis, karena saat mau membaca ulang kita harus membukanya di browser. Belum lagi, data yang kita simpan biasanya berjumlah banyak. Sehingga jika kita melakukan scan antivirus, proses pemindaian akan terasa lebih lama karena jumlah berkas yang lebih besar jumlahnya.</p> <p align="justify">Karena masalah itu, secara tidak sengaja saya menemukan cara yang sangat sederhana agar kita bisa menyimpan halaman web/blog ke dalam bentuk PDF. Tapi ingat, saat kita ingin menyimpan halaman web/blog, kita harus memiliki koneksi internet dan browser Mozilla Firefox (Silahkan cari di google jika belum punya).</p> <p align="justify">Cara sederhana yang saya maksud adalah memasang <em>add-on</em> di firefox. Aplikasinya bernama Print Friendly & PDF. Jika anda adalah pengunjung setia blog saya ini, saya yakin ada sudah pernah baca postingan saya dengan memanfaatkan penyedia layanan yang sama. Bagi yang belum silahkan baca postingan saya berjudul <a href="http://at-tohir.blogspot.com/2012/07/memasang-tombol-simpan-artikel-dalam_10.html" target="_blank">Memasang Tombol Simpan Artikel dalam PDF di Bawah Postingan</a>. </p> <p align="justify">Apa bedanya? Bedanya, tombol yang kita pasang di bawah artikel kita bertujuan untuk memudahkan pengunjung blog dapat menyimpan postingan kita dalam bentuk PDF tanpa harus ribet copy-paste. Sedangan tips kali ini, bisa digunakan untuk menyimpan artikel di web manapun. Asyik kan?!</p> <p align="justify">Jika tertarik, berikut caranya:</p> <p align="justify">1. Buka Mozilla Firefox Anda</p> <p align="justify">2. Klik “Tools” – “Add-on”. Atau Anda bisa langsung menekan Ctrl+Shift+A (Baca: <a href="http://at-tohir.blogspot.com/2014/12/100-shortcut-di-windows-yang-perlu-anda.html" target="_blank">100 short-cut di Windows Yang Harus Anda Tahu)</a></p> <p align="justify">3. Pada kolom search di kanan-atas, ketikan “Print Friendly & PDF”. Sebenarnya cukup “Print Friendly” juga bisa. Maka akan muncul tampilan seperti beriku:</p> <p align="justify"><a href="http://lh3.googleusercontent.com/-wDt780HB_3I/VhfwXFFbxMI/AAAAAAAAMtc/IG9JRiLG3sA/s1600-h/Add%252520on%252520print%252520friendly%25255B9%25255D.png"><img style="border-right-width: 0px; display: inline; border-top-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px" title="Add on print friendly" border="0" alt="Add on print friendly" src="http://lh3.googleusercontent.com/-Cq1TiWfUZnU/VhfwYXFrFwI/AAAAAAAAMtk/usVbmKYI_7Q/Add%252520on%252520print%252520friendly_thumb%25255B7%25255D.png?imgmax=800" width="554" height="258" /></a> </p> <p align="justify">Klik tombol Install. Tunggu beberapa saat. Setelah selesai maka akan ada gambar printer di firefox anda. Sekarang anda bisa menyimpan halaman web apapun dalam bentuk PDF. </p> <p align="justify"><a href="http://lh3.googleusercontent.com/-DD2dOiR2qDE/VhfwZ8u676I/AAAAAAAAMto/8poGpcoP8Hs/s1600-h/Setelah%252520install%252520add-on%25255B5%25255D.png"><img style="border-right-width: 0px; display: inline; border-top-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px" title="Setelah install add-on" border="0" alt="Setelah install add-on" src="http://lh3.googleusercontent.com/-Je1gwbI-Yfo/VhfwbpEy8zI/AAAAAAAAMt0/sA9bqLX_GQI/Setelah%252520install%252520add-on_thumb%25255B3%25255D.png?imgmax=800" width="555" height="272" /></a> </p> <p align="justify">Sebagai contoh kita akan menyimpan postingan saya malam tadi, <a href="http://at-tohir.blogspot.com/2015/10/testimoni-pribadi-beberapa-hal-yang.html" target="_blank">Hal-hal yang baru saya temukan setelah Ngaji di Hizbut Tahrir</a>. Setelah halaman terbuka, klik tombol “printer” di firefox, nanti akan ada tampilan “calon” PDF kita. </p> <p align="justify"><a href="http://lh3.googleusercontent.com/-KyXlJYNqP9M/VhfwdNNJlRI/AAAAAAAAMt8/KI9sIfVS770/s1600-h/Tampilan%252520Save%252520PDF%2525201%25255B3%25255D.png"><img style="border-right-width: 0px; display: inline; border-top-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px" title="Tampilan Save PDF 1" border="0" alt="Tampilan Save PDF 1" src="http://lh3.googleusercontent.com/-jAv_irAnBog/Vhfwe05GrOI/AAAAAAAAMuE/ephvDz9xEBA/Tampilan%252520Save%252520PDF%2525201_thumb%25255B1%25255D.png?imgmax=800" width="554" height="325" /></a> </p> <p align="justify">Pilih PDF dan <em>Download Your PDF</em>. </p> <p align="justify"><a href="http://lh3.googleusercontent.com/-2dMt_l-H2yU/VhfwgJcMi3I/AAAAAAAAMuM/b5raBnWf6wk/s1600-h/Tampilan%252520Save%252520PDF%252520download%25255B3%25255D.png"><img style="border-right-width: 0px; display: inline; border-top-width: 0px; border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px" title="Tampilan Save PDF download" border="0" alt="Tampilan Save PDF download" src="http://lh3.googleusercontent.com/-P1DTnXH3IMQ/VhfwhiXy5UI/AAAAAAAAMuU/WTv26usvdic/Tampilan%252520Save%252520PDF%252520download_thumb%25255B1%25255D.png?imgmax=800" width="554" height="304" /></a> </p> <p align="justify">Selesai! Semoga bermanfaat! [Muhammad Tohir]</p> Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-87139929917554577602015-10-08T08:41:00.001-07:002019-03-31T16:55:38.321-07:00[Testimoni Pribadi] Beberapa Hal Yang Baru Saya Temukan Setelah Ngaji Di Hizbut Tahrir<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="justify">
A<em>lhamdulillah</em>, <em>wash-shalatu was-salamu ‘ala Rasulillah, sayyidina Muhammad ibni Abdillah, amma ba’du.</em> Segala pujian hanya milik Allah, pemilik segenap alam semesta. Shalawat semoga senantiasa tercurah kepada hamba paling mulia, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, sosal <em>al-Amin</em>, Muhammad Rasulullah. Juga kepada para shahabatnya, keluarga dan seluruh ummatnya hingga hari pembalasan.</div>
<div align="justify">
Pembaca budiman, pada postingan kali ini, saya mau memberikan sedikit testimoni tentang hal-hal yang saya temukan pertama kali di Hizbut Tahrir (Baca: <a href="http://at-tohir.blogspot.com/2010/11/hizbut-tahrir-sebuah-analisis-politik.html" target="_blank">Tentang Hizbut Tahrir</a>). Testimoni ini terinspirasi untuk ditulis setelah membaca komentar sebuah status teman facebook. Testimoni ini saya tulis tanpa ada maksud untuk mengatakan bahwa di luar Hizbut Tahrir tidak mengajarkannya. Tidak! Hanya saja, saya pribadi baru menemukannya setelah ngaji di Hizbut Tahrir, makanya saya tulis. Mungkin saja di tempat lain hal-hal ini juga diajarkan dalam kajian-kajiannya. </div>
<div align="justify">
Harapan saya, sebagai penulis dan syabab Hizbut Tahrir, semoga dengan tulisan ini bisa memberikan sedikit gambaran bagaimana isi kajian di Hizbut Tahrir. Sehingga pembaca yang bukan syabab Hizbut Tahrir tertarik untuk mau mengkaji islam lebih luas bersama Hizbut Tahrir. Klik saja gambar #YukNgaji disamping kanan itu atau <a href="http://hizbut-tahrir.or.id/gabung" target="_blank">Klik disini</a> untuk mengisi form pendaftaran ikut kajian di Hizbut Tahri</div>
<div align="justify">
Oke, mari kita mulai saja ya?! Berikut adalah beberapa hal yang saya dapatkan pertama kali dari Hizbut Tahrir, yaitu:</div>
<div align="justify">
1. Konsep Akal</div>
<div align="justify">
Kebingungan dan kerancuan antara Akal, otak, perasaan, dan hati sebelum ikut kajian Hizbut Tahrir, bisa terjawab. Apa saja komponen-komponen akal juga bisa saya temukan dalam kajian di Hizbut Tahrir.</div>
<div align="justify">
2. Konsep Qadha’ dan Qadar</div>
<div align="justify">
Tema ini membuat saya pusing sejak <em>Aliyah </em>hingga kuliah. Alhamdulillah, setelah dipinjami <em>fotocopy </em>kita <em>Nizdamul Islam </em>oleh seorang teman, konsep ini tidak lagi membingungkan. Sayangnya, saya membaca fotocopy-an itu setalah saya presentasi dengan tema yang sama dalam mata kuliah <em>Ilmu Kalam</em> waktu itu, jadi tidak bisa berbagi kepada teman-teman dikelas seluruhnya.</div>
<div align="justify">
3. Konsep Syakhsiyah</div>
<div align="justify">
Masalah kepribadian juga konsep yang sangat berkesan bagi saya, dan baru saya temukan setelah ngaji di Hizbut Tahrir. Ternyata Syakhsiyah itu dibangun oleh dua perkara, <em>aqliyah </em>dan <em>nafsiyah.</em></div>
<div align="justify">
4. Konsep Utuh Khilafah</div>
<div align="justify">
Saya tertarik untuk mengkaji islam bersama Hizbut Tahrir setelah saya membaca buku <em>Fiqih Islam </em>karya Sulaiman Rasyid –rahimahullah- di tangga masjid Abdurrahman Ismail waktu kuliah dulu. Setelah atau sebelum (saya lupa) kuliah <em>Ushul Fiqh, </em>buka-buka buku itu, eh… nemu bab KhilafahTercantum disana hukumnya Wajib (baca: <a href="http://at-tohir.blogspot.com/2012/06/al-khilafah-satu-satunya-sistem.html" target="_blank">Khilafah Yang Difardhukan</a>), dan sayapun mencari syabab Hizbut Tahrir. <em>Alhamdulillah</em>, yang awalnya samar-samar, kini bayangan khilafah semakin jelas.</div>
<div align="justify">
5. Kewajiban Belajar Bahasa Arab</div>
<div align="justify">
Jujur saja, saya tidak tertarik untuk belajar bahasa Arab pada mulanya, Maunya hanya ingin menguasai bahasa Inggris saja. Dan <em>Alhamdulillah, </em>saat halaqoh dijelaskan bahwa Islam tidak bisa dipisahkan dari bahasa Arab. Setelah itu, sangat ingin untuk bisa bahasa Arab. Meski sampai saat ini belum mahir bahasa Arab (juga Bahasa Inggris), setidaknya saya tahu, saya harus terus belajar bahasar Al Qur’an, bahasa Nabi, dan Bahasanya Penghuni Surga itu. (Baca: <a href="http://at-tohir.blogspot.com/2013/09/agar-sukses-belajar-bahasa-arab.html" target="_blank">Tips Agar Sukses Belajar Bahasa Arab</a>)</div>
<div align="justify">
6. Perbedaan Antara Af’al dan Asy-ya’</div>
<div align="justify">
Dulu sering sekali membaca kaidah “<em>al ashlu fil asy-ya’ ibaahah maa lam yarid dalilut tahrim”</em> di beberapa tulisan. Dan “asy-ya’” disini digunakan untuk semua hal, dan <em>Alhamdulillah </em>di Hizbut Tahrir saya dikenalkan dengan kaidah lain yang membuat kaidah “asy-ya’” ini terbatas pada benda saja.</div>
<div align="justify">
7. Konsep Potensi Kehidupan</div>
<div align="justify">
Masalah ini merupakan pembahasan yang sangat bermanfaat bagi saya. Memahami konsep ini, kita bisa menempatkan diri dengan tepat dihadapan Allah SWT. Mengenal fitrah manusia serta problematikanya. Semuanya terjawab setelah mengkaji islam bersama Hizbut Tahri.</div>
<div align="justify">
8. Konsep Nilai dan Motivasi Perbuatan</div>
<div align="justify">
Setiap perbuatan itu ada nilai yang ingin diraih, dan kita harus menyesuaikannya. Menetapkan nilai perbuatan harus dilakukan secara tepat. Semua ini baru saya temukan setelah ikut kajian di Hizbut Tahrir. Termasuk juga mengenal motivasi dari setiap perbuatan. </div>
<div align="justify">
9. Pembuktian Keberadaan Allah</div>
<div align="justify">
Orang yang lahir sebagai muslim mungkin sejak kecil sudah tahu Allah itu <em>wujud. </em>Namun, bagaimana jika ada yang bertanya apa bukti Allah itu benar-benar wujud? bagaimana pembuktiannya? Nah, di Hizbut Tahrir saya mendapatkan rinciannya, dijelaskan dengan runut. <em>Alhamdulillah!</em></div>
<div align="justify">
10. Pembuktian Al Qur’an Sebagai Kalamullah dan Muhammad sebagai Rasul</div>
<div align="justify">
Berdiskusi dengan sesama muslim mungkin bisa berdalil dengan Al Qur’an dan hadits nabi. Tapi jika lawan diskusi kita adalah orang diluar Islam bagaimana? Misal berdiskusi tentang keberadaan surga dan neraka, atau yang lainnya. Apakah bisa berdalil dengan Al Qur’an dan Hadits? Padahal mereka tidak percaya kepada Al Qur’an dan tidak iman terhadap kerasulan Muhammad SAW. Di Hizbut Tahrir dibahas masalah ini. Sangat mencerahkan!</div>
<div align="justify">
12. Kejelasan Posisi Mujtahid dan Muqallid</div>
<div align="justify">
Bingung menetapkan diri, mujtahid atau muqallid? benarkan tidak boleh menjadi muqallid? benarkah semua orang bisa berijtihad? Saya menemukan jawabannya setelah ngaji di Hizbut Tahri.</div>
<div align="justify">
13. Konsep Akhlak</div>
<div align="justify">
Pembaca pasti sering mendengar bahwa Islam itu terdiri dari Akidah dan Akhlak, atau Aqidah, Syariah dan Akhlak. Apakah setiap perbuatan baik dalam pandangan manusia itu adalah akhlak? Benarkah Akhlak itu bagian terpisah dari Syariah? Jawabannya, tidak! Akhlak adalah bagian dari syari’ah. Dan Akhlak bukan segala sesuatu yang dianggap baik oleh manusia. </div>
<div align="justify">
14. Konsep Mabda’</div>
<div align="justify">
Apa itu mabda’? Darimana munculnya? Apa saja pilar-pilarnya? Saya temukan jawabannya saat saya halaqoh di Hizbut Tahrir.</div>
<div align="justify">
15. Tentang Hadharah dan Madaniyah</div>
<div align="justify">
Pernah dengan ada orang yang mengharamkan speaker untuk digunakan di masjid? Atau ada orang yang membolehkan wanita menjadi Imam? Kedua contoh ini adalah dua kutub ekstrim sikap muslim terhadap barat. Yang satu menolak semua yang bukan dari Islam, yang satu lagi menerima semua hal dari barat. Dan Alhamdulillah, setelah mengkaji bab <em>Hadharah </em>dan <em>Madaniyah </em>saya jadi tahu mana yang boleh diterima dan mana yang tidak.</div>
<div align="justify">
16. Dan lain-lain. (Sementara ini yang bisa saya ingat, nanti akan di<em>update </em>jika ada yang lain).</div>
<div align="justify">
Itulah diantara beberapa hal yang baru saya tahu setelah saya iku ngaji bersama Hizbut Tahrir. Kebanyakan tema ini ada dalam <em>Halaqah Umum</em> dan <em>Halaqoh Nizamul Islam.</em> Insya Allah rincaian dari semua itu akan saya tulis dalam postingan-postingan selanjutnya. <em>So, </em>sering-sering lah main ke blog sederhana ini. Saya sarankan juga untuk <em>berlangganan via email </em>agar mendapatkan postingan t erbarusaya langsung di email Anda, dengan cara memasukan alamat email ke kolom yang ada pada <em>sidebar</em>. [Muhammad Tohir]</div>
</div>
Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-8965726353100844022015-10-05T19:03:00.001-07:002015-10-05T19:03:49.226-07:00Nasyid Bil Khilafah (MP3 dan Lirik)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Berikut admin bagikan link donwload sebuah nasyid berbahasa arab yang sangat bagus bagi kaum muslimin pada umumnya, bagi pejuang <span id="goog_504082623"></span><a href="https://www.blogger.com/"></a><span id="goog_504082624"></span>Syari'ah dan Khilafah khususnya. Tidak lupa kami sertakan juga lirik nasyidnya yang admin dapatkan dari Grup WhatsApp. Semoga bermanfaat!<br />
<br />
<a href="https://app.box.com/bilkhilafah" target="_blank">Download Nasyid Bil Khilafah</a><br />
<br />
<b>Lirik Nasyid Bil Khilafah dan Terjemah </b><br />
<br />
<br /><i>bil khilaafah..bil khilaafah..</i><br />Dengan Khilafah..dengan Khilafah..<br /><br /><i>nartaqiy kulla syu'uubi wal 'ibaad.</i><br />Kita akan mengungguli semua bangsa dan manusia..<br /><br /><i>bil khilaafah .. bil khilaafah ..</i><br />Dengan Khilafah..dengan khilafah..<br /><br /><i>ta'taliy himamunaa nahwal amjaad..</i><br />Kemuliaan kita akan naik menuju kejayaan..<br /><br /><i>bil khilaafah..bil khilaafah..</i><br />Dengan khilafah..dengan Khilafah..<br /><i><br />nartaqiy kulla syu'uubi wal 'ibaad.</i><br />Kita akan mengungguli semua bangsa dan manusia..<br /><br /><i>bil khilaafah .. bil khilaafah ..</i><br />Dengan khilafah..dengan Khilafah..<br /><br /><i>ta'taliy himamunaa nahwal amjaad..</i><br />Kemuliaan kita akan naik menuju kejayaan..<br /><i><br />bi duruubil Islami nafkhar..</i><br />Dengan jalan Islam, kami bangga..<br /><i><br />azmunaa bil haqqi nanshuru.</i><br />Kami bertekad akan menjadi penolong kebenaran..<br /><br /><i>ummatan waahidah..</i><br />satu ummah<br /><i><br />daulatan waahidah..</i><br />satu daulah<br /><i><br />raayatan waahidah..</i><br />satu bendera<br /><i><br />syi'aarunaa, Allaahu akbar..</i><br />Syiar kami, Allah Maha Besar<br /><br /><i>syi'aarunaa, Allaahu akbar..</i><br />Syiar kami, Allah Maha Besar<br /><i><br />quwwatunaa fiy jam'i syamlil muslimiin..</i><br />Kekuatan kami adalah seluruh umat Islam..<br /><i><br />minas sudaani lil hindi li filisthiin..</i><br />Dari Sudan sampai India hingga Palestina.<br /><br /><i>Alam taraw rahawaani ardhil raafidiin..</i><br />Tidakkah kalian melihat betapa luasnya bumi Persia..<br /><br /><i>wa ardhi syam 'aqari daaril muslimiin..</i><br />dan bumi Syam, pusat negeri kaum muslimin..<br />
<br /><i>yaa syu'ba mishra war ribaathi wa wahraan..</i><br />Wahai rakyat Mesir dan bumi Ribath serta Wahraan<br /><br /><i>syu'ba tharaabilis wal ardhil qayrawaan..</i><br />Wahai rakyat Tripoli dan bumi Qayrawaan..<i><br /><br />li nansa min quluubina kullal awhaan..</i><br />agar kami dapat melupakan segala penyakit dalam hati-hati kami..<br /><br /><i>maghribuna..khaliijuna..</i><br />(Umat Islam di) Maroko kami..(Umat Islam di) Khalij kami..<br /><i><br />kullal ikhwaan..</i><br />Semuanya bersaudara..<br /><i><br />ummatan waahidah..</i><br />satu umat..<br /><br /><i>daulatan waahidah.</i>.<br />satu daulah..<br /><br /><i>raayatan waahidah..</i><br />satu bendera..<br /><br /><i>syi'aarunaa, Allaahu akbar..</i><br />syiar kami, Allah Maha Besar..<i><br /><br />syi'aarunaa, Allaahu akbar..</i><br />syiar kami, Allahu Maha Besar..<br /><br /><i>dhammush shufuufa..</i><br />Bergabunglah (kalian) dalam barisan ini..<i><br /><br />wahhiduu aamaalakum..</i><br />Satukanlah cita-cita kalian..<i><br /><br />khudzuus sabiila..</i><br />Ambillah (jalan dakwah) ini..<br /><br /><i>inhadhuu..</i><br />Bangkitlah kalian (dengan jalan dakwah ini)..<i><br /><br />khuudhuul ghibaar..</i><br />Berjuanglah (dengan kepulan) debu..<i><br /><br />Muhammad khayrul waraa qudwatikum..</i><br />Muhammad adalah sebaik-baik manusia, teladan kalian..<i><br /><br />kuunuu minannasii-il qawiimi wal akhyaar..</i><br />Jadilah kalian manusia terbaik dan terpilih..<i><br /><br />fainnakum syamaamu ra'sin man hanaa..</i><br />Maka sungguh kalian telah dihormati (oleh) orang-orang yang bersimpati..<i><br /><br />illaa laka ya hayyu allaamil ghuyuub..</i><br />Hanya kepadaMu, Wahai Zat Yang Maha Mengetahui Semua Perkara Yang Ghaib<br /><br /><i>Antalladziy wa adtanaa bi nashrinaa..</i><br />Engkaulah Zat Yang Menjanjikan Pertolongan kepada kami..<br /><br /><i>ij'alnaa haitsu salakanaa min duruub..</i><br />(Ya Allah) jadikan kami selalu ada di jalan (dakwah) ini..<br /><br /><i>ummatan waahidah..<br />daulatan waahidah..<br />raayatan waahidah..<br /><br />syi'aarunaa, Allaahu akbar..<br />syi'aarunaa, Allaahu akbar..</i></div>
Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-54884158553108968392015-01-10T18:30:00.001-08:002015-01-10T18:43:46.885-08:00Memahami Pengertian Riba, Hukum, dan Macam-Macanya [Part 2]<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<b>Definisi Riba </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Secara literal, riba bermakna tambahan (<i>al-ziyadah</i>)<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn1" name="_ftnref1_5236">[1]</a>. Sedangkan menurut istilah; Imam Ibnu al-‘Arabiy mendefinisikan riba dengan; semua tambahan yang tidak disertai dengan adanya pertukaran kompensasi.<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn2" name="_ftnref2_5236">[2]</a> Imam Suyuthiy dalam <i>Tafsir Jalalain </i>menyatakan, riba adalah tambahan yang dikenakan di dalam mu’amalah, uang, maupun makanan, baik dalam kadar maupun waktunya<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn3" name="_ftnref3_5236">[3]</a>. Di dalam kitab <i>al-Mabsuuth, </i>Imam Sarkhasiy menyatakan bahwa riba adalah <i>al-fadllu al-khaaliy ‘an al-‘iwadl al-masyruuth fi al-bai’</i> (kelebihan atau tambahan yang tidak disertai kompensasi yang disyaratkan di dalam jual beli). Di dalam jual beli yang halal terjadi pertukaran antara harta dengan harta. Sedangkan jika di dalam jual beli terdapat tambahan (kelebihan) yang tidak disertai kompensasi, maka hal itu bertentangan dengan perkara yang menjadi konsekuensi sebuah jual beli, dan hal semacam itu haram menurut syariat.<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn4" name="_ftnref4_5236">[4]</a> Dalam <i>Kitab al-Jauharah al-Naiyyirah</i>, disebutkan; menurut syariat, riba adalah aqad bathil dengan sifat tertentu, sama saja apakah di dalamnya ada tambahan maupun tidak. Perhatikanlah, anda memahami bahwa jual beli dirham dengan dirham yang pembayarannya ditunda adalah riba; dan di dalamnya tidak ada tambahan<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn5" name="_ftnref5_5236">[5]</a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam <i>Kitab Nihayat al-Muhtaaj ila Syarh al-Minhaaj</i>, disebutkan; menurut syariat, riba adalah <i>‘aqd ‘ala ‘iwadl makhshuush ghairu ma’luum al-tamaatsul fi mi’yaar al-syar’ haalat al-‘aqd au ma ta`khiir fi al-badalain au ahadihimaa”</i> (aqad atas sebuah kompensasi tertentu yang tidak diketahui kesesuaiannya dalam timbangan syariat, baik ketika aqad itu berlangsung maupun ketika ada penundaan salah satu barang yang ditukarkan)<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn6" name="_ftnref6_5236">[6]</a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://www.kaffah.biz/upload/user/islamlah_kamu_secara@kaffah.biz/13-May-2013/RIBA.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://www.kaffah.biz/upload/user/islamlah_kamu_secara@kaffah.biz/13-May-2013/RIBA.jpg" height="148" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sengsara karena riba'.</td></tr>
</tbody></table>
Dalam <i>Kitab Hasyiyyah al-Bajairamiy ‘ala al-Khathiib </i>disebutkan; menurut syariat, riba adalah <i>‘aqd ‘ala ‘iwadl makhshuush ghairu ma’luum al-tamaatsul fi mi’yaar al-syar’ haalat al-‘aqd au ma ta`khiir fi al-badalain au ahadihimaa”</i> (aqad atas sebuah kompensasi tertentu yang tidak diketahui kesesuaiannya dalam timbangan syariat, baik ketika aqad itu berlangsung maupun ketika ada penundaan salah satu barang yang ditukarkan, maupun keduanya)”. Riba dibagi menjadi tiga macam; riba fadlal, riba yadd, riba nasaa`<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn7" name="_ftnref7_5236">[7]</a>. Pengertian riba semacam ini juga disebutkan di dalam <i>Kitab Mughniy al-Muhtaaj ila Ma’rifat al-Faadz al-Minhaaj.<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn8" name="_ftnref8_5236"><b>[8]</b></a></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Hukum Riba</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Seluruh ‘ulama sepakat mengenai keharaman riba, baik yang dipungut sedikit maupun banyak. Seseorang tidak boleh menguasai harta riba; dan harta itu harus dikembalikan kepada pemiliknya, jika pemiliknya sudah diketahui, dan ia hanya berhak atas pokok hartanya saja. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Al-Quran dan Sunnah dengan sharih telah menjelaskan keharaman riba dalam berbagai bentuknya; dan seberapun banyak ia dipungut. Allah swt berfirman;<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div dir="rtl">
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبا لا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), “Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,” padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. </i>[TQS Al Baqarah (2): 275].<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div dir="rtl">
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ، فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُؤُوسُ أَمْوَالِكُمْ لا تَظْلِمُونَ وَلا تُظْلَمُونَ</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. </i>[TQS Al Baqarah (2): 279].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Di dalam Sunnah, Nabiyullah Mohammad saw:<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
دِرْهَمُ رِبَا يَأْكُلُهُ الرَّجُلُ وَهُوَ يَعْلَمُ أَشَدُّ مِنْ سِتٍّ وَثَلَاثِيْنَ زِنْيَةً</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>“Satu dirham riba yang dimakan seseorang, dan dia mengetahui (bahwa itu adalah riba), maka itu lebih berat daripada enam puluh kali zina”. </i>(HR Ahmad dari Abdullah bin Hanzhalah).<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div dir="rtl">
الرِبَا ثَلاثَةٌَ وَسَبْعُوْنَ بَابًا أَيْسَرُهَا مِثْلُ أَنْ يَنْكِحَ الرَّجُلُ أُمَّهُ, وَإِنَّ أَرْبَى الرِّبَا عَرْضُ الرَّجُلِ الْمُسْلِمَ<i></i></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>“Riba itu mempunyai 73 pintu, sedang yang paling ringan seperti seorang laki-laki yang menzinai ibunya, dan sejahat-jahatnya riba adalah mengganggu kehormatan seorang muslim”. </i>(HR Ibn Majah).<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div dir="rtl">
لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّباَ وَمُوْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ, وَقَالَ: هُمْ سَوَاءٌ</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>“Rasulullah saw melaknat orang memakan riba, yang memberi makan riba, penulisnya, dan dua orang saksinya. Belia bersabda; Mereka semua sama”. </i>(HR Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Di dalam Kitab al-Mughniy, Ibnu Qudamah mengatakan, “<i>Riba diharamkan berdasarkan Kitab, Sunnah, dan Ijma’. Adapun Kitab, pengharamannya didasarkan pada firman Allah swt,”Wa harrama al-riba” (dan Allah swt telah mengharamkan riba) (Al-Baqarah:275) dan ayat-ayat berikutnya. Sedangkan Sunnah; telah diriwayatkan dari Nabi saw bahwasanya beliau bersabda, “Jauhilah oleh kalian 7 perkara yang membinasakan”. Para shahabat bertanya, “Apa itu, Ya Rasulullah?”. Rasulullah saw menjawab, “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan haq, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari peperangan, menuduh wanita-wanita Mukmin yang baik-baik berbuat zina”. Juga didasarkan pada sebuah riwayat, bahwa Nabi saw telah melaknat orang yang memakan riba, wakil, saksi, dan penulisnya”.</i>[HR. Imam Bukhari dan Muslim]…Dan umat Islam telah berkonsensus mengenai keharaman riba.”<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn9" name="_ftnref9_5236">[9]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Imam al-Syiraaziy di dalam <i>Kitab al-Muhadzdzab</i> menyatakan; riba merupakan perkara yang diharamkan. Keharamannya didasarkan pada firman Allah swt, “<i>Wa ahall al-Allahu al-bai` wa harrama al-riba” (Allah swt telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba)[Al-Baqarah:275], </i>dan juga firmanNya, “<i>al-ladziina ya`kuluuna al-riba laa yaquumuuna illa yaquumu al-ladziy yatakhabbathuhu al-syaithaan min al-mass” (orang yang memakan riba tidak bisa berdiri, kecuali seperti berdirinya orang yang kerasukan setan)”. </i>[al-Baqarah:275]…..Ibnu Mas’ud meriwayatkan sebuah hadits, bahwasanya Rasulullah saw melaknat orang yang memakan riba, wakil, saksi, dan penulisnya”. [HR. Imam Bukhari dan Muslim]<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn10" name="_ftnref10_5236">[10]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam al-Shan’aniy di dalam <i>Kitab Subul al-Salaam </i>mengatakan; seluruh umat telah bersepakat atas haramnya riba secara global<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn11" name="_ftnref11_5236">[11]</a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam <i>Kitab I’aanat al-Thaalibiin</i> disebutkan; riba termasuk dosa besar, bahkan termasuk sebesar-besarnya dosa besar (<i>min akbar al-kabaair</i>). Pasalnya, Rasulullah saw telah melaknat orang yang memakan riba, wakil, saksi, dan penulisnya. Selain itu, Allah swt dan RasulNya telah memaklumkan perang terhadap pelaku riba. Di dalam <i>Kitab al-Nihayah</i> dituturkan bahwasanya dosa riba itu lebih besar dibandingkan dosa zina, mencuri, dan minum khamer.<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn12" name="_ftnref12_5236">[12]</a> Imam Syarbiniy di dalam <i>Kitab al-Iqna’</i> juga menyatakan hal yang sama<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn13" name="_ftnref13_5236">[13]</a>.Mohammad bin Ali bin Mohammad al-Syaukaniy menyatakan; kaum Muslim sepakat bahwa riba termasuk dosa besar.<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn14" name="_ftnref14_5236">[14]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Nawawiy di dalam <i>Syarh Shahih Muslim</i> juga menyatakan bahwa kaum Muslim telah sepakat mengenai keharaman riba jahiliyyah secara global<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn15" name="_ftnref15_5236">[15]</a>. Mohammad Ali al-Saayis di dalam <i>Tafsiir Ayaat Ahkaam </i>menyatakan, telah terjadi kesepakatan atas keharaman riba di dalam dua jenis ini (<i>riba nasii’ah</i> dan <i>riba fadlal</i>). Keharaman riba jenis pertama ditetapkan berdasarkan al-Quran; sedangkan keharaman riba jenis kedua ditetapkan berdasarkan hadits shahih<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn16" name="_ftnref16_5236">[16]</a>. Abu Ishaq di dalam <i>Kitab al-Mubadda’</i> menyatakan; keharaman riba telah menjadi konsensus, berdasarkan al-Quran dan Sunnah<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftn17" name="_ftnref17_5236">[17]</a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Jenis-jenis Riba</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Riba terbagi menjadi empat macam; (1) <i>riba nasiiah</i> (riba jahiliyyah); (2) riba fadlal; (3) riba qaradl; (4) riba yadd.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Riba Nasii`ah. </b>Riba Nasii`ah adalah tambahan yang diambil karena penundaan pembayaran utang untuk dibayarkan pada tempo yang baru, sama saja apakah tambahan itu merupakan sanksi atas keterlambatan pembayaran hutang, atau sebagai tambahan hutang baru. Misalnya, si A meminjamkan uang sebanyak 200 juta kepada si B; dengan perjanjian si B harus mengembalikan hutang tersebut pada tanggal 1 Januari 2009; dan jika si B menunda pembayaran hutangnya dari waktu yang telah ditentukan (1 Januari 2009), maka si B wajib membayar tambahan atas keterlambatannya; misalnya 10% dari total hutang. Tambahan pembayaran di sini bisa saja sebagai bentuk sanksi atas keterlambatan si B dalam melunasi hutangnya, atau sebagai tambahan hutang baru karena pemberian tenggat waktu baru oleh si A kepada si B. Tambahan inilah yang disebut dengan <i>riba nasii’ah</i>.<br />
<br />
<b></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun dalil pelarangannya adalah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim;</div>
<div style="text-align: justify;">
<div dir="rtl">
الرِّبَا فِيْ النَّسِيْئَةِ</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>” Riba itu dalam nasi’ah”.</i>[HR Muslim dari Ibnu Abbas]<i></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Ibnu Abbas berkata: Usamah bin Zaid telah menyampaikan kepadaku bahwa Rasulullah saw bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<i></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<div dir="rtl">
آلاَ إِنَّمَا الرِّبَا فِيْ النَّسِيْئَةِ</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
“<i>Ingatlah, sesungguhnya riba itu dalam nasi’ah”. </i>(HR Muslim). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Riba Fadlal</b>. Riba fadlal adalah riba yang diambil dari kelebihan pertukaran barang yang sejenis. Dalil pelarangannya adalah hadits yang dituturkan oleh Imam Muslim.</div>
<div style="text-align: justify;">
<div dir="rtl">
الذَّهَبُ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ وَالتَّمْرُ بِالتَّمْرِ وَالْمِلْحُ بِالْمِلْحِ مِثْلًا بِمِثْلٍ سَوَاءً بِسَوَاءٍ يَدًا بِيَدٍ فَإِذَا اخْتَلَفَتْ هَذِهِ الْأَصْنَافُ فَبِيعُوا كَيْفَ شِئْتُمْ إِذَا كَانَ يَدًا بِيَدٍ</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>“</i><i>Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, garam dengan garam, semisal, setara, dan kontan. Apabila jenisnya berbeda, juallah sesuka hatimu jika dilakukan dengan kontan”</i>.HR Muslim dari Ubadah bin Shamit ra).</div>
<div style="text-align: justify;">
<div dir="rtl">
الذَّهَبُ بِالذَّهَبِ وَزْنًا بِوَزْنٍ مِثْلًا بِمِثْلٍ وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ وَزْنًا بِوَزْنٍ مِثْلًا بِمِثْلٍ فَمَنْ زَادَ أَوْ اسْتَزَادَ فَهُوَ رِبًا</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>“Emas dengan emas, setimbang dan semisal; perak dengan perak, setimbang dan semisal; barang siapa yang menambah atau meminta tambahan, maka (tambahannya) itu adalah riba”. </i>(HR Muslim dari Abu Hurairah).</div>
<div style="text-align: justify;">
<div dir="rtl">
عن فضالة قال: اشتريت يوم خيبر قلادة باثني عشر دينارًا فيها ذهب وخرز، ففصّلتها فوجدت فيها أكثر من اثني عشر ديناراً، فذكرت ذلك للنبي صلّى الله عليه وسلّم فقال: <b>”لا تباع حتى تفصل“</b><b></b></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>“Dari Fudhalah berkata: Saya membeli kalung pada perang Khaibar seharga dua belas dinar. Di dalamnya ada emas dan merjan. Setelah aku pisahkan (antara emas dan merjan), aku mendapatinya lebih dari dua belas dinar. Hal itu saya sampaikan kepada Nabi saw. Beliau pun bersabda, “Jangan dijual hingga dipisahkan (antara emas dengan lainnya)”. </i>(HR Muslim dari Fudhalah)<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<i></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Said bin Musayyab bahwa Abu Hurairah dan Abu Said:</div>
<div style="text-align: justify;">
<div dir="rtl">
أن رسول الله صلّى الله عليه وسلّم بعث أخا بني عدي الأنصاري فاستعمله على خيبر، فقدم بتمر جنيب [نوع من التمر من أعلاه وأجوده] فقال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم: ”أكلّ تمر خيبر هكذا“؟ قال: لا والله يا رسول الله، إنا لنشتري الصاع بالصاعين من الجمع [نوع من التمر الرديء وقد فسر بأنه الخليط من التمر]، فقال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم: ”لا تفعلوا ولكن مثلاً بمثل أو بيعوا هذا واشتروا بثمنه من هذا، وكذلك الميزان“</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>“Sesungguhnya Rasulullah saw mengutus saudara Bani Adi al-Anshari untuk dipekerjakan di Khaibar. Kamudia dia datang dengan membawa kurma Janib (salah satu jenis kurma yang berkualitas tinggi dan bagus). Rasulullah saw bersabda, “Apakah semua kurma Khaibar seperti itu?” Dia menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah . Sesunguhnya kami membeli satu sha’ dengan dua sha’ dari al-jam’ (salah satu jenis kurma yang jelek, ditafsirkan juga campuran kurma). Rasulullah saw bersabda, “Jangan kamu lakukan itu, tapi (tukarlah) yang setara atau juallah kurma (yang jelek itu) dan belilah (kurma yang bagus) dengan uang hasil penjualan itu. Demikianlah timbangan itu”. </i>(HR Muslim)<i>.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Riba al-Yadd. </b>Riba yang disebabkan karena penundaan pembayaran dalam pertukaran barang-barang. Dengan kata lain, kedua belah pihak yang melakukan pertukaran uang atau barang telah berpisah dari tempat aqad sebelum diadakan serah terima. Larangan <i>riba yadd</i> ditetapkan berdasarkan hadits-hadits berikut ini;</div>
<div style="text-align: justify;">
<div dir="rtl">
الذَّهَبُ بِالذَّهَبِ رِبًا إِلَّا هَاءَ وَهَاءَ وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ رِبًا إِلَّا هَاءَ وَهَاءَ وَالتَّمْرُ بِالتَّمْرِ رِبًا إِلَّا هَاءَ وَهَاءَ وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ رِبًا إِلَّا هَاءَ وَهَاءَ</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>“Emas dengan emas riba kecuali dengan dibayarkan kontan, gandum dengan gandum riba kecuali dengan dibayarkan kontan; kurma dengan kurma riba kecuali dengan dibayarkan kontan; kismis dengan kismis riba, kecuali dengan dibayarkan kontan </i>(HR al-Bukhari dari Umar bin al-Khaththab)</div>
<div style="text-align: justify;">
<div dir="rtl">
الْوَرِقُ بِالذَّهَبِ رِبًا إِلَّا هَاءَ وَهَاءَ وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ رِبًا إِلَّا هَاءَ وَهَاءَ وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ رِبًا إِلَّا هَاءَ وَهَاءَ وَالتَّمْرُِالتَّمْرِ رِبًا إِلَّا هَاءَ وَهَاءَ </div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>“Perak dengan emas riba kecuali dengan dibayarkan kontan; gandum dengan gandum riba kecuali dengan dibayarkan kontan</i> <i>kismis dengan kismis riba, kecuali dengan dibayarkan kontan; kurma dengan kurma riba kecuali dengan dibayarkan kontan</i>“. [Ibnu Qudamah, <i>Al-Mughniy, </i>juz IV, hal. 13]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Riba Qardl. </b>Riba qaradl adalah meminjam uang kepada seseorang dengan syarat ada kelebihan atau keuntungan yang harus diberikan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman. Riba semacam ini dilarang di dalam Islam berdasarkan hadits-hadits berikut ini;</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Burdah bin Musa; ia berkata, “<i>“Suatu ketika, aku mengunjungi Madinah. Lalu aku berjumpa dengan Abdullah bin Salam. Lantas orang ini berkata kepadaku: ‘Sesungguhnya engkau berada di suatu tempat yang di sana praktek riba telah merajalela. Apabila engkau memberikan pinjaman kepada seseorang lalu ia memberikan hadiah kepadamu berupa rumput kering, gandum atau makanan ternak, maka janganlah diterima. Sebab, pemberian tersebut adalah riba”. </i>[HR. Imam Bukhari]<i> </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Juga, Imam Bukhari dalam “Kitab Tarikh”nya, meriwayatkan sebuah Hadits dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “<i>Bila ada yang memberikan pinjaman (uang maupun barang), maka janganlah ia menerima hadiah (dari yang meminjamkannya)”.</i>[HR. Imam Bukhari]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Hadits di atas menunjukkan bahwa peminjam tidak boleh memberikan hadiah kepada pemberi pinjaman dalam bentuk apapun, lebih-lebih lagi jika si peminjam menetapkan adanya tambahan atas pinjamannya. Tentunya ini lebih dilarang lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pelarangan riba qardl juga sejalan dengan kaedah ushul fiqh, “<i>Kullu qardl jarra manfa’atan fahuwa riba”.</i> (Setiap pinjaman yang menarik keuntungan (membuahkan bunga) adalah riba”.[Sayyid Saabiq, <i>Fiqh al-Sunnah, </i>(edisi terjemahan); jilid xii, hal. 113]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Praktek-praktek riba yang sering dilakukan oleh bank adalah riba nasii’ah, dan riba qardl; dan kadang-kadang dalam transaksi-transaksi lainnya, terjadi riba yadd maupun riba fadlal. Seorang Muslim wajib menjauhi sejauh-jauhnya praktek riba, apapun jenis riba itu, dan berapapun kuantitas riba yang diambilnya. Seluruhnya adalah haram dilakukan oleh seorang Muslim. [<i>Syamsuddin Ramadhan An Nawiy- Lajnah Tsaqafiyyah</i>]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Admin: Silahkan baca juga <a href="http://at-tohir.blogspot.com/2015/01/memahami-pengertian-riba-hukum-dan.html" target="_blank">Memahami Pengertian Riba, Hukum, dan Macam-Macanya [Part 2]</a></div>
<hr size="1" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" />
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref1" name="_ftn1_5236">[1]</a> Imam Thabariy, <i>Tafsir al-Thabariy, </i>juz 6, hal. 7; Ibnu al-‘Arabiy, <i>Ahkaam al-Quraan, </i>juz 1, hal. 320; Mohammad Ali As-Saayis, <i>Tafsiir Ayaat al-Ahkaam, </i>juz 1, hal. 16; <i>Subulus Salam</i>, juz 3, 16; <i>al-Mabsuuth</i>, juz 14, hal. 461; Abu Ishaq, <i>Al-Mubadda’, </i>juz 4, hal. 127; a<i>l-‘Inayah Syarh al-Hidayah</i>, juz 9, hal. 291; <i>al-Jauharah al-Nayyiirah, </i>juz 2, hal. 298; <i>Mughniy al-Muhtaaj ila Syarh al-Faadz al-Minhaaj</i>, juz 6, hal. 309; <i>Kitab Hasyiyyah al-Bajiiramiy ‘ala al-Khathiib, </i>juz 7, hal.328; <i>Syarh Muntahiy al-Idaraat</i>, juz 5, hal. 10; Imam al-Jashshash, <i>Ahkaam al-Quran, </i>juz 2, hal. 183; Imam al-Jurjaniy, <i>al-Ta’riifaat, </i>juz 1, hal. 146; Imam al-Manawiy, <i>al-Ta’aariif, </i>juz 1, hal. 354; Abu Ishaq, <i>Al-Mubadda’, </i>juz 4, hal. 127; al-Bahutiy, <i>al-Raudl al-Murbi’, </i>juz 2, hal. 106; <i>Kasyaaf al-Qanaa’</i>, juz 3, hal. 251; Imam Ibnu Qudamah, <i>Al-Mughniy, </i>juz 4, hal. 25; Imam Al-Dimyathiy, <i>I’anat al-Thaalibiin, </i>juz 3, hal. 16; Imam Syaukaniy, <i>Nail al-Authar, </i>juz 5, 273; </div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref2" name="_ftn2_5236">[2]</a> Imam Ibnu al-‘Arabiy, <i>Ahkaam al-Quran, </i>juz 1, hal. 321</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref3" name="_ftn3_5236">[3]</a> Imam Suyuthiy, <i>Tafsir Jalalain, </i>surat al-Baqarah:275</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref4" name="_ftn4_5236">[4]</a> <i>al-Mabsuuth</i>, juz 14, hal. 461; <i>Fath al-Qadiir,</i>juz 15, hal. 289</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref5" name="_ftn5_5236">[5]</a> <i>Kitab al-Jauharah al-Naiyyirah, </i>juz 2, hal. 298</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref6" name="_ftn6_5236">[6]</a> <i>Kitab Nihayat al-Muhtaaj ila Syarh al-Minhaaj, </i>juz 11, hal. 309; lihat juga <i>Asniy al-Mathaalib</i>, juz 7, hal. 471.</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref7" name="_ftn7_5236">[7]</a> <i>Kitab Hasyiyyah al-Bajiiramiy ‘ala al-Khathiib, </i>juz 7, hal.328</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref8" name="_ftn8_5236">[8]</a> <i>Mughniy al-Muhtaaj ila Syarh al-Faadz al-Minhaaj</i>, juz 6, hal. 309</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref9" name="_ftn9_5236">[9]</a> Imam Ibnu Qudamah, <i>Al-Mughniy, </i>juz 4, hal. 25<i> </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref10" name="_ftn10_5236">[10]</a> Imam al-Syiraaziy, <i>al-Muhadzdzab, </i>juz 1, hal. 270</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref11" name="_ftn11_5236">[11]</a> Imam al-Shan’aaniy, <i>Subul al-Salaam, </i>juz 3, hal. 36</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref12" name="_ftn12_5236">[12]</a> Imam Al-Dimyathiy, <i>I’anat al-Thaalibiin, </i>juz 3, hal. 16</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref13" name="_ftn13_5236">[13]</a> Imam Syarbiniy, <i>Kitab al-Iqna’, </i>juz 2, hal. 633. </div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref14" name="_ftn14_5236">[14]</a> Imam Syaukaniy, <i>Sail al-Jiraar, </i>juz 3, hal. 74</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref15" name="_ftn15_5236">[15]</a> Imam Nawawiy, <i>Syarh Shahih Muslim, </i>juz 11, hal. 9</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref16" name="_ftn16_5236">[16]</a> Mohammad Ali al-Saayis, <i>Tafsiir Ayat al-Ahkaam, </i>juz 1, hal. 162</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/?preview=true#_ftnref17" name="_ftn17_5236">[17]</a> Abu Ishaq, <i>al-Mubadda’, </i>juz 4, hal. 127</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: <a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/20/riba-definisi-hukum-dan-macamnya/" target="_blank">Hizbut Tahrir Indonesia</a></div>
</div>
Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-5245984523923640632015-01-09T08:45:00.001-08:002015-01-10T18:32:21.250-08:00Memahami Pengertian Riba, Hukum, dan Macam-macam Riba [Part 1]<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><b>Oleh </b>Ust. Titok Priastomo</span></span></h4>
<h4 style="text-align: justify;">
Definisi Riba</h4>
<div style="text-align: justify;">
<b>Apa itu riba? </b>Jawabnya:<b> <i>Riba</i></b> <i><b>adalah</b> </i>beberapa jenis transaksi yang diharamkan dalam islam. Berbagai jenis <b>riba yang diharamkan</b> itu telah merajalela di tengah masyarakat kita. Antara satu jenis riba dengan jenis yang lain kadang terlihat sangat berbeda. Oleh karena itu, sulit bagi kita untuk merangkum berbagai <b><i>jenis riba</i></b> tersebut dalam sebuah definisi yang pas. Maka, dari pada kita menghabiskan tempat untuk berpayah-payah mencari <b><i>definisi riba</i></b>, lebih baik kita langsung biacara tentang contoh konkret dari <b><i>jenis-jenis riba</i></b> yang ada. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Jenis-Jenis Riba</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mayoritas ulama menyatakan bahwa riba bisa terjadi dalam dua hal, yaitu dalam utang (<i>dain</i>) dan dalam transaksi jual-beli (<i>bai’</i>). Keduanya biasa disebut dengan istilah riba utang (<i>riba duyun</i>)dan riba jual-beli (<i>riba buyu’</i>). Mari kita tinjau satu persatu:</div>
<h5 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>Riba Dalam Utang</b></span></h5>
<div style="text-align: justify;">
Dikenal dengan istilah <i>riba duyun</i>, yaitu manfaat tambahan terhadap utang. Riba ini terjadi dalam transaksi utang-piutang (<i>qardh</i>) atau pun dalam transaksi tak tunai selain <i>qardh</i>, semisal transaksi jual-beli kredit (<i>bai’ muajjal</i>). Perbedaan antara utang yang muncul karena <i>qardh</i> dengan utang karena jual-beli adalah asal akadnya. Utang <i>qardh </i>muncul karena semata-mata akad utang-piutang, yaitu meminjam harta orang lain untuk dihabiskan lalu diganti pada waktu lain. Sedangkan utang dalam jual-beli muncul karena harga yang belum diserahkan pada saat transaksi, baik sebagian atau keseluruhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Contoh riba dalam utang-piutang (<i>riba qardh</i>), misalnya, jika si A mengajukan utang sebesar Rp. 20 juta kepada si B dengan tempo satu tahun. Sejak awal keduanya telah menyepakati bahwa si A wajib mengembalikan utang ditambah bunga 15%, maka tambahan 15% tersebut merupakan riba yang diharamkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Termasuk <i>riba duyun </i>adalah, jika kedua belah pihak menyepakati ketentuan apabila pihak yang berutang mengembalikan utangnya tepat waktu maka dia tidak dikenai tambahan, namun jika dia tidak mampu mengembalikan utangnya tepat waktu maka temponya diperpanjang dan dikenakan tambahan atau denda atas utangnya tersebut. Contoh yang kedua inilah yang secara khusus disebut <i>riba jahiliyah </i>karena banyak dipraktekkan pada zaman pra-Islam, meski asalnya merupakan transaksi <i>qardh</i> (utang-piutan).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara riba utang yang muncul dalam selain <i>qardh</i> (pinjam) contohnya adalah apabila si X membeli motor kepada Y secara tidak tunai dengan ketentuan harus lunas dalam tiga tahun. Jika dalam tiga tahun tidak berhasil dilunasi maka tempo akan diperpanjang dan si X dikenai denda berupa tambahan sebesar 5%, misalnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perlu diketahui bahwa dalam konteks pinjaman, riba atau tambahan diharamkan secara mutlak tanpa melihat jenis barang yang diutang. Maka, riba jenis ini bisa terjadi pada segala macam barang. Jika si A meminjam dua liter bensin kepada si B, kemudian disyaratkan adanya penambahan satu liter dalam pengembaliannya, maka tambahan tersebut adalah riba yang diharamkan. Demikian pula jika si A meminjam 10 kg buah apel kepada si B, jika disyaratkan adanya tambahan pengembalian sebesar 1kg, maka tambahan tersebut merupakan riba yang diharamkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya menyatakan, “kaum muslimin telah bersepakat berdasarkan riwayat yang mereka nukil dari Nabi mereka (saw) bahwa disyaratkannya tambahan dalam pinjam meminjam (qardh) adalah riba, meski hanya berupa segenggam makanan ternak”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan, mayoritas ulama menyatakan jika ada syarat bahwa orang yang meminjam harus memberi hadiah atau jasa tertentu kepada si pemberi pinjaman, maka hadiah dan jasa tersebut tergolong riba, sesuai kaidah, “setiap <i>qardh</i> yang menarik manfaat maka ia adalah riba”. Sebagai contoh, apabila si B bersedia memberi pinjaman uang kepada si A dengan syarat si A harus meminjamkan kendaraannya kepada si B selama satu bulan, maka manfaat yang dinikmati si B itu merupakan riba.</div>
<h5 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>Riba Dalam Jual-beli</b></span></h5>
<div style="text-align: justify;">
Dalam jual-beli, terdapat dua jenis riba, yakni <i>riba fadhl</i> dan <i>riba nasi’ah</i>. Keduanya akan kita kenal lewat contoh-contoh yang nanti akan kita tampilkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbeda dengan riba dalam utang (<i>dain</i>) yang bisa terjadi dalam segala macam barang, riba dalam jual-beli tidak terjadi kecuali dalam transaksi enam barang tertentu yang disebutkan oleh Rasulullah saw. Rasulullah saw bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“</i><i>Jika emas ditukar dengan emas, perak ditukar dengan perak, bur (gandum) ditukar dengan bur, sya’ir (jewawut, salah satu jenis gandum) ditukar dengan sya’ir, kurma dutukar dengan kurma, dan garam ditukar dengan garam, maka jumlah (takaran atau timbangan) harus sama dan dibayar kontan (tunai). Barangsiapa menambah atau meminta tambahan, maka ia telah berbuat riba. Orang yang mengambil tambahan tersebut dan orang yang memberinya sama-sama berada dalam dosa.” </i>(HR. Muslim no. 1584)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam riwayat lain dikatakan:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“<i>Emas ditukar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, jewawut dengan jewawut, kurma dengan kurma, garam dengan garam, harus semisal dengan semisal, sama dengan sama (sama beratnya/takarannya), dan dari tangan ke tangan (kontan). Maka jika berbeda jenis-jenisnya, juallah sesuka kamu asalkan dari tangan ke tangan (kontan).</i>” (HR Muslim no 1210; At-Tirmidzi III/532; Abu Dawud III/248).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada beberapa poin yang bisa kita ambil dari hadits di atas:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Pertama, </i>Rasulullah saw dalam kedua hadits di atas secara khusus hanya menyebutkan enam komoditi saja, yaitu: emas, perak, gandum, jewawut, kurma dan garam. Maka ketentuan/larangan dalam hadits tersebut hanya berlaku pada keenam komoditi ini saja tanpa bisa diqiyaskan/dianalogkan kepada komoditi yang lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, keenam komoditi ini kita sebut sebagai <i>barang-barang ribawi</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Kedua, </i>Setiap pertukaran sejenis dari keenam <i>barang ribawi,</i> seperti emas ditukar dengan emas atau garam ditukar dengan garam, maka terdapat dua ketentuan yang harus dipenuhi, yaitu: <i>pertama </i>takaran atau timbangan keduanya harus sama; dan <i>kedua </i>keduanya harus diserahkan saat transaksi secara tunai/kontan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan ketentuan di atas, kita tidak boleh menukar kalung emas seberat 10 gram dengan gelang emas seberat 5 gram, meski nilai seni dari gelang tersebut dua kali lipat lebih tinggi dari nilai kalungnya. Kita juga tidak boleh menukar 10 kg kurma kualitas jelek dengan 5 kg kurma kualitas bagus, karena pertukaran kurma dengan kurma harus setakar atau setimbang. Jika tidak setimbang atau setakaran, maka terjadi riba, yang disebut <i>riba fadhl</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disamping harus sama, pertukaran sejenis dari <i>barang-barang ribawi</i> harus dilaksanakan dengan tunai/kontan. Jika salah satu pihak tidak menyerahkan barang secara tunai, meskipun timbangan dan takarannya sama, maka hukumnya haram, dan praktek ini tergolong <i>riba nasi’ah </i>atau ada sebagian ulama yang secara khusus menamai penundaan penyerahan <i>barang ribawi</i> ini dengan sebutan <i>riba yad</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Ketiga, </i>Pertukaran tak sejenis di antara keenam <i>barang ribawi</i> tersebut hukumnya boleh dilakukan dengan berat atau ukuran yang berbeda, asalkan tunai. Artinya, kita boleh menukar 5 gram emas dengan 20 gram perak atau dengan 30 gram perak sesuai kerelaan keduabelah pihak. Kita juga boleh menukar 10 kg kurma dengan 20 kg gandum atau dengan 25 kg gandum, sesuai kerelaan masing-masing. Itu semua boleh asalkan tunai alias kedua belah pihak menyerahkan barang pada saat transaksi. Jika salah satu pihak menunda penyerahan barangnya, maka transaksi itu tidak boleh dilakukan. Para ulama menggolongkan praktek penundaan penyerahan <i>barang ribawi</i> ini kedalam jenis <i>riba nasi’ah </i>tapi ada pula ulama yang memasukkannya dalam kategori sendiri dengan nama <i>riba yad</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Keempat, </i>Jika <i>barang ribawi</i> ditukar dengan selain <i>barang ribawi</i>, seperti perak ditukar dengan ke kayu, maka dalam hal ini tidak disyaratkan harus setimbang dan tidak disyaratkan pula harus kontan karena kayu bukan termasuk <i>barang ribawi</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Kelima, </i>Selain keenam <i>barang-barang ribawi</i> di atas, maka kita boleh menukarkannya satu sama lain meski dengan ukuran/kuantitas yang tidak sama, dan kita juga boleh menukar-nukarkannya secara tidak tunai. Sebagai contoh, kita boleh menukar 10 buah kelapa dengan 3 kg kedelai secara tidak kontan karena kelapa dan kedelai bukan <i>barang ribawi</i>.</div>
<h4 style="text-align: justify;">
<b>Memahami Riba Fadhl dan Riba Nasi’ah</b></h4>
<div style="text-align: justify;">
<i>Fadhl</i> secara bahasa berarti tambahan atau kelebihan. Sedangkan <i>nasii’ah </i>secara bahasa maknanya adalah penundaan atau penangguhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, sekarang mari kita mencoba untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh para ulama dengan istilah <i>riba fadhl</i> dan <i>riba nasi’ah</i>, meskipun sebenarnya, setelah kita memahami fakta tentang jenis-jenis riba, bukan suatu hal yang wajib untuk mengenal nama-namanya. Hanya saja, karena istilah riba <i>fadhl</i> dan <i>nasi’ah </i>ini sangat sering kita baca atau kita dengar, maka kita akan menemukan kesulitan untuk memahami tulisan atau pembicaraan yang mengandung kedua istilah tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Silahkan cermati kembali poin dua dan poin tiga pada penjelasan hadits yang baru saja kita lewati, setelah itu <i>insyaallah</i> kita bisa memahami apa yang disebut dengan <i>riba fadhl</i> dan <i>riba nasi’ah</i>. <i>Riba fadhl</i> adalah tambahan kuantitas yang terjadi pada pertukaran antar <i>barang-barang ribawi</i> yang sejenis, seperti emas 5 gram ditukar dengan emas 5,5 gram. Sedangkan <i>riba nasi’ah</i> adalah riba yang terjadi karena penundaan, sebab, nasi’ah sendiri maknanya adalah penundaan atau penangguhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semua riba utang (<i>riba duyun</i>) yang telah kita bahas sebelumnya tergolong riba <i>nasi’ah</i>, karena semuanya muncul akibat tempo. Dalam konteks utang, riba <i>nasi’ah</i> berupa tambahan sebagai kompensasi atas tambahan tempo yang diberikan. contohnya utang dengan tempo satu tahun tidak berhasil dilunasi sehingga dikenakan tambahan utang sebesar 15%, misalnya. Maka, tambahan 15% ini merupakan <i>riba nasi’ah</i>. Juga dalam <i>riba qardh</i> dimana keberadaan tambahan telah disepakati sejak awal, semisal ada ketentuan untuk mengembalikan utang sebesar 115%. Ini juga termasuk riba <i>nasi’ah </i>(meski sebagian ulama ada yang memasukkannya dalam ketegori <i>riba fadhl</i> ditinjau dari segi bahwa ia merupakan pertukaran barang sejenis dengan penambahan).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu, dalam konteks jual-beli barang ribawi, <i>riba nasi’ah</i> tidak berupa tambahan, melainkan semata dalam bentuk penundaan penyerahan barang ribawi yang sebenarnya disyaratkan harus tunai itu, baik keduanya sejenis maupun berbeda jenis. Contohnya seperti membeli emas menggunakan perak secara tempo, atau membeli perak dengan perak secara tempo. Praktek tersebut tidak boleh dilakukan karena emas dan perak merupakan barang ribawi yang jika ditukar dengan sesama barang ribawi disyaratkan harus kontan. Itulah mengapa, pertukaran barang ribawi secara tidak tunai digolongkan kedalam riba <i>nasi’ah</i>. Sebagian ulama menyebut penyerahan tertunda dalam pertukaran sesama barang ribawi ini dengan istilah khusus, yakni <i>riba yad</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://www.titokpriastomo.com/wp-content/uploads/2013/01/skema-macam-macam-riba.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://www.titokpriastomo.com/wp-content/uploads/2013/01/skema-macam-macam-riba.jpg" height="299" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Skema Untuk Memudahkan Memahami Macam-Macam Riba (Klik untuk Memperbesar)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>Kesimpulan</b></span></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Riba bisa terdapat dalam utang dan transaksi jual-beli.</li>
<li>Riba dalam utang adalah tambahan atas utang, baik yang disepakati sejak awal ataupun yang ditambahkan sebagai denda atas pelunasan yang tertunda. Riba utang ini bisa terjadi dalam <i>qardh</i> (pinjam/utang-piutang) ataupun selain qardh, seperti jual-beli kredit. Semua bentuk riba dalam utang tergolong <i>riba nasi’ah </i>karena muncul akibat tempo (penundaan).</li>
<li>Riba dalam jual beli terjadi karena pertukaran tidak seimbang di antara barang ribawi yang sejenis (seperti emas 5 gram ditukar dengan emas 5,5 gram). Jenis ini yang disebut sebagai <i>riba fadhl</i>.</li>
<li>Riba dalam jual-beli juga terjadi karena pertukaran antar barang ribawi yang tidak kontan, seperti emas ditukar dengan perak secara kredit. Praktek ini digolongkan ke dalam <i>riba nasi’ah</i> atau secara khusus disebut dengan istilah <i>riba yad</i>.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Wallahu a’lam</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.titokpriastomo.com/fiqih/pengertian-riba-jenis-jenis-riba-contoh-contoh-riba.html" target="_blank">Sumber</a><br />
<br />
Admin: Baca juga <a href="http://at-tohir.blogspot.com/2015/01/memahami-pengertian-riba-hukum-dan_10.html" target="_blank">Memahami Pengertian Riba, Hukum, dan Macam-Macanya [Part 2]</a> </div>
</div>
Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-14488774193016312652015-01-09T03:48:00.001-08:002015-01-09T08:56:27.468-08:00Tafsir Ayat-ayat Riba<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<i><b>Oleh </b>Al Ustadz Drs. Hafizh Abdurrahman, MA</i><br />
<br />
<div align="center">
<span style="font-size: medium;">بسم الله الرحمن الرحيم</span></div>
<div align="right">
<span style="font-size: medium;">]الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللهَُّ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَىاللهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ% يَمْحَقُ اللهَُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ% إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ% يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُواللهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ[ <br />[البقرة:275-278].</span></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Tafsir Ayat</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
Dalam surah al-Baqarah: 275 di atas, Allah mencela orang yang memakan riba (<i>al-ladzîna ya’kulûna ar-ribâ</i>) seraya menyamakan mereka dengan orang yang berdiri gontai laksana berdirinya orang yang kerasukan setan; lupa diri dan ingatan, alias tidak waras (<i>lâ yaqûmûna illâ kamâ yaqûmu al-ladzî yatakhabbatuhu as-syaythân min al-massi</i>). Celaan ini sangat keras, bahkan sangat menyakitkan. Sebab, Allah Swt. bukan hanya mencela, tetapi telah menyamakan orang yang dicela dengan orang yang kerasukan setan. Di sini Allah sengaja menggunakan <i>uslûb tasybîh</i> (gaya perumpamaan) untuk menguatkan negatifnya <i>image</i> orang yang memakan (<i>ya’kulûna</i>) riba atau, menurut as-Suyûthi, juga orang yang menghalalkan (<i>yasta<u>h</u>illûna</i>)-nya.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_edn1" name="_ednref1">[i]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekalipun Allah tidak menyebutkan <i>wajh as-syabah</i> (wujud persamaan)-nya, setiap orang yang mau membandingkan keduanya akan bisa menemukan jawabannya, bahwa keduanya sama-sama lupa diri (tidak waras). Sebagian ahli tafsir, seperti as-Syaukani, menafsirkan <i>lâ yaqûmûna</i> (tidak bangkit) adalah tidak bangkit pada Hari Kiamat. Artinya, pada Hari Kiamat kelak, orang yang memakan riba akan dibangkitkan menjadi gila sebagai siksaan bagi mereka.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_edn2" name="_ednref2">[ii]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, Allah memberi alasan, mengapa mereka dikatakan “tidak waras” atau “berdiri gontai”? Jawabannya, karena mereka menganggap, bahwa jual-beli itu sama dengan riba (<i>dzâlika bi annahum qâlû innamâ al-bay‘u mitslu ar-ribâ</i>). Bagaimana tidak, jual-beli yang jelas-jelas berbeda dengan riba dikatakan sama; hukum jual-beli adalah halal, sedangkan riba jelas haram (<i>wa a<u>h</u>alla Allâhu al-bay‘a wa <u>h</u>arrama ar-ribâ</i>). Di sini Allah menyebut <i>ar-ribâ</i> setelah <i>al-bay</i>‘<i>u</i>, karena riba merupakan derivat jual-beli yang ditambah dengan kompensasi tertentu, baik akibat pertambahan waktu (<i>nasî’ah</i>) maupun kelebihan pertukaran barang (<i>fadhl</i>); sekalipun kemudian masing-masing mempunyai hukum yang berbeda, karena <i>manâth al-<u>h</u>ukm</i> (fakta hukum)-nya jelas berbeda. Karena itu, kecaman di atas bukan hanya ditujukan untuk orang yang memakan riba <i>nasî’ah</i>, tetapi juga untuk riba <i>fadhl</i>. <a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_edn3" name="_ednref3">[iii]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://www.titokpriastomo.com/wp-content/uploads/2013/02/macam-macam-riba.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://www.titokpriastomo.com/wp-content/uploads/2013/02/macam-macam-riba.jpg" height="186" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bunga Bank adalah Riba'</td></tr>
</tbody></table>
Orang yang telah memakannya sebelum diturunkannya hukum riba, kemudian setelah hukum tersebut turun, dia menghentikan praktik riba (<i>faman jâ’ahu maw’idhatu min rabbihi fantahâ</i>), masih mempunyai hak atas harta yang diperolehnya di masa lalu (<i>falahu mâ salafa</i>), dan urusannya diserahkan kepada Allah (<i>wa amruhu ila Allâhi</i>). Akan tetapi, jika setelah diturunkannya hukum tersebut mereka masih mengulangi praktik yang sama, maka mereka adalah para penghuni neraka yang akan kekal di dalamnya (<i>wa man ‘âda fa’ulâ’ika ashhâbu an-nâr, hum fîhâ khâlidûn</i>). Pernyataan Allah ini merupakan <i>qarînah</i> (indikator) yang tegas, yang membuktikan keharaman hukum riba.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, dalam surah al-Baqarah ayat 276, Allah menegaskan, bahwa Dia memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah (<i>yam<u>h</u>aqu Allâh ar-ribâ wa yurbî as-shadaqât</i>). Allah menyatakan demikian untuk membalik persepsi, bahwa sekalipun secara matematis riba menguntungkan, di sisi Allah dinihilkan. Sebaliknya, sedekah yang secara matematis merugikan, karena harta yang disedekahkan berkurang, di sisi Allah justru dilipatgandakan. Kemudian dilanjutkan dengan pernytaan: <i>Wa-Llâha la yu<u>h</u>ibbu kulla kaffârin atsîm</i> (Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa). </div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam surah al-Baqarah ayat 277, Allah menegaskan bahwa orang-orang beriman, beramal salih, menegakkan shalat dan menunaikan zakat telah mendapatkan pahala di sisi Tuhan mereka dan tidak ada sedikitpun rasa takut dan sedih pada diri mereka (<i>inna al-ladzîna âmanû wa ‘amilû as-shâlihât wa aqâmû as-shalâh wa âtû az-zakâh, lahum ajruhum ‘inda rabbihim wa lâ khawfun ‘alayhim wa lâ hum ya<u>h</u>zanûn</i>).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam ayat berikutnya, Allah memerintahkan agar orang-orang yang beriman agar bertakwa kepada Allah dan meninggalkan semua bentuk riba, jika mereka memang termasuk orang-orang Mukmin (<i>Yâ ayyuhâ al-ladzîna âmanû ittaqû-Allâh wa dzarû mâ baqiya min ar-ribâ in kumtum mu’minîn</i>). Ungkapan <i>ittaqû Allâh</i> (bertakwallah kepada Allah) ini mempunyai makna yang mendalam; sama dengan “jagalah dirimu dari kemurkaan dan azab Allah sebagai konsekuensi dari sikap dan tindakanmu.” Inilah makna yang terngiang-ngiang dalam benak orang Mukmin ketika diingatkan dengan: <i>ittaqû Allâh</i>. Ini dinyatakan terlebih dulu untuk menggugah kesadaran pihak yang diseru (<i>al-mukhâthab</i>) agar melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya (<i>imtitsâl awâmirihi wa ijtinâbu an-nawâhihi</i>). Setelah itu, baru diperintahkan agar meninggalkan semua bentuk riba ( <i>wa dzarû mâ baqiya min ar-ribâ</i>), baik yang <i>al-fadhl</i> maupun an-nasî’ah, disertai dengan peringatan dalam bentuk kalimat bersyarat: <i>in kumtum mu’minîn</i> (jika kalian memang beriman). Kalimat ini merupakan ancaman terhadap orang yang masih mempraktikkan riba setelah turunnya larangan ini, yang diancam dengan “kehilangan iman”. Artinya, jika ia masih melakukan praktik riba, berarti ia tidak beriman kepada Allah, alias kufur kepada-Nya. Ini merupakan kesimpulan yang diambil dari <i>mafhûm mukhâlafah</i> (pemahaman kebalikan) dari kalimat: <i>in kumtum mu’minîn</i>. Ini sekaligus merupakan <i>stressing</i> (penekanan) yang luar biasa mengenai keharaman riba. </div>
<div style="text-align: justify;">
Di samping itu, ayat yang terakhir ini merupakan ayat riba yang terakhir diturunkan, sehingga me-<i>nasakh</i> (menghapus) semua bentuk hukum yang sebelumnya membolehkan riba, baik yang <i>adh’âf mudhâ’afah</i> (memberatkan) atau tidak. Inilah secara umum tafsir surah al-Baqarah ayat 175-178. </div>
<h6 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Wacana Tafsir: Makna Riba</span></h6>
<div style="text-align: justify;">
Kata <i>ar-ribâ</i> secara etimologis mempunyai konotasi <i>az-ziyâdah</i> (pertambahan); <i>rabâ as-syay’</i> artinya <i>zâda ‘ammâ kâna ‘alayhi</i>, bertambah dari kuantitas sebelumnya. Perlu dicatat, bahwa konotasi kata Arab tidak akan terlepas dari tiga bentuk: <i>Pertama</i>, konotasi etimologis (<i>al-ma’nâ al-lughawi</i>); makna yang digunakan oleh orang Arab agar kata yang digunakan bisa menunjukkan makna tersebut. Dari sini, kata <i>ribâ</i> antara lain bisa berkonotasi “pertambahan” atau “peningkatan”. Jika ada orang dikatakan, “<i>Ribâ ar-rajulu fî qawmihi</i>,” konotasinya adalah, “<i>Irtafa’a qadruhu</i>,” (Kemampuannya meningkat). <i>Kedua</i>, konotasi tradisional/konvensional (<i>al-ma’nâ al-urfi</i>); makna kata tertentu yang biasa digunakan oleh orang Arab untuk memperkenalkan sesuatu, bukan makna yang digunakan secara etimologis. Artinya, ketika kata tersebut digunakan, maknanya telah berubah dari konteks bahasa (<i>lughawi</i>) ke konteks tradisi/konvensi (‘<i>urfi</i>). Misalnya, dalam tradisi/konvensi para ulama ushul fikih, kata ‘<i>illat</i> yang secara bahasa bermakna <i>penyakit</i> dimaknai sebagai <i>sabab at-tasyrî‘ </i>(latar belakang turunnya hukum); atau kata <i>al-<u>h</u>âkim</i> yang secara bahasa berarti hakim, komandan, pimpinan dimaknai sebagai <i>Pembuat Hukum</i>, yakni Allah. Dalam konteks ini pula, ribâ, secara tradisional/konvensional adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan pertambahan yang ditetapkan sebagai kompensasi penangguhan utang, seperti ungkapan: <i>A taqdhi am turbi</i>? (Apakah Anda mau dibayar <i>cash</i> atau ditangguhkan dengan kompensasi tambahan.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_edn4" name="_ednref4">[iv]</a> <i>Ketiga</i>, konotasi <i>syar‘î</i> (<i>al-ma’nâ as-syar‘î</i>); makna yang dikehendaki oleh syariat melalui penggunaan kata tertentu, bukan makna asal yang digunakan secara etimologis. Misalnya, kata as-shawm (puasa) secara <i>syar‘î</i> digunakan untuk menyebut ibadah tertentu yang terikat dengan waktu, tempo dan aturan tertentu. Hal yang sama juga terjadi pada kata <i>ar-ribâ</i> yang digunakan oleh syariat untuk menunjukkan pertambahan dalam muamalah tertentu, bukan yang lain; <i>ar-ribâ</i> berbeda pula dengan <i>al-bay‘</i> (jual-beli).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian, setelah <i>ribâ</i> dideskripsikan oleh syariat tidak lagi berkonotasi <i>pertambahan</i> secara mutlak, tetapi konotasinya menjadi: <i>pertambahan akibat pertukaran jenis tertentu, baik yang disebabkan oleh kelebihan dalam pertukaran dua harta yang sejenis di tempat pertukaran</i> (majlis at-tabâdul), <i>seperti yang terjadi dalam </i>ribâ al-fadhl<i>, ataupun disebabkan oleh kelebihan tenggang waktu </i>(al-ajal),<i> sebagaimana yang terjadi dalam </i>ribâ an-nasî’ah aw at-ta’khîr.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_edn5" name="_ednref5">[v]</a> Inilah definisi riba secara <i>syar‘î</i>. </div>
<h6 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Wacana Tafsir: Bentuk-bentuk Riba</span></h6>
<div style="text-align: justify;">
Bentuk riba, sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya ada dua: <i>nasî’ah</i> dan <i>fadhl</i>. Sekalipun riba yang terakhir ini ada, tetapi keberadaannya tidak banyak ditemukan dalam kehidupan kaum Muslim. Berbeda dengan riba <i>nasî’ah</i>, ragamnya memang banyak ditemukan dalam kehidupan ummat Islam, baik dalam pertukaran mata uang (<i>as-sharf</i>) maupun simpan-pinjam (<i>al-qardh</i>). </div>
<div style="text-align: justify;">
Praktik riba <i>nasî’ah</i> dalam kasus pertukaran mata uang biasanya terjadi dalam transaksi pembelian jenis uang tertentu dengan uang lain, seperti antara dolar Amerika dengan rupiah, tanpa proses serah-terima antara kedua belah pihak (<i>dûna taqâbudh</i>). Sedangkan praktik riba <i>nasî’ah</i> dalam kasus simpan-pinjam ini terjadi ketika seseorang meminjam (<i>istalâf</i>) uang kepada orang atau institusi keuangan sebesar Rp 1 juta, misalnya, kemudian orang tersebut diminta mengembalikan Rp 1,5 juta sebagai kompensasi atas pinjamannya untuk tenggang waktu tertentu, selain pengembalian uang pokoknya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kasus riba <i>nasî’ah</i> dalam simpan pinjam tersebut saat ini telah menggurita dalam kehidupan perekonomian umat Islam. Praktik ini biasanya disponsori oleh bank-bank konvensional, yang umumnya bermain di pasar uang. Bank-bank ini bahkan menjadi tulang punggung pasar uang tersebut. Fungsi bank-bank ini adalah menarik uang yang beredar sebagai simpanan (<i>wadî’ah</i>) atau pinjaman (<i>qardh</i>) yang biasanya disertai dengan kompensasi prosentase tertentu yang dibayarkan kepada penyimpan (<i>muwadi’</i>) atau pemberi pinjaman (<i>muqridh</i>), kemudian bank-bank ini menyuplai kekurangan anggota masyarakat; tentu dengan kompensasi dalam bentuk prosentase tertentu. Prosentase inilah yang biasanya disebut bunga (<i>interest</i>) simpan-pinjam atau ada yang menyebutnya sebagai ‘harga pemanfaatan uang’ seiring dengan perjalanan waktu. </div>
<div style="text-align: justify;">
Mengenai fungsi bank dalam pendanaan proyek-proyek besar seperti pendirian komunitas bisnis, properti, hotel dan produksi, serta pembelian saham-saham perusahaan sebenarnya merupakan derivat dari pemberdayaan potensi keuangan bank. Ini dilakukan untuk mengeksploitasi pemanfaatan uang yang disimpan secara maksimal dengan keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan jika diberikan kepada nasabah dalam bentuk pinjaman langsung; tentu dengan kompensasi bunga yang jauh lebih besar. Kasus ini juga sama; secara <i>qath‘î</i> (tegas) hukumnya haram. </div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;">Wacana Tafsir: Membantah Kekeliruan Seputar Riba</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada yang berpendapat, bahwa konteks larangan: <i>wa <u>h</u>arrama ar-ribâ</i> di atas adalah untuk riba yang waktu itu menjadi kebiasaan orang Arab. Alasannya, karena partikel <i>al-</i> (alif-lâm) dalam ayat riba di atas adalah <i>li al-ahd ad-dzikr</i>, yang berkonotasi “zaman yang dimaksud”. Artinya, karena riba yang biasa dilakukan oleh orang Arab pada zaman itu adalah riba <i>nasî’ah</i>, maka jenis riba inilah yang diharamkan. Sebaliknya, karena riba <i>al-fadhl</i> tidak menjadi kebiasaan pada zaman itu, maka ia boleh. Ini kemudian didukung dengan sabda Nabi saw.:</div>
<div style="text-align: justify;">
»<b>إِنمَّاَ الرِّبَا فِي النَّسِيْئَةِ</b>«<b></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Riba (yang diharamkan) itu pada jenis</i> nasî’ah. <b>(HR Muslim). </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini didukung pula dengan sikap Ibn ‘Abbâs yang membolehkan riba <i>al-fadhl</i>. <a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_edn6" name="_ednref6">[vi]</a></div>
<div style="text-align: justify;">
Pendapat ini tentu lemah, karena baik kata <i>al-bay</i>‘ (jual-beli) maupun <i>ar-ribâ</i> (riba) adalah sama-sama kata yang berbentuk umum (‘<i>âm</i>), dengan partikel <i>al-</i> yang berkonotasi <i>li al-jins</i> (jenis). Artinya, semua jenis riba dan jual-beli termasuk dalam konteks ini. Sebab, kedua kata tersebut merupakan bentuk <i>shiyâgh al-‘umûm</i>, sebagaimana bentuk asal penggunaan kata tersebut. Dengan demikian, hukum halal dan haram dalam konteks jual-beli dan riba tersebut meliputi semua bentuk jual-beli dan riba, selama tidak ada dalil yang bisa dijadikan sebagai <i>takhshîsh</i> dari keumumannya dan yang mengeluarkannya dari hukum asal. Contoh, jual-beli hukum asalnya mubah, tetapi kemudian di-<i>takhshîsh</i> dengan hadis larangan memperjualbelikan barang yang tidak menjadi hak milik penjual.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_edn7" name="_ednref7">[vii]</a> Dalam konteks riba, hadis riwayat Muslim di atas tidak bisa dijadikan sebagai <i>mukhashshish</i> (pengkhusus), sehingga riba yang diharamkan hanyalah riba <i>nasî’ah</i>. Sebab, ini kontradiktif dengan riwayat lain: </div>
<div style="text-align: justify;">
»<b>الذَّهَبُ بِالذَّهَبِ وَالفِضَّةُ بِالفِضَّةِ وَالبُرُّ بِالبُرِّ مَثَلاً بِمَثَلٍ سَوَاءٌ بِسَوَاء</b>«<b>ٍ</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Emas (boleh ditukar) dengan emas, perak dengan perak, gandung dengan gandum dengan ukuran yang sama</i>. <b>(HR Muslim dari ‘Ubadah ibn Shamit). </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadis terakhir ini merupakan hadis yang menentukan bentuk pertukaran yang tidak terkena riba, yaitu harus sama; jika tidak sama, pertukaran tersebut akan menjadi riba, dan itulah riba <i>fadhl</i>. Karena itu, hadis riwayat Muslim mengenai <i>nasî’ah</i> tersebut harus dipahami dengan: <i>innamâ aktsar ar-ribâ yaqa‘u fi an-nasî’ah</i> (sesungguhnya <i>kebanyakan</i> riba terjadi dalam bentuk <i>nasî’ah</i>). Inilah yang disepakati para fukaha. Mengenai sikap Ibn ‘Abbâs, ketika beliau menyatakan pendapat tersebut, terlihat bahwa beliau tidak mengetahui hadis riwayat Muslim di atas. Beliau kemudian mencabut pendapatnya dan merujuk pada hadis di atas.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_edn8" name="_ednref8">[viii]</a> Dengan demikian, riba <i>al-fadhl</i> juga sama haramnya dengan riba <i>an-nasî’ah</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan konteks partikel <i>al- li al-ahd </i>juga, ada yang mengatakan bahwa riba yang diharamkan adalah <i>adh‘âf mudhâ‘afah</i> (berat lagi memberatkan), sebagaimana yang dinyatakan dalam surah Ali Imran ayat 130; sifat tersebut kemudian dijadikan sebagai ‘<i>illat</i> (latar belakang turunnya hukum) keharaman riba pada waktu itu. Dari sini, kemudian disimpulkan, bahwa riba yang diharamkan adalah riba yang memenuhi kualifikasi <i>adh‘âf mudhâ‘afah</i>. </div>
<div style="text-align: justify;">
Mengenai ‘<i>illat</i>, ia harus dipahami sebagai sesuatu yang menjadi sebab disyariatkannya hukum, sehingga ada dan tidaknya hukum tersebut bergantung padanya. Masalahnya, apakah riba tersebut diharamkan karena sifat <i>adh‘âf mudhâ‘afah</i>, sehingga jika sifat tersebut tidak ada, berarti hukumnya berubah menjadi mubah? Ternyata tidak. Surah al-Baqarah ayat 278 di atas dengan tegas menyatakan agar seluruh bentuk riba—baik sedikit atau banyak, <i>nasî’ah</i> maupun <i>fadhl</i>—harus ditinggalkan. Di samping itu, surah Ali Imran ayat 130 telah dihapus (di-<i>nasakh</i>) dengan surah al-Baqarah di atas. Karena itu, kemubahan mengambil riba dengan prosentase minimal telah digugurkan oleh firman-Nya dalam surah al-Baqarah ayat 279: <i>Wa in tubtum falakum ru’ûsu amwâlikum</i> (Jika kalian bertobat, kalian berhak mendapatkan modal [harta] pokok kalian). Artinya, lebih dari itu, baik banyak maupun sedikit, tetap haram bagi kalian. Karena itu, keharaman riba ini dinyatakan tanpa disertai <i>‘illat</i> (<i>ghayr mu’allalah</i>) apapun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada yang menyatakan, bahwa keharaman riba dalam kasus pertukaran mata uang (<i>sharf</i>) tidak bisa dibuktikan, karena <i>manâth al-<u>h</u>ukm</i> (fakta hukum) uang sekarang berbeda dengan emas dan perak yang digunakan pada zaman dulu. Sekarang sistem keuangan menggunakan sistem <i>fiat money </i>(mata uang kertas), sehingga hukum riba dalam pertukaran emas dan perak tidak bisa diterapkan dalam kasus <i>fiat money</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Memang, dari esensi emas dan peraknya, substansinya berbeda. Akan tetapi, dari sifatnya sebagai mata uang, <i>fiat money</i> sama dengan emas dan perak; sama-sama sebagai mata uang. Konteks hadis di atas juga jelas menyebut fungsi emas dan perak dalam konteks pertukaran atau sebagai <i>medium of exchange</i>. Karena itu, dalam kasus pertukaran uang (<i>sharf</i>), hukum tersebut juga berlaku untuk jenis <i>fiat money</i>, apapun bentuknya: <i>Pertama</i>, harus sama nilai nominalnya dan <i>cash</i>, jika uangnya sama, misalnya rupiah dengan rupiah. <i>Kedua</i>, harus <i>cash</i>, sekalipun nilai nominalnya berbeda, jika uangnya berbeda, seperti dolar Amerika dengan rupiah, dan sebagainya. Di luar itu, praktik pertukaran tersebut pasti terkena hukum riba. <i>Wallâhu a‘lam</i>. []</div>
<div style="text-align: justify;">
<b></b></div>
<hr size="1" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" width="33%" />
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_ednref1" name="_edn1">[i]</a> As-Suyuthi, <i>ad-Durr al-Mantsûr, </i>Dar al-Fikr, Beirut, 1993, juz II, hlm. 105.</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_ednref2" name="_edn2">[ii]</a> Lihat: As-Syaukani, <i>Fat<u>h</u> al-Qad</i><i>î</i><i>r, </i>Dar al-Fikr, Beirut, t.t., juz I, hlm. 295.</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_ednref3" name="_edn3">[iii]</a> Lihat: <i>Ibid</i>, juz I, hlm. 294.</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_ednref4" name="_edn4">[iv]</a> Lihat: As-Syaukani, <i>ibid, </i>juz I, hlm. 294.</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_ednref5" name="_edn5">[v]</a> Lihat, Mu<u>h</u>ammad A<u>h</u>mad ad-Da’ur, <i>Radd ‘al</i><i>â</i><i> Muftaray</i><i>â</i><i>t <u>H</u>awla <u>H</u>ukm ar-Rib</i><i>â</i><i> wa Faw</i><i>â</i><i>’id al-Bun</i><i>û</i><i>k, </i>Dar an-Nahdhah al-Islamiyyah, Beirut, cet. I, 1992, hlm. 35-36.</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_ednref6" name="_edn6">[vi]</a> HR Ahmad, Ibn Majah dan al-Bayhaqi, dari Ibn al-Jawza’. Lihat: Al-Bani, <i>Arwâ’ al-Ghalîl</i>, dalam Mu<u>h</u>ammad A<u>h</u>mad ad-Da’ur, <i>ibid</i>, hlm. 46.</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_ednref7" name="_edn7">[vii]</a> Lihat: As-Saukani, <i>Nayl al-Awthâr</i>. </div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4549442731550378831#_ednref8" name="_edn8">[viii]</a> Lihat: Mu<u>h</u>ammad A<u>h</u>mad ad-Da’ur, <i>ibid</i>, hlm. 46.</div>
</div>
Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-58868024262081298032015-01-05T19:55:00.001-08:002015-01-05T20:15:24.573-08:00Kondisi Negeri Islam di Abad Pertengahan<div style="text-align: left" dir="ltr" trbidi="on"> <div style="text-align: justify">Jika dalam postingan sebelumnya kita sudah mengetahui <a href="http://at-tohir.blogspot.com/2015/01/kondisi-eropa-pada-abad-pertengahan.html">Kondisi Eropa pada Abad Pertengahan</a> menurut pengakuan sejarawan barat sendiri, sekarang admin akan mengajak pembaca untuk beralih ke Timur, ke kota-kota besar Islam seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba, Granada dan Sevilla untuk mengetahui bagaimana keadaan kota-kota ini dan bagaimana pula peradabannya. Kini marilah kita tengok kota-kota di Andalusia yang bertetangga dengan Eropa yang telah kita bicarakan. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify"><strong>a. Corboda</strong></div> <div style="text-align: justify"><strong></strong></div> <div style="text-align: justify">Kita mulai dengan Cordoba, kita coba memperhatikan bentuk-bentuk yang tampak, bukan segala sesuatu yang ada di situ. Di masa Abdurrahman III dari Bani Umayyah Cordoba adalah ibukota Andalus yang muslim. Malam hari kota itu diterangi lampu-lampu sehingga pejalan kaki memperoleh cahaya sepanjang sepuluh mil tanpa terputus. Lorong-lorongnya dialasi dengan batu ubin. Sampah-sampah disingkirkan dari jalan-jalan. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Cordoba dikelilingi taman-taman yang hijau. Orang yang berkunjung ke sana biasanya bersenang-senang terlebih dahulu di kebun-kebun dan taman-taman itu sebelum sampai di kota. Penduduknya lebih dari satu juta jiwa (pada masa itu kota terbesar di Eropa penduduknya tidak lebih dari 25.000 orang). Tempat-tempat mandi berjumlah 900 buah dan rumah-rumah penduduknya berjumlah 283.000 buah. Gedung-gedung sebanyak 80.000 buah, masjid ada 600 buah dan luas kota Cordoba adalah delapan <i>farsakh </i>(30.000 hasta). </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Masyarakat disitu semua terpelajar. Di pinggiran kota bagian timur terdapat 170 orang wanita penulis mushaf dengan Khat Kufi. Di seluruh Cordoba terdapat lima puluh rumah sakit dan delapan puluh sekolah. Orang-orang miskin menuntut ilmu secara cuma-cuma. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Adapun mesjidnya sampai sekarang bekas-bekasnya masih merupakan bukti abadi dalam seni dan kreasi. Tinggi menaranya 40 hasta dengan kubah yang menjulang berdiri di atas batang-batang kayu berukir yang ditopang oleh 1093 tiang yang terbuat dari berbagai macam marmer berbentuk papan catur. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Di malam hari masjid itu diterangi dengan 4.700 buah lampu yang setiap tahun menghabiskan 24.000 ritl minyak. Di sisi selatan masjid tampak 19 pintu berlapiskan perunggu yang sangat menakjubkan kreasinya, sedang di pintu tengahnya berlapiskan lempengan-lempengan emas. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Di sisi sebelah timur dan barat juga tampak 9 buah pintu yang serupa. Menurut sejarawan Barat mihrabnya merupakan fenomena paling indah yang terlihat mata manusia. Tidak ada dalam peninggalan manapun (entah klasik atau modern) yang melebihi keindahan dan keagungannya. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Di Cordoba terdapat istana Az-Zahra yang abadi dalam sejarah karena nilai seni dan kecanggihannya sehingga sejarawan Turki, Dhiya Pasya, mengatakan bahwa istana itu merupakan keajaiban jaman yang belum pernah terlintas imajinasinya dalam benak para arsitek sejak Allah menciptakan alam. Tidak tergambar sebuah skets pun seperti sketsnya dalam akal para insinyur sejak diciptakannya akal manusia. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Kubu-kubu bangunan itu berdiri di atas 4316 tiang yang terbuat dari berbagai macam marmer yang terukir secara sistematis. Lantainya beralaskan batu-batu marmer yang berwarna-warni dengan formula yang indah. Dinding-dindingnya dilapisi lempengan-lempengan lazuardi keemasan-emasan. Di serambi-serambinya terdapat mata air air tawar yang memancar dan tertuang ke kolam-kolam yang terbuat dari marmer putih beraneka bentuk, kemudian bermuara ke sebuah kolam di kamar khalifah. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Di bagian tengah kolam ini terdapat angsa emas yang di kepalanya bergantung sebutir mutiara. Ikan-ikannya beraneka macam dalam jumlah ribuan ekor. Roti-roti yang dilemparkan ke situ sebagai makanan ikan-ikan itu mencapai 12.000 potong setiap hari. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Di istana Az-Zahra terdapat majelis bernama Qashrul Khalifah (semacam istana kepresidenan). Langit-langit dan dinding-dindingnya terbuat dari emas dan marmer tebal yang jernih warnanya dan beraneka macam jenis. Di bagian tengahnya terdapat sebuah kolam besar yang penuh dengan air raksa. Di setiap sisi mejelis terdapat delapan pintu melengkung yang terbuat dari gading dan kayu jati yang dihias dengan emas dan macam-macam permata yang berdiri tegak di atas lantai marmer berwarna dan kristal jernih. Matahari masuk melalui pintu-pintu itu dan sinarnya jatuh mengenai bagian tengah majelis dan dinding-dindingnya sehingga terpancar dari situ sinar yang sangat menyilaukan. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">An-Nasir jika ingin menakut-nakuti salah seorang anggota majelisnya ia memberikan isyarat kepada pelayan agar menggerak-gerakkan air raksa di kolam sehingga tampak dalam majelis itu kilauan sinar seperti kilat yang menggiriskan hati. Bahkan setiap orang dalam majelis mengkhayalkan mereka telah diterbangkan oleh tempat itu selama air raksa bergerak-gerak. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Istana Az-Zahra dikelilingi taman-taman yang hijau dan lapangan-lapangan yang luas. Di samping itu ada tembok besar yang melingkupi bangunan menakjubkan yang memiliki tiga ratus benteng pertengahan. Az Zahra berisikan rumah kediaman khalifah, para amir, dan keluarga. Ruangan-ruangan besar untuk singgasana raja terletak di sebuah tempat yang diberi nama <i>Assatul Mumarrad </i>yang memiliki kubah dengan bahan baku emas dan perak. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Tetapi Qadhi Mundzir bin Sa`id menentang perbuatan khalifah itu di hadapan orang banyak di masjid Cordoba sehingga khalifah membongkarnya dan membangunnya kembali dari bata. Di dalam Az-Zahra terdapat gedung-gedung industri dan peralatan seperti gedung industri alat perang, gedung industri busana hias, gedung industri seni pahat, ukir dan patung, dan lain sebagainya. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Pembangunan Az-Zahra memakan waktu empat tahun. Rata-rata batu yang dipahat setiap hari sebanyak 6.000 buah di samping batu-batu yang dipakai untuk pengerasan lantai. Buruh yang bekerja di situ berjumlah 10.000 orang setiap hari, dibantu oleh 1400 ekor bagal, dan setiap hari dipasok 1.100 muatan bata dan gamping. Adapun pembangunan masjid Az-Zahra setiap hari dikerjakan oleh 1000 orang tukang ahli yang terdiri dari 300 orang tukang batu, 200 orang tukang kayu, dan 500 orang buruh berikut tukang-tukang lainnya. Pembangunan itu dirampungkan hanya dalam tempo 40 hari. Ini sebuah prestasi keja kilat yang hampir tak ada bandinganya. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Di istana agung inilah khalifah Al-Mustansir (tahun 351 H) menyambut raja Spanyol Kristen, Ardoun Alfonso. Ketika memasuki Az-Zahra raja Spanyol itu tercengang melihat kemegahan dan keagungan istana tersebut, begitu pula ketika melihat para pelayan, laskar dan senjata-senjatanya. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Ia lebih tercengang lagi tatkala berada di majelis (singgasan) khalifah Al Mustansir. Ia melihat khalifah didampingi para bangsawan, pembesar kerajaan, tokoh-tokoh ulama, khatib dan panglima-panglima besar. Ketika raja Spanyol menghampiri khalifah Al Mustansir ia melepas topi dan mantelnya dan tetap dalam keadaan demikian sampai khalifah mengijinkannya mendekat. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Tatkala menghadap khalifah ia merebahkan diri bersujud sesaat kemudian berdiri tegak, lalu maju bebarapa langkah dan kembali bersujud. Itu dilakukannya berulang-ulang sampai ia berdiri di hadapan khalifah. Kemudian membungkukan lagi untuk mencium tangannya.Setelah itu ia pun mundur kembali ke belakang tanpa membalikkan badan membelakangi khalifah, lalu duduk di kursi yang telah disediakan. </div> <div style="text-align: justify">Khalifah menyampaikan ucapan selamat datang kepadanya dan berkata<em>, ”Hendaklah kedatangan Anda menyenangkan Anda. Disini Anda akan mendapat perlakuan yang baik dan penerimaan yang lapang dari kami melebihi apa yang Anda harapkan”.</em> </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Tatkala ucapan khalifah diterjemahkan kepadanya, wajahnya berseri-seri. Ia lalu turun dan mencium permadani sambil berkata<em>, “Saya adalah hamba Tuanku, Amirul mukminin. Saya bersandar pada keutamaan Tuan menuju kemuliaan Tuan, bertahkim kepada Tuan dan orang-orang Tuan. Dimanapun Tuan meletakkan saya karena keutamaan Tuan dan mengganti saya karena perintah Tuan. Saya tetap berharap bisa maju di barisan dengan ikhlas dan nasihat yang murni”.</em> </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Khalifah berkata kepadanya<em>, ”Anda layak mendapat perlakuan baik kami. Kami akan memprioritaskan dan mengutamakan Anda atas para pemeluk agama Anda terhadap hal-hal yang menyenangkan dan membuat Anda dikenal karena kecondongan Anda kepadanya kami dan keinginan Anda berlindung di bawah naungan kekuasaan kami”. </em></div> <div style="text-align: justify"><em></em></div> <div style="text-align: justify">Pernahkah Anda mendengar bagaimana kata-kata keagungan dan kekuatan itu keluar dari mulut khalifah Al Mustansir kemudian didengar oleh raja Spanyol yang telah memahaminya ia dengan serta-meta bersujud lagi dan berdo`a dengan khusyuk karena kasih sayang dan perlindungan yang diberikan khalifah kepadanya? </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify"><strong>b. Granada</strong></div> <div style="text-align: justify"><strong></strong></div> <div style="text-align: justify">Kika kita beralih dari Cordoba ke Granada, maka akan tersingkap keagungan bangunan dalam istana Al-Hamra yang merupakan lambang keajaiban yang mencengangkan orang-orang yang melihatnya dan selalu menjadi pusat perhatian para wisatawan dari manca negara kendati jaman datang silih berganti. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Istana ini didirikan di atas bukit yang menghadap ke kota Granada dan hamparan ladang yang luas dan subur yang mengelilinginya kota itu sehingga tampak sebagai tempat terindah di dunia. Disitu terdapat ruangan yang banyak, antara lain ruang Al Aswad, ruang Al Ukhtain, ruang keadilan dan ruang para duta. Dalam pembicaraan yang singkat ini kita tidak mungkin menggambarkan Al Hamra secara detail, tetapi cukuplah kita dengarkan senandung penyair Perancis, Victor Hugo yang mengatakan, “<i>Wahai Al Hamra! Wahai istana yang dihias oleh malaikat seperti kehendak khayalan, dan dijadikannya lambang keserasian! Wahai benteng yang memiliki kemuliaan, yang dihias dengan ukiran dan lukisan, bak bunga-bunga dan ranting-ranting yang rindang menggelantung! Tatkala sinar rembulan yang keperak-perakan memantul pada dinding-dindingmu, dari sela-sela bangunan Arab-mu, terdengar bagimu di malam hari suara yang menyihir akal”</i>. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify"><strong>c. Sevilla</strong></div> <div style="text-align: justify"><strong></strong></div> <div style="text-align: justify">Adapun pembicaraan mengenai kota-kota Andalus yang lain berikut kemajuan dan kebesaran yang dicapainya, itu merupakan pembicaraan yang panjang pula. Cukuplah bagi kami di sini menyebutkan bahwa di kota Sevilla terdapat 6000 alat tenun untuk sutera saja. Setiap penjuru kota Sevilla dikelilingi pohon-pohon zaitun, dan karena itulah di situ terdapat 100.000 tempat pemerasan minyak zaitun. Secara umum, kota-kota Spanyol ramai sekali. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Setiap kota terkenl dengan berbagai macam industrinya yang diincar oleh bangsa Eropa dengan antusias. Bahkan kota-kota itu terkenal dengan pabrik-pabrik baju besi, topi baja, dan alat perlengkapan baja lainnya sehingga orang-orang Eropa datang dari setiap tempat untuk membelinya. Renault berkata, Ketika bangsa Arab menyerbu Perancis Selatan dari Andalus dan menaklukkan kota-kota Narbonne, Avignon, Lion, dan lain-lain, mereka dilengkapi dengan senjata-senjata yang tak dimiliki bangsa Eropa. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify"><strong>d. Baghdad</strong></div> <div style="text-align: justify"><strong></strong></div> <div style="text-align: justify">Kini marilah kita beralih ke dunia Islam Timur agar bisa melihat sebuah contoh dari kota-kota besarnya dan peradaban-peradabannya yang mengagumkan. Di sini akan saya batasi pada kota Baghdad yang ketika dibangun kota itu termasuk salah satu keajaiban dunia yang tiada taranya di jaman dahulu. Sebelum dibangun oleh Al Mansur, khalifah Abbasiah yang tersohor, Baghdad yang ketika dibangun daerah yang sempit dan kecil.</div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Di setiap penghujung tahun para pedagang dari daerah-daerah tetangga berkumpul di situ. Ketika Al Mansur bertekad bulat membangunnya, ia lalu mendatangkan insinyur-insinyur teknik, para arsitek dan pakar-pakar ilmu ukur. Kemudian ia melakukan sendiri peletakan batu pertama dalam pembangunan itu seraya berkata: Bismillahirrahmanirrahim. <i>Segala puji bagi Allah dan seluruh bumi milik Allah. Yang diwariskan kepada orang-orang yang dikehendakiNya dari kalangan hamba-hambaNya, dan akibat yang baik diperuntukkan bagi orang-orang yang taqwa. Selanjutnya ia berkata lagi, Bangunlah kota ini atas berkah Allah. </i></div> <div style="text-align: justify"><em></em></div> <div style="text-align: justify">Seluruh biaya yang dibelanjakan untuk membangun Baghdad mencapai 4.800.000 dirham, sedang jumlah pekerja yang bekerja di situ mencapai 100.000 orang. Baghdad mempunyai tiga lapis tembok besar dn kecil mencapai 6.000 buah di bagian timur dan 4.000 buah di bagian barat, Selain sungai Dijlah dan Furat, di situ juga terdapat 11 sungai cabang yang airnya mengalir ke seluruh rumah-rumah dan istana-istana Baghdad. Di sungai Dijlah sendiri terdapat 30.000 jembatan. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Tempat mandinya mencapai 60.000 buah, dan di akhir masa pemerintahan Bani Abbas jumlah ini berkurang menjadi hanya beberapa puluh ribu buah. Masjid-masjid mencapai 300.000 buah, sementara penduduk Baghdad dan kebanyakkan ulama, sastrawan dan filsuf sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Di sini akan kami kutip perkataan Abu Bakar al Khatib dalam menggambarkan Baghdad: </div> <div style="text-align: justify"><i></i></div> <div style="text-align: justify"><i>...sampai kita lalai menyebutkan banyak hal dari kebaikan-kebaikan yang dikhususkan Allah bagi Baghdad di hadapan seluruh dunia, Timur dan Barat. Di antara kebaikan-kebaikan tersebut ialah akhlak-akhlak mulia, perangi-perangi menyenangkan, air-air tawar yang melimpah, buah-buah yang banyak dan segar, keadaan-keadaan yang indah, kecakapan dalam setiap pekerjaan dn penghimpunan bagi setiap kebutuhan, keamanan dari munculnya bid`ah, kegembiraan terhadap banyak ulama dan penuntut ilmu, ahli fiqh dan orang yang belajar fiqh, tokoh-tokoh ilmu kalam, pakar-pakar ilmu hitung dan ilmu nahwu, penyair-penyair piawai, perawi-perawi khabar, nasab dan seni sastra, berkumpulnya buah-buahan berbagai musim di satu musim yang hal itu tak pernah ada di negeri manapun di dunia ini kecuali di Baghdad (terutama pada musim rontok). </i><i></i></div> <div style="text-align: justify"><i></i></div> <div style="text-align: justify"><i>Jika seseorang merasa kesempitan tempat tinggal, ia bisa mendapatkannya yang lebih lagi. Jika ia melihat sebuah tempat yang lebih disenangi daripada tempatnya semula maka ia tidak kesulitan untuk pindah ke sana dari sisi manapun yang dikehendakinya dan dari penjuru manapun yang meringankannya. </i><i></i></div> <div style="text-align: justify"><i></i></div> <div style="text-align: justify"><i>Bilamana seseorang ingin menyelamatkan diri dari musuhnya maka pasti ia menjumpai orang yang akan melindunginya, jauh atau dekat. Jika ia kemudian mau mengganti sebuah rumah dengan rumah yang lain atau sebuah lorong yang lain atau sebuah jalan raya dengan jalan raya yang lain maka ia dapat dengan mudah melakukannya sesuai dengan keadaan dan waktu. </i><i></i></div> <div style="text-align: justify"><i></i></div> <div style="text-align: justify"><i>Lebih dari itu, para pedagang yang sukses, sultan-sultan yang agung dan para penghuni terhormat di rumah-rumah selalu menebarkan kebaikan dan kemanfaatkan kepada orang-orang yang kondisinya di bawah mereka. Itulah di antara khazanah-khazanah agung Allah yang tak pernah diketahui hakikatnya kecuali oleh Dia sendiri. </i><i></i></div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Selanjutnya Abu Bakar Al Khatib berkata, <i>“Belum pernah bagi Baghdad ada bandingannya di dunia ini dalam hal keagungan martabatnya, kebesaran pengaruhnya, banyak ulama dan cendekiawannya, pengistimewaan kaum intelektual dan kaum awamnya, keluasan wilayah dan batas-batasnya, banyaknya tempat tinggal dan rumah, jalan dan pintu gerbang, pasar-pasar dan tempat pertemuan, lorong-lorong dan jalan raya, masjid-majid dan tempat pemandian, hotel-hotel, dan tempat penginapannya, juga kenyamanan udaranya, kesegaran airnya, kesejukan tempat pernaungan-nya, keseimbangan musim panas dan musim dinginnya, kesempurnaan musim semi dan musim rontoknya, pertumbuhan yang terbatas dari jumlah penduduknya”</i>. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Kita akhiri pembicaraan ini dengan menggambarkan kebesaran Baghdad di masa pemerintahan Al Muqtadir Billah. Sejauh mana batas yang dicapai oleh keagungan khalifah pada jamannya ketika dikunjungi utusan raja Romawi. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Darul Khilafah (Istana kekhalifahan) luasnya melebihi sebuah kota besar dari kota-kota Suriah sekarang. Di situ terdapat 11.000 orang pelayan yang terhitung dan ribuan lainnya yang tak terhitung. Setiap kelompok pelayan ysng bergilir menjaga dan membersihkan kamar terdiri dari 4000 orang. Tatkala utusan raja Romawi datang ke sana, ia di tempatkan di gedung tamu. Para serdadu yang berjumlah 160.000 penuggang kuda dan pejalan kaki berbaris dari gedung tamu ke istana khalifah. Sang utusan raja berjalan di tengah-tengah barisan hingga sampai di istana. Ia lalu memberi salam kepada khalifah. Khalifah memrintahkan agar utusan itu dibawa berkeliling melihat-lihat Darul Khalifah yang saat itu telah di kosongi, di dalamnya hanya tinggal 7000 pelayan, 700 penjaga pintu, dan 4000 budak kulit hitam. lemari-lemari dibuka, senjata-senjata dan peralatan perang tersusun rapi di dalamnya, seperti layaknya peralatan pengantin. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Ketika utusan raja Romawi memasuki istana pohon , serta merta ia terengang melihat sebuah pohon yang terbuat dari perak yang beratnya 500.000 dirham yang memiliki delapan belas cabang dan setiap cabang memiliki ranting-ranting kecil yang dihinggapi burung-burung dari semua jenis, besar dan kecil yang itu terbuat dari emas dan perak. Kebanyakan ranting-ranting pohon itu terbuat dari perak. Kebanyakan ranting-ranting pohon itu terbuat dari perakdan sebagian dari emas. Di saat-saat tertentu ranting-ranting itu bergoyang-goyang. Daun-daunnya yang beraneka warna bergerak-gerak seperti layaknya daun-daun pohon yang di terpa angin. Setiap burung perak dan emas bersiul dan berkicau. Di sebelah istana pohon itu terdapat 15 buah patung penunggang kuda yang dikenakan baju sutera dan menggengam lembing di atas tombak. Patung-patung itu berputar pada satu garis seolah-olah saling mengarah satu sama lain. </div> <table style="text-align: right; float: right; margin-left: 1em" class="tr-caption-container" cellspacing="0" cellpadding="0"><tbody> <tr> <td style="text-align: center"><a style="margin-bottom: 1em; margin-left: auto; clear: right; margin-right: auto" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3WmuWMqmR-woSc-k6IqKwisXDoWm4ehc2Yedf0MpOSUdL5CHVctj7NrmhbS6Ct99nqX1rK-lVjwAtnjggofVX2dOn4yImeVcplyk9XEoJzknt7nPj8scXIpgydXknqB6OsrX6b4ujrKLC/s1600/madrasah+nizamiyah+di+baghdad.jpg2.jpg" imageanchor="1"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3WmuWMqmR-woSc-k6IqKwisXDoWm4ehc2Yedf0MpOSUdL5CHVctj7NrmhbS6Ct99nqX1rK-lVjwAtnjggofVX2dOn4yImeVcplyk9XEoJzknt7nPj8scXIpgydXknqB6OsrX6b4ujrKLC/s1600/madrasah+nizamiyah+di+baghdad.jpg2.jpg" /></a></td> </tr> <tr> <td style="text-align: center" class="tr-caption">Ilustrasi (google)</td> </tr> </tbody></table> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Utusan itu kemudian di antarkan masuk ke istana yang dikenal dengan nama Al Firdaus. Di situ terdapat alat-alat persenjataan yang tak terhitung jumlahnya. Kemudian utusan itu beralih dari satu istana ke istana yang lain, khusus Darul Khilafah saja sehingga seluruh istana yang dikelilinginya sampai kembali lagi ke majelis Al Muqtadir Billah setelah istirahat tujuh kali mencapai 33 buah. Para sejarawan menyebutkan bahwa jumlah permadani yang dihamparkan di Darul Khilafah untuk menyambut kunjungan utusan raja Romawi sebanyak 22.000 buah, digantungkan 38.000 buah tirai sutera emas. selain yang terhampar di majelis-majelis dan gedung-gedung yang lain. Di istana-istana Darul Khilafah. </div> <div style="text-align: justify"> </div> <div style="text-align: justify">Salah satu istana yang dikunjungi utusan raja Romawi di Darul Khilafah adalah Istana Binatang yang dipenuhi dengan berbagai jenis binatang jinak dan liar. Di situ ada istana gajah yang berisikan empat ekor gajah yang masing-masing ditangani oleh delapan orang India. Juga ada istana binatang buas yang berisikan seratus ekor binatang buas, lima puluh ekor di sebelah kanan dan lima puluh ekor lagi di sebelah kiri. Kepala dan leher binatang-binatang ini dikalungi rantai dan besi, dan masing-masing ditangani oleh pawang-pawangnya. Maka tidak aneh apabila utusan raja Romawi itu selalu dicekam rasa takjub dan tercengang ketika menyaksikan keagungan Darul Khilafah karena memang di dunia pada saat itu tidak ada sebuah istana pun yang menyamai istana yang dilihatnya itu. Semua penuturan di atas cukuplah kita jadikan sebagai bukti dan untuk memahami mutiara-mutiara peradaban kita di masa-masa kejayaan dan kebesarannya. [Sumber: <i>Peradaban Islam </i>karya Dr. Mustafa As-Siba’i]</div> </div> Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-6639085855247075892015-01-04T06:07:00.000-08:002015-01-05T20:29:57.872-08:00Kondisi Eropa Pada Abad Pertengahan (Abad 10 M)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Dalam buku sejarah umum karya Lavis dan Rambou dijelaskan bahwa Inggris Anglo-Saxon pada abad ke-7 M hingga sesudah abad ke-10 M merupakan negeri yang tandus, terisolir, kumuh dan liar. Rumah-rumah dibangun dengan batu kasar tidak dipahat dan diperkuat dengan tanah halus. Rumah-rumahnya dibangun di dataran rendah. Rumah-rumah itu berpintu sempit, tidak terkunci kokoh dan dinding serta temboknya tidak berjendela. Wabah-wabah penyakit berulang-ulang berjangkit menimpa binatang-binatang ternak yang merupakan sumber penghidupan satu-satunya.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tempat kediaman dan keamanan manusia tidak lebih baik dari hewan. Kepala suku tinggal di gubuknya bersama keluarga, pelayan dan orang-orang yang punya hubungan dengannya. Mereka berkumpul di sebuah ruangan besar. Di bagian tengahnya terdapat tungku yang asapnya mengepul lewat lobang tembus yang menganga di langit-langit.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka semua makan di satu meja. Majikan dan isterinya duduk di salah satu ujung meja. Sendok dan garpu belum dikenal dan gelas-gelas mempunyai huruf di bagian bawahnya. Setiap orang yang makan harus memegang sendiri gelasnya atau menuangkannya ke mulutnya sekaligus. Majikan beranjak memasuki biliknya di sore hari setelah selesai makan dan minum. Meja dan perkakas kemudian diangkat. Semua orang yang ada di ruangan itu tidur di tanah atau di atas bangku panjang. Senjata mereka ditaruh di atas kepala mereka masing-masing karena pencuri saat itu sangat berani sehingga orang dituntut untuk selalu waspada dalam setiap waktu dan keadaan.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada masa itu Eropa penuh dengan hutan-hutan belantara. Sistem pertaniannya terbelakang. Dari rawa-rawa yang banyak terdapat di pinggiran kota, tersebar bau-bau busuk yang mematikan. Rumah-rumah di Paris dan London dibangun dari kayu dan tanah yang dicampur dengan jerami dan bambu (seperti rumah-rumah desa kita setengah abad yang lalu). Rumah-rumah itu tidak berventilasi dan tidak punya kamar-kamar yang teratur. Permadani sama sekali belum dikenal di kalangan mereka. Mereka juga tidak punya tikar, kecuali jerami-jerami yang ditebarkan di atas tanah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Mereka tidak mengenal kebersihan. Kotoran hewan dan sampah dapur dibuang di depan rumah sehingga menyebarkan bau-bau busuk yang meresahkan. Satu keluarga semua anggotanya (laki-laki, perempuan dan anak-anak) tidur di satu kamar bahkan seringkali binatang-binatang piaraan dikumpulkan bersama mereka. Tempat tidur mereka berupa sekantung jerami yang di atasnya diberi sekantung bulu domba sebagai bantal. Jalan-jalan raya tiada ada saluran airnya, tidak ada batu-batu pengeras dan lampu. Kota terbesar di Eropa berpenghuni tidak lebih dari 25.000 orang. Sebagai pembanding, silahkan baca juga <a href="http://at-tohir.blogspot.com/2015/01/kondisi-negeri-islam-di-abad-pertengahan_5.html" target="_blank">Kondisi Beberapa Negeri Islam Abad Pertengahan.</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Begitulah keadaan bangsa Barat pada abad pertengahan sampai abad ke-11 Masehi, menurut pengakuan para sejarawan mereka sendiri. [Sumber: <i>Peradaban Islam </i>karya Dr. Mustafa As-Siba’i] </div>
</div>
Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-84296874663218402342014-12-18T14:51:00.001-08:002014-12-19T01:42:24.092-08:00Toleransi Kebablasan 25 Desember<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Judul Asli: Toleran Yang Kebablasan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
[Al-Islam edisi 735, 26 Shafar 1436 H – 19 Desember 2014 M]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="http://baltyra.com/wp-content/uploads/2012/12/diskusi-natal-haram.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://baltyra.com/wp-content/uploads/2012/12/diskusi-natal-haram.jpg" height="179" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Hampir setiap memasuki bulan Desember ramai seruan-seruan toleransi
umat beragama, khususnya toleransi umat Islam terhadap orang Nasrani.
Nuansa Natal terasa di mana-mana. Mal-mal, berbagai pusat pembelanjaan,
toko-toko dan kantor-kantor ramai dihiasi aksesoris Natal seperti pohon
cemara berikut lampu warna-warni yang identik dengan Natal. Para pelayan
toko dan mal ramai-ramai disuruh memakai baju sinterklas atau atribut
yang identik dengan semarak Natal. Tak lupa acara Perayaan Natal Bersama
(PNB) digelar di berbagai kantor dan instansi. Para karyawan dan
pegawai yang mayoritasnya adalah Muslim pun didorong untuk ikut
berpartisipasi. Salah satu alasannya bahwa itu adalah wujud toleransi.<strong></strong><br /><strong>
</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Toleransi Diperalat</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Toleransi saat ini bisa dikatakan diperalat. Pasalnya, di balik
seruan untuk berpartisipasi dalam semarak perayaan hari raya umat agama
lain, khususnya perayaan Natal, sangat terasa banyak motif di
belakangnya. Selain motif ekonomi untuk meraup untung, ada pula motif
politik. Kaum Kristen ingin “unjuk gigi” dan mungkin dominasi mereka di
negeri Muslim. Mereka mengadakan acara Natal bersama secara
besar-besaran dengan mengundang penguasa dan para pejabat untuk
menghadiri perayaan tersebut. Mereka tak peduli dengan agama yang dianut
penguasa atau para pejabat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Natal juga dijadikan momentum penting menanamkan ide sinkretisme dan
pluralisme. Melalui upaya ini, akidah umat Islam secara pelan-pelan
terus tergerus. Ide pluralisme ini mengajarkan bahwa semua agama sama.
Ajaran ini mengajak umat Islam untuk menganggap agama lain juga benar.
Khusus dalam konteks Natal, itu berarti umat Muslim didorong untuk
menerima kebenaran ajaran Kristen, termasuk menerima paham trinitas dan
ketuhanan Yesus. Jika ide pluralisme itu berhasil ditanamkan di tubuh
umat Islam, hal-hal yang selama ini sensitif terkait masalah agama
seperti pemurtadan, nikah beda agama dan sebagainya akan makin mulus
berjalan. Lebih jauh, semangat umat Islam untuk memperjuangkan syariah
agar dijadikan aturan untuk mengatur kehidupan masyarakat akan makin
melemah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalamnya juga ada propaganda sinkretisme, yakni pencampuradukan
ajaran agama-agama. Spirit sinkretisme adalah mengkompromikan hal-hal
yang bertentangan. Dalam konteks Natal Bersama dan Tahun Baru,
sinkretisme tampak dalam seruan berpartisipasi merayakan Natal dan tahun
baru, termasuk mengucapkan selamat Natal. Padahal dalam Islam batasan
iman dan kafir, juga batasan halal dan haram, sudah sangat jelas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Toleran yang Kebablasan</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Toleransi (tasamuh</em>) artinya sikap membiarkan (menghargai), lapang dada (Kamus <em>Al-Munawir</em>,
hlm. 702, Pustaka Progresif, cet. 14). Toleransi tidak berarti seorang
harus mengorbankan kepercayaan atau prinsip yang dia anut (Ajad Sudrajat
dkk, <em>Din Al-Islam</em>. UNY Press. 2009).</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, apa yang terjadi saat ini justru sebaliknya. Muncullah sikap
toleran yang kebablasan, khususnya pada sebagian Muslim. Sikap toleran
yang kebablasan itu didorong agar dilakukan oleh seluruh Muslim negeri
ini. Diserukanlah bahwa sikap bertoleransi itu harus diwujudkan dengan
memberikan selamat—bahkan menghadiri—hari raya non-Muslim. Yang lebih
parah, baru dianggap toleran jika Muslim melepaskan keyakinannya yang
tidak sesuai dengan keyakinan orang lain. Misalnya, keyakinan bahwa
wanita Muslimah haram menikah dengan pria non-Muslim. Mempertahankan
keyakinan demikian dianggap tidak toleran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Alhasil, toleransi saat ini digunakan sebagai senjata oleh kalangan
liberal dan non-Muslim untuk menyasar Islam dan umatnya. Sedikit-sedikit
mereka menyebut kaum Muslim tak toleran jika ada masalah yang
menyangkut komunitas non Muslim—meski tak jarang sebenarnya itu
menyangkut aturan negara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Padahal banyak tokoh menyebut, tidak ada negara di dunia saat ini
yang paling toleran dibandingkan Indonesia. Kaum minoritas non-Muslim di
negeri ini seolah mendapat surga. Begitu tolerannya Muslim di
Indonesia, orang-orang non-Muslim pun bisa menduduki jabatan politik
yang penting seperti panglima TNI, menteri-menteri kunci, gubernur,
bupati/walikota, dsb. Ini tidak terjadi di Amerika dan Eropa yang
katanya kampiun demokrasi. Di sana posisi penting hanya untuk kalangan
mayoritas—Kristen. Di Indonesia, semua agama besar ada libur nasionalnya
untuk perayaan hari raya, termasuk untuk hari raya minoritas. Lalu
adakah libur nasional bagi Muslim selama Idul Fitri dan Idul Adha di
Barat? Tidak ada.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pembangunan gereja di negeri ini pun marak. Malah menurut Kementerian
Agama, pertumbuhan gereja setiap tahunnya mencapai 190 persen,
sementara pertumbuhan masjid hanya 60 persen. Jumlah gereja sudah
mencapai 135 ribu, sementara masjid dan mushala hanya 600 ribu. Padahal
jumlah umat Islam mencapai 88 persen atau 210 juta orang dari 240 juta
penduduk Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Jangan Salah-Kaprah!</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Islam memang mengajarkan sikap toleransi. Toleransi itu membiarkan
umat lain menjalankan ritual agamanya, termasuk perayaan agamanya.
Toleransi itu tidak memaksa umat lain untuk memeluk Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun dalam konteks muamalah, Rasul saw. berjual-beli dengan
non-Muslim secara adil dan fair. Rasul juga menjenguk non-Muslim
tetangga beliau yang sedang sakit. Rasul juga bersikap dan berbuat baik
kepada non-Muslim. Toleransi semacam ini telah memberikan contoh bagi
masyarakat lain. Bahkan toleransi Islam tetap terasa hingga masa akhir
Khilafah Utsmaniyah. TW Arnold dalam bukunya, <em>The Preaching of Islam, menyatakan:</em><em> “<em>Perlakuan
terhadap warga Kristen oleh pemerintahan Ottoman (Khilafah Turki
Utsmani)—selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani—telah
memberikan contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal di
daratan Eropa…”</em></em></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, toleransi dalam Islam itu bukan berarti menerima keyakinan
yang bertentangan dengan Islam. Imam asy-Syaukani dalam Tafsir <em>Fath al-Qadîr</em>
menyatakan: Abd ibn Humaid, Ibn al-Mundzir dan Ibn Mardawaih telah
mengeluarkan riwayat dari Ibn ‘Abbas bahwa orang Quraisy pernah berkata
kepada Rasul saw., “Andai engkau menerima tuhan-tuhan kami, niscaya kami
menyembah tuhanmu.” Menjawab itu, Allah SWT menurunkan firman-Nya,
yakni surat al-Kafirun, hingga ayat terakhir:</div>
<div class="arab" dir="rtl" style="text-align: justify;">
]… لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ[</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>… untuk kalian agama kalian dan untukku agamaku” </em><strong>(TQS al-Kafirun [109]: 6)</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibn Jarir, Ibn Abi Hatim dan ath-Thabrani juga mengeluarkan riwayat
dari Ibn ‘Abbas, bahwa orang Quraisy pernah menyeru Rasul saw. seraya
menawarkan tahta, harta dan wanita. Tujuannya agar Rasul berhenti
menyebutkan tuhan-tuhan mereka dengan keburukan. Mereka juga menawarkan
diri untuk menyembah Tuhan Muhammad asal berikutnya Rasul gantian
menyembah tuhan mereka. Sebagai jawabannya, Allah SWT menurunkan surat
al-Kafirun itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari sini jelas, umat Islam haram terlibat dalam peribadatan pemeluk
agama lain. Umat Islam juga haram merayakan hari raya agama lain,
bagaimanapun bentuknya, karena hal itu termasuk bagian dari aktivitas
keagamaan dan dekat dengan peribadatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalaupun memakai atribut Natal dianggap bukan bagian dari
peribadatan, yang jelas atribut itu adalah identik dengan Natal. Itu
identik dengan orang Nasrani. Memakai atribut Natal berarti menyerupai
mereka. Padahal Rasul saw. melarang tindakan demikian.</div>
<div class="arab" dir="rtl" style="text-align: justify;">
«مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ»</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Siapa saja yang menyerupai suatu kaum maka dia bagian dari mereka </em><strong>(HR Abu Dawud dan Ahmad).</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam ash-Shan’ani menjelaskan, “Hadis ini adalah dalil yang
menunjukkan bahwa siapa pun yang menyerupai orang kafir, pada apa saja
yang menjadi kekhususan mereka—baik pakaian, kendaraan maupun
penampilan—maka dia termasuk golongan mereka.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Berpartisipasi dalam perayaan hari raya agama lain juga jelas terlarang berdasarkan nas al-Quran. Allah SWT berfirman:</div>
<div class="arab" dir="rtl" style="text-align: justify;">
]وَالَّذِينَ لاَ يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا[</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu dan jika
mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan
yang tidak berfaedah, mereka lewat (begitu saja) dengan menjaga
kehormatan diri mereka</em> (<strong>QS al-Furqan [25]: 72</strong>).</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Az-Zûr </em>itu meliputi semua bentuk kebatilan. Yang terbesar
adalah syirik dan mengagungkan sekutu Allah. Karena itu Imam Ibn
Katsir—mengutip Abu al-‘Aliyah, Thawus, Muhammad bin Sirrin,
adh-Dhahhak, ar-Rabi’ bin Anas dan lainnya<em>—</em>menyatakan bahwa<em> az-zûra </em>adalah hari raya kaum musyrik. (<em>Tafsir Ibnu Katsir</em>, III/1346).</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Imam asy-Syaukani, kata <em>lâ yasyhadûna, </em>dalam pandangan jumhur ulama, bermakna <em>lâ yahdhurûna az-zûra</em>, yakni<em> </em>tidak menghadirinya (<em>Fath al-Qadîr, </em>IV/89).</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Imam al-Qurthubi, <em>yasyhadûna az-zûra </em>ini adalah menghadiri serta menyaksikan kebohongan dan kebatilan. Ibn ‘Abbas, menjelaskan, makna <em>yasyhadûna az-zûra </em>adalah menyaksikan hari raya orang-orang musyrik, termasuk dalam konteks larangan ayat ini adalah mengikuti hari raya mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kaum Muslim pun dilarang ikut menyemarakkan, meramaikan atau membantu mempublikasikan hari raya agama lain. Allah SWT berfirman:</div>
<div class="arab" dir="rtl" style="text-align: justify;">
﴿إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ ﴾</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Sesungguhnya orang-orang yang suka perkara keji (maksiat) itu
tersebar di tengah-tengah orang Mukmin, mereka berhak mendapatkan azab
yang pedih di dunia dan akhirat </em><strong>(TQS an-Nur [24]: 19).</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Menyebarkan perbuatan keji (<em>fakhisyah</em>)juga mencakup semua
bentuk kemaksiatan. Menyemarakkan, meramaikan dan menyiarkan perayaan
Natal sama saja ikut terlinbat dalam penyebarlusaan kekufuran dan
kesyirikan yang diharamkan. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan, “<em>Sebagaimana
kaum musyrik tidak boleh menampakkan syiar-syiar mereka, tidak boleh
pula kaum Muslim menyetujui dan membantu mereka melakukan syiar itu
serta hadir bersama mereka. Demikian menurut kesepakatan ahli ilmu.”</em> (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, <em>Ahkâm Ahl al-Dzimmah, </em>I/235).</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Wahai Kaum Muslim:</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak layak umat Islam terjebak dalam perangkap seruan toleransi yang
diperalat sehingga justru terlibat dalam hal-hal yang tidak dibenarkan
oleh Islam. Semestinya umat Islam fokus pada agenda utama mereka untuk
mewujudkan kehidupan islami melalui penerapan syariah Islam secara total
di bawah naungan sistem Khilafah Rasyidah <em>‘ala minhaj an-Nubuwwah</em>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>WalLâh a’lam bi ash-shawâb. </em><strong>[]</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Komentar al-Islam:</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Harga minyak jenis Brent turun di bawah US$ 60 perbarel untuk pertama
kalinya sejak Juli 2009. Harga minyak Brent turun lebih dari US$ 1
menjadi US$ 59,75 perbarel. (<em>DetikFinance</em>, 16/12).</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li><em>Harga minyak diprediksi akan tetap rendah hingga tahun depan.
Meski harga minyak terus rendah, rezim Jokowi-JK ngotot menaikkan harga
BBM. Sungguh terlalu!</em></li>
<li><em>Kenaikan harga BBM katanya juga agar rupiah menguat. Nyatanya,
meski harga BBM sudah diturunkan, rupiah minggu ini makin jeblok.
Akibatnya, BI dalam dua hari terakhir (16/12) menggelontorkan dana Rp
1,7 triliun. Yang menikmati tentu adalah para pemilik dolar, yang
kebanyakan adalah orang kaya, bahkan para kapitalis.</em></li>
</ol>
<em>Sumber: <a href="http://hizbut-tahrir.or.id/2014/12/17/toleran-yang-kebablasan/" target="_blank">Hizbut Tahrir Indonesia</a></em></div>
Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-62024274286014694272014-12-14T20:41:00.001-08:002014-12-14T20:46:27.399-08:00Pak Ebo, Sebuah Kisah Nyata Penuh Hikmah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu4hyphenhyphen4_FmcrJUFqVztHaA4RyDc6wv_gbNTfo1IPuPSHMA7QancCpeIGDlaYfKxJll_fJr4EcY4_N4MEoUpmi07vKpV8H7spsN347AO7tRF7kuHXST7xuxMqg9Qfkj25OyG-EYYZI4u_HoY/s1600/Kyai+Kamil+Abdullah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu4hyphenhyphen4_FmcrJUFqVztHaA4RyDc6wv_gbNTfo1IPuPSHMA7QancCpeIGDlaYfKxJll_fJr4EcY4_N4MEoUpmi07vKpV8H7spsN347AO7tRF7kuHXST7xuxMqg9Qfkj25OyG-EYYZI4u_HoY/s1600/Kyai+Kamil+Abdullah.jpg" height="185" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kyai Kamil Abdullah -<i>hafidzhahullah</i>- </td></tr>
</tbody></table>
Ini adalah sebuah kisah nyata yang dituturkan langsung oleh Kyai Kamil Abdullah -<i>hafidzhahullah</i>- di laman facebook beliau yang saya tulis sebagai sumber di ujung cerita. Dalam kisah ini diceritakan tentang aktivitas dakwah yang terjadi di wilayah beliau, serta seseorang bernama Pak Ebo (bukan nama sebenarnya) yang pintar mengambil hati. Tutur katanya manis, murah senyum,
pembawaannya santun, dan kepada orang lain tampak bersikap sangat
menghargai. Namun di balik itu ternyata, ada maksud lain yang terungkap di akhir cerita. Untuk lebih jelasnya, silahkan baca saja kisahnya. Insya Allah, banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil! Semoga bermanfaat. [<a href="http://at-tohir.blogspot.com/" target="_blank">Muhammad Tohir</a>]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>.oO AWAL KISAH Oo.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pak Ebo adalah orang 'dekat' Kyai Muri. Hampir tiap kali Kyai Muri ada keperluan pergi, Pak Ebo-lah yang selalu mendampingi. Pak Ebo memang pintar mengambil hati. Tutur katanya manis, murah
senyum, pembawaannya santun, dan kepada orang lain tampak bersikap
sangat menghargai. Sedangkan Kyai Muri, disamping seorang
muballigh dan Ulama, beliau juga 'mantan' politisi. Di era Soeharto
beliau pernah menjadi anggota Parlemen secara berturut-turut 2 kali. Dan
tentu saja dalam rentang waktu satu dasawarsa banyak 'pengalaman dan
sepak terjang politik pragmatis' telah beliau jalani.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alhamdulillah, setelah memahami problematika umat dan solusinya dalam
perspektif Islam, Kyai Muri memiliki kesadaran baru, semangat baru dan
komitmen baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Ustadz, mohon bimbingannya. In syaa Allah saya
sudah bertekad untuk menghabiskan sisa umur saya sebagai seorang
pengemban da'wah. Semoga ini menjadi jalan 'pertaubatan' saya kepada
Allah dari segala dosa."</i> kata Kyai Muri saat berkunjung ke 'gubuk' saya
bersama Pak Ebo.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Aamiin. Jadi Kyai sudah siap menjadi KADER da'wah?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i> "In syaa Allah siap, Ustadz!"</i>. Jawab beliau mantap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Kalau begitu, mari kita samakan dulu persepsi kita. PERTAMA, yang
namanya KADER –apalagi kader da'wah– syaratnya harus 'MILITAN'."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i> "MILITAN itu apa Ustadz?"</i> Kyai Muri minta penjelasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"MILITAN itu me(MILI)ki kekuatan dan keterika(TAN). Maksudnya: kekuatan AQIDAH dan keterikatan pada SYARI'AH."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i> </i>Kyai Muri mengangguk-angguk tanda setuju. Saya melanjutkan:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"KEDUA, agar terbentuk 'KEKUATAN' dan 'KETERIKATAN' tersebut, maka
harus ada PEMBINAAN INTENSIF, rutin seminggu sekali. Bagaimana, Kyai
bersedia?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i> "Bersedia, Ustadz!"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Alhamdulillah. KETIGA, ILMU harus disertai AMAL. Tidak cukup hanya mengikuti PEMBINAAN, tapi
harus ditindaklanjuti dengan terjun ke masyarakat, menunaikan AMANAH
DA'WAH yang dibebankan. Apakah Kyai merasa keberatan?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i> "Tidak Ustadz! In syaa Allah saya sudah bertekad bulat."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Alhamdulillah."</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya raih tangan kanan Kyai Muri dan saya jabat erat dengan kedua tangan saya sambil berdoa, <i>"Semoga Allah menuntun kita melalui hidayah-Nya. Dan meneguhkan langkah kita dengan kesabaran dan keistiqamahan di jalan-Nya."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Aamiin!" </i>kami berdua sama-sama mengamini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i> "Oya, Pak Ebo…",</i> saya sapa Pak Ebo yang sejak tadi hanya berdiam diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i> "Ya, Ustadz…?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Pak Ebo sendiri bagaimana komitmennya?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Saya ikut apa kata Kyai Muri saja, Ustadz!"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"O, baik… Jadi untuk Pembinaan Intensif Angkatan ke 2, hari Sabtu lusa di Desa Bambusari, Pak Ebo bisa ikut?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i> "Bisa, Ustadz"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
*** *** ***</div>
<div style="text-align: justify;">
Sabtu siang saya kontak Kyai Muri untuk memastikan acara Pembinaan Intensif Angkatan ke 2 nanti malam bisa berjalan lancar. <i>"Kyai, nanti malam acara kita jadi?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"In syaa Allah jadi, Ustadz! Tempat sudah siap."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Total peserta berapa jumlahnya?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"10 orang dengan Pak Ebo, Ustadz!"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Semua peserta sudah dikonfirmasi?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i> "Sudah Ustadz, semua bersedia hadir"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Termasuk Pak Ebo?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Ya, Ustadz!"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malamnya acara berlangsung lancar dan terbilang sukses. Dari 10
peserta, hanya 1 orang yang tidak hadir. Pak Ebo. Tanpa keterangan
yang jelas. Esoknya ada kabar, bahwa Pak Ebo berhalangan hadir
tadi malam, karena mendadak harus menolong seseorang yang sedang
mengalami kesulitan ekonomi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari-hari berikutnya, Pak Ebo masih tetap setia mengantarkan Kyai Muri ke mana-mana dan sering pula menemui saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
*** *** ***</div>
<div style="text-align: justify;">
Kegiatan da'wah di Kecamatan Mercusari terus bergulir. Minggu ini akan
diselenggarakan Pembinaan Intensif Angkatan ke 3 di Desa Suci. Desanya
Pak Ebo. Seperti minggu lalu, Pak Ebo juga menyatakan siap hadir.
Dan ternyata hal serupa terulang. Hanya satu orang yang tidak kelihatan
batang hidungnya. Pak Ebo. Izin? Tidak!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lagi-lagi, esoknya
tersiar kabar, Pak Ebo tadi malam tidak bisa hadir karena harus
mengantarkan keponakannya yang perempuan ke rumah familinya untuk urusan
keluarga yang sangat penting.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
*** *** ***</div>
<div style="text-align: justify;">
Da'wah terus
berjalan. Soal 2 kali ketidakhadiran Pak Ebo hanya ibarat 'kerikil
kecil' yang hancur tergilas oleh putaran roda-roda besar da'wah. Bahkan kami semua terlupa. Acara Pembinaan Intensif berikutnya Angkatan
ke 4 di Desa Kawung berlangsung, tanpa ada kontak samasekali dengan Pak
Ebo. Ia seperti menghilang begitu saja. Dan 'anehnya', kami semua tak
ada satupun yang merasa kehilangan dia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agenda minggu ini Pembinaan Intensif Angkatan ke 5 di desa Kebunsari. Sejauh ini, dari 7 desa di Kecamatan Mercusari, alhamdulillah, sudah 5
desa yang melaksanakan Pembinaan Intensif: Desa Kawang, Desa Bambusari,
Desa Suci, Desa Kawung dan Desa Kebunsari. Akan halnya Pak Ebo, atas kehendak Allah, tersingkaplah satu per satu 'modus' dan 'aib' yang sekian lama ia tutupi:</div>
<ol style="text-align: left;">
<li>Kesetiaannya mendampingi Kyai Muri ternyata hanyalah 'modus' Pak Ebo agar 'aman' dari 'kecurigaan' sang istri.</li>
<li>Alasan 'membantu' orang yang 'kesulitan ekonomi' merupakan 'modus'
Pak Ebo untuk meraup keuntungan materi dengan menjadi makelar dalam
'mencarikan dan mencairkan' hutang 'ribawi'.</li>
<li>Alasan
'mengantarkan' keponakan perempuannya menemui famili adalah 'modus' Pak
Ebo untuk bisa pergi 'indehoy' bersama wanita selingkuhannya yang ia
rahasiakan selama ini!</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i> Astaghfirullaahal'azhiim… Na'uudzu billaahi min dzaalik!</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk acara Pembinaan Intensif Angkatan ke 5 ini, Pak Ebo 'dipastikan'
tidak hadir lagi. Dia benar-benar tidak bisa menghadiri. Dan mustahil
datang walau dipaksa setengah mati. Karena dia… memang… sudah 'keburu'…
MATI! [k@]<br />
-----------------<b> </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>.oO AKHIR KISAH Oo.</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><a href="https://www.facebook.com/kamil.abdullah.3/posts/4958928788879" target="_blank">[Sumber]</a></b></div>
</div>
Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-71161469751089549582014-12-13T23:29:00.002-08:002014-12-13T23:32:01.766-08:00100 shortcut Di Windows Yang Perlu Anda Ketahui dan Bagikan!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbA3dn2GiyDqOpUjgZHhhx2IU5q9n4MvpFA-mrJLP_aPnQwR7G0bdXnDUXumDl-uArwWLetx2RTNQQn0hnnbeb2gbAjd5_GkPXCoK24ODUz852j1rPEDnELbz9snhlWb1oCq7VwpGKdTky/s1600/10489933_704858576217175_3530843502454907004_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbA3dn2GiyDqOpUjgZHhhx2IU5q9n4MvpFA-mrJLP_aPnQwR7G0bdXnDUXumDl-uArwWLetx2RTNQQn0hnnbeb2gbAjd5_GkPXCoK24ODUz852j1rPEDnELbz9snhlWb1oCq7VwpGKdTky/s1600/10489933_704858576217175_3530843502454907004_n.jpg" height="188" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut adalah 100 shortcut yang bisa kita gunakan ketika mengoprasikan komputer. Ternyata sangat sedikit yg kita gunakan. Tulisan ini copas dari facebook. Judul asli: "More than 100 Keyboard Shortcuts must read & Share". Sumber di akhir tulisan.</div>
<br />
Keyboard Shortcuts (Microsoft Windows)<br />
1. CTRL+C (Copy)<br />
2. CTRL+X (Cut)<br />
3. CTRL+V (Paste)<br />
4. CTRL+Z (Undo)<br />
5. DELETE (Delete)<br />
6. SHIFT+DELETE (Delete the selected item permanently without placing the item in the Recycle Bin)<br />
7. CTRL while dragging an item (Copy the selected item)<br />
8. CTRL+SHIFT while dragging an item (Create a shortcut to the selected item)<br />
9. F2 key (Rename the selected item)<br />
10. CTRL+RIGHT ARROW (Move the insertion point to the beginning of the next word)<br />
11. CTRL+LEFT ARROW (Move the insertion point to the beginning of the previous word)<br />
12. CTRL+DOWN ARROW (Move the insertion point to the beginning of the next paragraph)<br />
13. CTRL+UP ARROW (Move the insertion point to the beginning of the previous paragraph)<br />
14. CTRL+SHIFT with any of the arrow keys (Highlight a block of text)<br />
SHIFT with any of the arrow keys (Select more than one item in a window or on the desktop, or select text in a document)<br />
15. CTRL+A (Select all)<br />
16. F3 key (Search for a file or a folder)<br />
17. ALT+ENTER (View the properties for the selected item)<br />
18. ALT+F4 (Close the active item, or quit the active program)<br />
19. ALT+ENTER (Display the properties of the selected object)<br />
20. ALT+SPACEBAR (Open the shortcut menu for the active window)<br />
21. CTRL+F4 (Close the active document in programs that enable you to have multiple documents opensimultaneously)<br />
22. ALT+TAB (Switch between the open items)<br />
23. ALT+ESC (Cycle through items in the order that they had been opened)<br />
24. F6 key (Cycle through the screen elements in a window or on the desktop)<br />
25. F4 key (Display the Address bar list in My Computer or Windows Explorer)<br />
26. SHIFT+F10 (Display the shortcut menu for the selected item)<br />
27. ALT+SPACEBAR (Display the System menu for the active window)<br />
28. CTRL+ESC (Display the Start menu)<br />
29. ALT+Underlined letter in a menu name (Display the corresponding menu) Underlined letter in a command name on an open menu (Perform the corresponding command)<br />
30. F10 key (Activate the menu bar in the active program)<br />
31. RIGHT ARROW (Open the next menu to the right, or open a submenu)<br />
32. LEFT ARROW (Open the next menu to the left, or close a submenu)<br />
33. F5 key (Update the active window)<br />
34. BACKSPACE (View the folder onelevel up in My Computer or Windows Explorer)<br />
35. ESC (Cancel the current task)<br />
36. SHIFT when you insert a CD-ROMinto the CD-ROM drive (Prevent the CD-ROM from automatically playing)<br />
Dialog Box - Keyboard Shortcuts<br />
1. CTRL+TAB (Move forward through the tabs)<br />
2. CTRL+SHIFT+TAB (Move backward through the tabs)<br />
3. TAB (Move forward through the options)<br />
4. SHIFT+TAB (Move backward through the options)<br />
5. ALT+Underlined letter (Perform the corresponding command or select the corresponding option)<br />
6. ENTER (Perform the command for the active option or button)<br />
7. SPACEBAR (Select or clear the check box if the active option is a check box)<br />
8. Arrow keys (Select a button if the active option is a group of option buttons)<br />
9. F1 key (Display Help)<br />
10. F4 key (Display the items in the active list)<br />
11. BACKSPACE (Open a folder one level up if a folder is selected in the Save As or Open dialog box)<br />
<br />
Microsoft Natural Keyboard Shortcuts<br />
1. Windows Logo (Display or hide the Start menu)<br />
2. Windows Logo+BREAK (Display the System Properties dialog box)<br />
3. Windows Logo+D (Display the desktop)<br />
4. Windows Logo+M (Minimize all of the windows)<br />
5. Windows Logo+SHIFT+M (Restorethe minimized windows)<br />
6. Windows Logo+E (Open My Computer)<br />
7. Windows Logo+F (Search for a file or a folder)<br />
8. CTRL+Windows Logo+F (Search for computers)<br />
9. Windows Logo+F1 (Display Windows Help)<br />
10. Windows Logo+ L (Lock the keyboard)<br />
11. Windows Logo+R (Open the Run dialog box)<br />
12. Windows Logo+U (Open Utility Manager)<br />
13. Accessibility Keyboard Shortcuts<br />
14. Right SHIFT for eight seconds (Switch FilterKeys either on or off)<br />
15. Left ALT+left SHIFT+PRINT SCREEN (Switch High Contrast either on or off)<br />
<br />
15. Left ALT+left SHIFT+PRINT SCREEN (Switch High Contrast either on or off)<br />
16. Left ALT+left SHIFT+NUM LOCK (Switch the MouseKeys either on or off)<br />
17. SHIFT five times (Switch the StickyKeys either on or off)<br />
18. NUM LOCK for five seconds (Switch the ToggleKeys either on or off)<br />
19. Windows Logo +U (Open Utility Manager)<br />
20. Windows Explorer Keyboard Shortcuts<br />
21. END (Display the bottom of the active window)<br />
22. HOME (Display the top of the active window)<br />
23. NUM LOCK+Asterisk sign (*) (Display all of the subfolders that are under the selected folder)<br />
24. NUM LOCK+Plus sign (+) (Display the contents of the selected folder)<br />
<br />
MMC Console keyboard shortcuts<br />
<br />
1. SHIFT+F10 (Display the Action shortcut menu for the selected item)<br />
2. F1 key (Open the Help topic, if any, for the selected item)<br />
3. F5 key (Update the content of all console windows)<br />
4. CTRL+F10 (Maximize the active console window)<br />
5. CTRL+F5 (Restore the active console window)<br />
6. ALT+ENTER (Display the Properties dialog box, if any, for theselected item)<br />
7. F2 key (Rename the selected item)<br />
8. CTRL+F4 (Close the active console window. When a console has only one console window, this shortcut closes the console)<br />
<br />
Remote Desktop Connection Navigation<br />
1. CTRL+ALT+END (Open the Microsoft Windows NT Security dialog box)<br />
2. ALT+PAGE UP (Switch between programs from left to right)<br />
3. ALT+PAGE DOWN (Switch between programs from right to left)<br />
4. ALT+INSERT (Cycle through the programs in most recently used order)<br />
5. ALT+HOME (Display the Start menu)<br />
6. CTRL+ALT+BREAK (Switch the client computer between a window and a full screen)<br />
7. ALT+DELETE (Display the Windows menu)<br />
8. CTRL+ALT+Minus sign (-) (Place a snapshot of the active window in the client on the Terminal server clipboard and provide the same functionality as pressing PRINT SCREEN on a local computer.)<br />
9. CTRL+ALT+Plus sign (+) (Place asnapshot of the entire client window area on the Terminal server clipboardand provide the same functionality aspressing ALT+PRINT SCREEN on a local computer.)<br />
<br />
Microsoft Internet Explorer Keyboard Shortcuts<br />
1. CTRL+B (Open the Organize Favorites dialog box)<br />
2. CTRL+E (Open the Search bar)<br />
3. CTRL+F (Start the Find utility)<br />
4. CTRL+H (Open the History bar)<br />
5. CTRL+I (Open the Favorites bar)<br />
6. CTRL+L (Open the Open dialog box)<br />
7. CTRL+N (Start another instance of the browser with the same Web address)<br />
8. CTRL+O (Open the Open dialog box,the same as CTRL+L)<br />
9. CTRL+P (Open the Print dialog box)<br />
10. CTRL+R (Update the current Web page)<br />
11. CTRL+W (Close the current window)<br />
Please Share.<br />
<br />
<a href="https://m.facebook.com/sevaanri/photos/a.496768467026188.1073741825.350993081603728/704858576217175/?type=1&source=48" target="_blank">Sumber</a></div>
Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-20147565564706774902014-12-08T18:29:00.001-08:002014-12-08T18:29:09.036-08:00[Audio dan Ebook] Download MP3 Kajian Fiqih Syafi'i Matan Abi Syuja' - Al-Ghayah wa al-Taqrib + PDF<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.elhooda.net/wp-content/uploads/2012/03/kajian-kitab.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://www.elhooda.net/wp-content/uploads/2012/03/kajian-kitab.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
Belajar ilmu fiqih adalah hal yang sangat penting bagi umat Islam. Dengan mempelajari ilmu fiqih, seorang muslim dapat tahu dan mengerti hukum-hukum Allah SWT sehingga dapat menjalankan ajaran agamanya dengan benar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kitab <i>Al-Ghayah wa al-Taqrib Matan Abi Syuja’</i> karya Syihabuddin Abu Syuja’ Ahmad bin al-Husain bin Ahmad al-Ashfihani رحمه الله merupakan salah satu kitab fiqih yang sudah lama ada di Indonesia. Kitab karya seorang ulama besar al-Qadli Abu Syuja’ (w 593 H) ini sudah ratusan tahun menjadi kitab rujukan khususnya fiqih madzhab Imam Syafi’i. Kitab ini juga banyak diajarkan di berbagai pondok-pondok pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia.<br />
<br />
<span class="entry-content"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/Kitab-Al-Ghayah-wa-al-Taqrib-Matan-Abi-Syuja-Asy-Syafiiyyah.pdf" target="_blank"><strong>DOWNLOAD KITAB AL-GHAYAH WAL AT-TAQRIB MATAN ABI SYUJA’ (PDF)</strong></a></span> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi yang ingin memahami kitab ini, silahkan download link kajiannya bersama al-Ustadz Dr. K.H. Mohamad Najib Amin dibawah ini:<br />
<br />
<table class="aligncenter" id="ff2" style="width: 630px;"><tbody>
<tr><th scope="row" style="text-align: left; width: 480px;" valign="middle">Nama File/BAB</th>
<th scope="row" style="text-align: left; width: 150px;" valign="middle">Link MP3</th>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">01. Mukadimah</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/01-mukadimah-kajianFiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.2 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">02. Jenis-Jenis Air</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/02-jenis-jenis-air-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.6 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">03. Air Mustakmal</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/03-air-mustakmal-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.3 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">04. Cara Menyamak Kulit</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/04-cara-untuk-menyamak-kulit-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.6 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">05. Siwak</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/05-siwak-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.1 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">06. Fardhu Wudhu</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/06-fardhu-wudhu-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.1 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">07. Sunnah Wudhu</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/07-sunnah-wudhu-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.6 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">08. Istinja</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/08-istinja-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.2 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">09. Adab Istinja</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/09-adab-istinja-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">6.9 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">10. Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/10-hal-hal-yang-membatalkan-wudhu-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.7 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">11. Hal-Hal Yang Mewajibkan Mandi</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/11-hal-hal-yang-mewajibkan-mandi-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.1 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">12. Rukun, Sunnah, dan Cara Mandi</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/12-rukun-sunnah-dan-cara-mandi-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.0 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">13. Macam-Macam Mandi Sunnah</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/13-macam-macam-mandi-sunnah-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.1 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">14. Mengusap Khuffain</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/14-mengusap-khuffain-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.0 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">15. Tayamum</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/15-tayamum-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.5 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">16. Rukun Tayamum</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/16-rukun-tayamum-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.0 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">17. Orang Yang Mempunyai Luka/Perban/Jabirah</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/17-orang-yang-mempunyai-luka-perban-jabirah-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">5.5 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">18. Masalah Najis (Bagian 1)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/18-masalah-najis-bagian1-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.2 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">19. Masalah Najis (Bagian 2)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/19-masalah-najis-bagian2-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.7 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">20. Masalah Najis (Bagian 3)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/20-masalah-najis-bagian3-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">5.9 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">21-haidh-nifas-dan-istihadhah-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/21-haidh-nifas-dan-istihadhah-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.8 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">22-waktu-nifas-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/22-waktu-nifas-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.3 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">23. Hal Yang Haram Bagi Orang Haid dan Nifas</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/23-yang-haram-bagi-orang-haid-nifas-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">9.2 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">24. Hal-Hal Yang Diharamkan Bagi Orang Junub dan Orang Berhadats</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/24-hal-hal-yang-diharamkan-bagi-orang-junub-berhadats-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.2 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">25. Masalah Shalat (Bagian 1)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/25-masalah-shalat-bagian1-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.9 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">26. Masalah Shalat (Bagian 2)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/26-masalah-shalat-bagian2-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.1 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">27. Shalat Rawatib</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/27-shalat-rawatib-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">9.2 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">28. Shalat Sunnah</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/28-shalat-sunnah-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.6 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">29. Syarat Sah Shalat</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/29-syarat-sah-shalat-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.6 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">30. Rukun Shalat (Bagian 1)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/30-rukun-shalat-bagian1-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.0 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">31. Rukun Shalat (Bagian 2)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/31-rukun-shalat-bagian2-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.4 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">32. Rukun Shalat (Bagian 3)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/32-rukun-shalat-bagian3-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">9.0 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">33. Sunnah Sebelum Shalat (Adzan dan Iqamah)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/33-sunnah-shalat-adzan-iqamah-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.8 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">34. Sunnah Shalat (Sunnah Ab’ad)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/34-sunnah-shalat-sunnah-abad-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.0 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">35. Sunnah Shalat (Sunnah Haiat)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/35-sunnah-shalat-sunnah-haiat-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.1 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">36. Sunnah Shalat dan Makruhat Shalat</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/36-sunnah-shalat-makruhat-shalat-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.1 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">37. Perbedaan Shalat Laki-Laki dan Perempuan, dan Hal Yang Membatalkan Shalat</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/37-beda-shalat-laki-perempuan-hal-batal-shalat-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.8 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">38. Hal Yang Membatalkan Shalat (Lanjutan)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/38-hal-yang-membatalkan-shalat-lanjutan-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.7 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">39. Sujud Sahwi</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/39-sujud-sahwi-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.7 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">40. Waktu Yang Dimakruhkan Untuk Shalat</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/40-waktu-yang-dimakruhkan-untuk-shalat-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">6.8 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">41. Shalat Jama’ah</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/41-shalat-jamaah-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.8 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">42. Shalat Jamak dan Qashar</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/42-shalat-jamak-dan-qashar-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.4 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">43. Shalat Jum’at</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/43-shalat-jumat-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">9.9 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">44. Syarat Shalat Jum’at</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/44-syarat-shalat-jumat-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">2.7 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">45. Hal-Hal Yang Disunahkan Pada Hari Jum’at</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/45-hal-hal-yang-disunahkan-pada-hari-jumat-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.0 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">46. Shalat Ied</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/46-shalat-ied-dua-hari-raya-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.9 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">47. Shalat Gerhana (Matahari dan Bulan)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/47-shalat-gerhana-matahari-bulan-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">6.9 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">48. Shalat Istisqo</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/48-shalat-istisqo-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.1 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">49. Shalat Khauf (Dalam Keadaan Ketakutan/Peperangan)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/49-shalat-khauf-dalam-keadaan-ketakutan-peperangan-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.7 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">50. Pakaian Yang Diperbolehkan</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/50-pakaian-yang-diperbolehkan-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.8 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">51. Tatacara Merawat Jenazah</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/51-tata-cara-merawat-jenazah-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.8 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">52. Cara Mengkafani dan Menyolatkan Jenazah</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/52-cara-mengkafani-dan-menyolatkan-jenazah-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">6.5 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">53. Cara Menguburkan Jenazah</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/53-cara-menguburkan-jenazah-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">9.3 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">54. Masalah Zakat (Bagian 1)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/54-masalah-zakat-bagian1-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.8 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">55. Masalah Zakat (Bagian 2)</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/55-masalah-zakat-bagian2-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.1 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">56. Zakat Hewan Ternak</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/56-zakat-hewan-ternak-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.1 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">57. Zakat Emas dan Perak</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/57-zakat-emas-dan-perak-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.0 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">58. Zakat Tanaman Pokok dan Buah-Buahan</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/58-zakat-tanaman-makanan-pokok-dan-buah-buahan-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.1 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">59. Zakat Perdagangan dan Tambang Harta Karun</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/59-zakat-perdagangan-dan-tambang-harta-karun-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.4 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">60. Zakat Fitrah</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/60-zakat-fitrah-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">5.1 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">61. Orang-Orang Yang Berhak Menerima Zakat</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/61-orang-orang-yang-berhak-menerima-zakat-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">6.4 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">62. Syarat-Syarat Orang Yang Berhak Menerima Zakat</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/62-syarat-syarat-orang-yang-berhak-menerima-zakat-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.6 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">63. Masalah Puasa</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/63-masalah-puasa-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">6.7 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">64. Rukun/ Fardhu Puasa</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/64-rukun-fardhu-puasa-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.3 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">65. Hal-Hal Yang Disunahkan Dalam Berpuasa</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/65-hal-yang-disunahkan-dalam-berpuasa-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.0 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">66. Puuasa Haram, Puasa Makruh, dan Puasa Sunnah</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/66-puasa-haram-puasa-makruh-puasa-sunnah-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.3 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">67. Kafarat Jimak dan Orang Yang Dimakzurkan Tidak Berpuasa</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/67-kafarat-jima-dan-orang-yang-dimakzurkan-tidak-berpuasa-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">7.8 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">68. Puasa Sunnah (Ulangan Ringkasan) dan Itikaf</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/68-puasa-sunnah-ulangan-ringkasan-dan-itikaf-kajian-fiqih-kitab-taqrib-abi-syuja.mp3">8.3 MB </a></td>
</tr>
<tr>
<td style="text-align: justify;">Download Semua Kajian Fiqih Ahlussunnah</td>
<td style="text-align: left;"><a href="http://archive.org/download/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja_vbr_mp3.zip" target="_blank">520.2 MB</a></td><td style="text-align: left;"> </td><td style="text-align: left;"> </td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk update terbaru kajian fiqih
ahlussunnah Kitab <i>Al-Ghayah wa al-Taqrib Matan Abi Syuja’</i> bersama
al-Ustadz Dr. K.H. Mohamad Najib Amin silahkan kunjungi halaman <a href="http://archive.org/details/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja" target="_blank">Archive Kajian Fiqih Kitab Al-Ghayah wa al-Taqrib Matan Abi Syujaâ</a> atau halaman <a href="http://ia601201.us.archive.org/24/items/KajianFiqihKitabAl-ghayahWaAl-taqribMatanAbiSyuja" target="_blank">Index MP3 Kajian Fiqih Kitab Al-Ghayah wa al-Taqrib Matan Abi Syujaâ</a>. Semoga bermanfaat.</div>
<br />
Sumber: <a href="http://www.elhooda.net/2012/03/kajian-fiqih-ahlussunnahkitab-al-ghayah-wa-al-taqrib-matan-abi-syuja/" target="_blank">elhooda</a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</div>
</div>
Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-43431534192417756002014-12-02T20:02:00.003-08:002015-01-05T20:50:19.216-08:00[Audio - Video] Ketika Dua Tokoh Muda dari Dua Harokah Berbeda Di Satu Acara<p style="text-align: left" dir="ltr" align="justify" trbidi="on">Apa jadinya jika Ustadz top aktivis <a href="http://www.hizbut-tahrir.or.id/">Hizbut Tahrir Indonesia</a> berceramah dalam satu forum bersama Ustadz top aktivis Tarbiyah? Tentu sangat seru dan menarik. Itulah yang terjadi dalam Tabligh Akbar bertema “<i>Menemukan Islam, Menebarkan Dakwah</i>” di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta.</p> <p style="text-align: left" dir="ltr" align="justify" trbidi="on"><img style="display: inline; margin-left: 0px; margin-right: 0px" border="0" align="left" src="http://2.bp.blogspot.com/-R587nqNOODY/VHv8G2-ApaI/AAAAAAAADB8/BgBWRjNhL9I/s1600/felix-y-siauw-salim-a-fillah-poster.jpg" width="218" height="320" />Menjadi pembicara pertama adalah Ustadz. Felix Y. Siauw, yang selalu tampil dengan untaian kata-kata menginspirasi keimanan, -bahkan acaranya di TVRI bernama Inspirasi Iman-, dengan penampilannya yang khas, baju batik dan rambut agar plontos. Beliau lah tokoh muda dari HTI yang di maksud. Seorang muallaf yang telah menelurkan 9 karya tulis hebat hingga beberapa kali cetak, dengan <i>master piece</i>-nya, Muhammad Al Fatih 1453. Dalam kesempatan tersebut, pemilik situs http://felixsiauw.com ini mengisahkan perjalanannya dalam mencari iman, serta beberapa alasan mengapa beliau menuliskan beberapa bukunya.</p> <p style="text-align: left" dir="ltr" align="justify" trbidi="on">Adapun pembicara kedua adalah Ustadz Salim A fillah, sebagai tuan rumah, yang dalam kesempatan tersebut, menerangkan tentang pentingnya dakwah serta wajibnya para generasi muslimin saat ini andil dalam gerakan dakwah. Beliaulah tokoh muda aktivis Tarbiyah, yang juga menulis banyak buku Best Seller. Salah satu bukunya yang dimiliki admin adalah <i>Jalan Cinta Para Pejuang</i>, dengan bonus lagu nasyid dari Fathul Jihad yang sudah 3 tahun lalu dishare di blog ini. Yang mau download lagu-lagunya silahkan <a href="http://at-tohir.blogspot.com/2010/08/link-download-fathul-jihas-revisi.html">ke link ini</a>.</p> <p style="text-align: left" dir="ltr" align="justify" trbidi="on">Biar lebih jelas, yuk simak rekaman Tabligh Akbar bertema “<i>Menemukan Islam, Menebarkan Dakwah</i>” pada Ahad, 30 November 2014 yang dihadiri ribuan jemaah tersebut. [<a href="http://at-tohir.blogspot.com/">Muhammad Tohir</a>]</p> <p style="text-align: left" dir="ltr" align="justify" trbidi="on">Link:</p> <p style="text-align: left" dir="ltr" align="justify" trbidi="on"><b>Audio</b><b>: <a href="https://www.dropbox.com/s/fsqwbirh47uv6zx/Ust%20Felix%20Siauw%20%26%20Salim%20A%20Fillah%20-%20Menemukan%20Islam%20Menebarkan%20Dakwah1.mp3?dl=0">DOWNLOAD</a></b> (MP3, 32MB)</p> <p style="text-align: left" dir="ltr" align="justify" trbidi="on"><b>atau tonton rekaman videonya</b> di bawah ini (via youtube): </p> <span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman'"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman'"></span> <p style="text-align: left" dir="ltr" align="justify" trbidi="on"><iframe height="315" src="//www.youtube.com/embed/KvY2kcQKi0c" frameborder="0" width="560" allowfullscreen="allowfullscreen"></iframe></p> <div style="text-align: justify" dir="ltr" class="MsoNormal" align="justify" trbidi="on"> <br />Sumber rekaman:<a href="https://ceramahideologis.wordpress.com/2014/12/01/tabligh-akbar-ust-felix-siauw-salim-a-fillah-menemukan-islam-menebarkan-dakwah/" target="_blank"> Ceramah Ideologis</a></div> <div style="text-align: justify" dir="ltr" class="MsoNormal" align="justify" trbidi="on"></div> <div style="text-align: justify" dir="ltr" class="MsoNormal" align="justify" trbidi="on">Reportase:<a href="http://www.voa-islam.com/read/syariahbiz/2014/12/02/34229/duet-ustadz-felix-siauw-dan-salim-a-fillah-ribuan-umat-islam-penuhi-jogokarian/#sthash.BkWY8Mgd.Yv1WWXhE.dpbs" target="_blank">Voice of Al Islam</a></div> Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-35957264209557630232014-11-28T16:29:00.001-08:002020-06-15T17:39:55.939-07:00Seputar Empat Puluh Hadits<p>Ketika kita mendengar kata hadits <i>Arbai’in</i>, maka bayangan kita adalah kumpulan hadits karya Imam An Nawawi Asy Syafi’i –<i>rahimahullah</i>-. Bahkan mungkin hanya itu saja yang kita tahu, padahal ternyata pengumpulan dan penulis 40 Hadis sudah dilakukan ulama sejak abad ke 3 Hijriyah, ratusan bahkan mungkin hampir seribu ulama sejak dahulu sampai sekarang sudah melakukannya. Karena begitu banyaknya, maka tidak dapat dipastikan siapakah yang pertama-tama melakukan hal ini, namun jika dianggap benar, maka beberapa nama di bawah ini merupakan orang-orang yang pertama-tama mengumpulkan hadis dengan metode ini. </p> <p>Mereka itu sebagaimana disebutkan oleh al-Nawawi dalam <i>muqaddimah</i> nya ialah: </p> <p>1. Abdullah ibn Mubarak (w. 180) </p> <p>2. Ibn Aslam al-Tsausi</p> <p>3. Hasan ibn Sufyan al-Nasawi (w. 303 H)</p> <p>4. Abu Bakar Muhammad ibn Husayn al-Ajiri (w. 360 H)</p> <p>5. Abu Bakar Muhammad ibn Ibrahim al-Asfahani</p> <p>6. Al-Daraqutni (w. 363 H)</p> <p>Setelah beliau-beliau, langkah mereka diikuti oleh ratusan ulama dengan menuliskan Arbain-arbain lainnya, sesuai <i>nawaitu</i>, harapan dan keinginan.</p> <p>Selain ulama-ulama dari negeri Arab, ulama Indonesia pun tak mau kalah ikut menulis kitab <i>al</i> <i>Arba’in</i>, mereka antara lain:</p> <p>1. Syeikh Nawawi Banten</p> <p>2. Syeikh Mahfus Termas</p> <p>3. Syeikh Yasin Padang</p> <p>4. Syeikh Hasyim Asy’ari.</p> <p><b>Metode Penulisan</b></p> <p>Di dalam penulisan 40 hadits ini, tidak ada keseragaman di dalamnya, bahkan cenderung berbeda, tergantung pada niat dan tujuan. Sehingga isi kandungan hadis yang dipilih juga berbeda. Dengan melihat beberapa judul <i>Arba’in</i> yang berbeda, maka tentu saja hadis-hadis yang dipilihnya pun akan berbeda pula. </p> <p>Beberapa judul Arba’in yang ada, antara lain:</p> <p>1. <i>Kitaab al-Arba’iin ‘alaa mazhab al-mutahaqqiin minas suufiyyah</i>: Al-Asbahani, Abu Nu’aim Ahmad ibn Abdillah (w. 430 H)</p> <p>2. <i>Kitaab al-Arba’iin fi fadhl al-Du’aa’ wad daa’iin </i>: Karya al-Maqdisi, Abi Hasan Ali ibn Fadhl (w. 611 H)</p> <p>3. <i>Al-Arba’uun Hadistan fi qowaa’id mi al ahkam al-syar’iyyah wa fadaa’il al-a’maal waz zuhd </i>: Karya al-Suyuti (w. 911 H)</p> <p>4. <i>Arba’un Hadistan fi madh al-sunnah wa zamm al-bid’ah</i>: Karya Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani (w. 1350 H)</p> <p>5. <i>al-Ahadisal-Arba’in fi Fadha’il Sayyidil Mursaliin saw </i>: Karya Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani (w. 1350 H)</p> <p>6. <i>Arba’un Hadistan fi fadhoo’ili Ahl Bait</i>: Karya Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani (w. 1350)</p> <p>7. <i>Arba’un Hadistan fadhoo’ili Abi Bakar</i>: Karya Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani (w. 1350).</p> <p>8. <i>Arba’un Hadistan fadhoo’ili Umur</i>: Karya Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani (w. 1350).</p> <p>9. <i>al-Ahadisal-Arba’in fi wujub ta’at Amir al-Mu’minin</i>: Karya Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani (w. 1350).</p> <p>10. <i>al-Ahadisal-Arba’in min amtsal afsah al-‘alamin saw.</i>: Karya Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani (w. 1350).</p> <p>11. <i>al-Ahadisal-Arba’in min amtsal afsah al-‘alamin saw.</i>: Karya Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani (w. 1350).</p> <p>Dari judul-judul kitab di atas sudah nampak bahwa masing-masing kitab Arba’in bertujuan beda, karenanya hadis-hadis yang dimuat juga dengan tema berbeda seperti berikut:</p> <p> Kitab Pertama: Hadis-hadis tentang Sufi.</p> <p>Kitab kedua: Hadis-hadis tentang doa dan orang yang berdoa.</p> <p>Kitab ketiga: Hadis-hadis tentang zuhud.</p> <p>Kitab keempat: Hadis-hadis tentang sunnah dan bid’ah.</p> <p>Kitab kelima: Hadis-hadis tentang keutamaan Nabi Muhammad saw.</p> <p>Demikian seterusnya.</p> <p><b>Jumlah Hadits</b></p> <p>Meski judulnya <i>Arba’in</i> yang berarti empat puluh, namun ternyata tidak semua kitab-kitab tersebut berisi 40 Hadis. Sebagai contoh, <i>Arba’in</i> <i>al</i>-<i>Nawawi</i> yang merupakan kitab Arba’in yang paling populer dan paling banyak beredar di masyarakat muslim internasional, berisikan 42 Hadis, bukan 40 hadis. Kitab <i>al-Arba’in ‘ala mazhab al-mutahaqqin minas sufiyyah</i> karya Abu Nu’aim Al-Asbahani (w. 430 H) memuat 60 hadis. Wal hasil, jumlah hadis yang ada dalam kitab <i>al-Arba’in</i>adalah di seputaran angka 40, baik pas 40, atau lebih sedikit atau kurang sedikit.</p> <p><b>Keutamaan Menghafal Arbain</b></p> <p>Penulisan hadits empat puluh ini bukan tanda motivasi, beberapa hadis diriwayatkan oleh ulama mengisyaratkan keutamaan menghafal 40 Hadis, riwayat-riwayat tersebut ada yang berkatagori hadis <i>da’if</i>, ada juga yang hasan. Beberapa diantaranya dinukil oleh Imam al-Nawawi dalam <i>muqaddimah</i> <i>al-Arba’in</i>-nya dengan menegaskan bahwa riwayatnya diriwayatkan dari beberapa orang sahabat: Ali, Ibn Mas’ud, Mu’az, Abu Zarr, Ibn Umar, Ibn Abbas, Anas, Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri.</p> <p>Riwayat yang disebutkan Imam al-Nawawi adalah:</p> <p><i>“Barangsiapa hafal 40 hadis dari perkara agamanya, maka Allah akan bangkitkan ia pada hari kiamat dalam kelompok fuqoha (ahli fiqh) dan ulama.”</i></p> <p>Dalam riwayat lain: <i>“Allah bangkitkan dia sebagai seorang pakar fiqh dan seorang ulama. Dalam riwayat Abu al-Darda’: Nanti pada hari kiamat Aku (Muhammad) akan memberinya syafa’atdan kesaksian.”</i></p> <p>Dalam riwayat Ibn Mas’ud: <i>“Dikatakan kepada mereka: Masuklah ke surga dari pintu mana saja yang kamu suka.”</i></p> <p>Dalam riwayat Ibn Umar: “<i>Dicatat dalam kelompok ulama, dan dikumpulkan (di Mahsyar)dalam kelompok syuhada.”</i></p> <p>Hanya saja ada catatan dari al-Nawawi terhadap riwayat-riwayat ini, beliau menyatakan bahwa kesemua riwayat di atas adalah hadits lemah/<i>da’if</i>. Akan tetapi meskipun semuanya merupakan hadis <i>da’if, </i>tetap<i> </i>boleh digunakan dalam <i>fada’il a’mal</i>/keutamaan amalan.<a href="#_ftn1_8462" name="_ftnref1_8462">[1]</a>[1] <i>Wallahu ta’alaa’lam. </i>[<a href="http://at-tohir.blogspot.com/">Muhammad Tohir</a>]</p> <p>Disarikan dari <i>“40 HADIS Mudah Dihafal Sanad & Matan”</i> karya Ustadz DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA</p> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <hr align="center" size="1" width="33%" /> <p><a href="#_ftn2_8462" name="_ftnref2_8462">[2]</a>[1]<i> </i><i>Sebagian riwayat di atas diriwayatkan oleh al-Khatib al-Bagdadi dalam kitab Syaraf Ahlu al-Hadis, sedangkan Ibn Jauzi meriwayatkan hadis itu semua dalam kitab Al-Ilal a-Mutanahiah dari 13 orang sahabat, namun beliau menjelaskan bahwa kesemua jalurnya adalah dhaif. Ibn Munzir dan Ibn Hajar telah menulis buku kecil tersendiri yang membahas hadis keutamaan menghafal 40 hadis ini dengan segala permasalahannya.Lihat Al-Khatib al-Bagdadi, Syaraf Ahlu al-Hadis, hal. 30-31; Ibnu Jauzi, Al-Ilal al-Mutanahiah, Jilid. I, hal.119-129 ; Ibn Hajar, Talkhish al-Habir, jilid. III, hal. 1085.</i></p> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <p><a href="#_ftnref1_8462" name="_ftn1_8462"></a></p> <p><a href="#_ftnref2_8462" name="_ftn2_8462"></a></p> Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-32478276979681692852014-08-13T03:30:00.001-07:002015-01-05T20:56:10.973-08:003 Faktor Pembeda antara Kita dan Generasi Terbaik<div style="text-align: left" dir="ltr" trbidi="on"> <p align="justify">Islam telah melahirkan generasi manusia yang menjelma menjadi generasi yang sangat istimewa dalam sekarah Islam khususnya, dan sejarah manusia pada umumnya. Mereka adalah generasi shahabat -<i>ridwaanullah ‘alaihim-. </i>Namun, setelah generasi mereka, tidak pernah ada generasi seunik mereka yang lahir dimasa setelahnya hingga kini. Padahal dihadapan kita ada Al Qur’an, kitab yang sama dengan apa yang diajarkan oleh Nabi kepada para shahabat. Berikut adalah tiga faktor yang membuat kita berbeda dengan generasi shahabat yang penulis sarikan dari bab Generasi Qur’ani: Generasi yang Unik dalam buku <i>Ma’alim Fi Ath Thariq</i>karya Asy-Syahid Sayyid Quthb -<i>rahimahullah</i>-.</p> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify; text-indent: 0in; margin-left: 0in" class="MsoNormal"><b><span style="mso-fareast-font-family: 'Times New Roman'"><span style="mso-list: ignore">1. </span></span><span dir="ltr"></span>Faktor referensi</b></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><b>Generasi <span style="mso-ansi-language: in" lang="IN">Shahabat</span></b>: Hanya Al<span style="mso-ansi-language: in" lang="IN"> Q</span>ur<span style="mso-ansi-language: in" lang="IN">’</span>an saja satu-satunya referensi yang mereka adopsi. Mereka beradaptasi dengannya dan mengambil pelajaran darinya. Padahal waktu itu telah ada peradaban dan kebudayaan Romawi, juga buku dan undang-undang mereka. Di sisi lain terdapat sisa-sisa peradaban, rasionalitas, filsafat, dan kesenian Yunani. Di tempat lain terdapat pula peradaban Persia, berikut kesenian, kesusasteraan, mitologi, kepercayaan dan sistem pemerintahannya. Selain itu terdapat peradaban lain yang jauh dan dekat, misalnya; peradaban India, Cina, dan lain sebagainya. </div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><b>Generasi kita</b>: Generasi kita menyisipkan Filsafat, mitos dan pandangan Persia, <i>israiliyyat </i>Yahudi, dan teologi Nasrani, dan peradaban dan kebudayaan yang rendah ke dalam referensi kita. Semua berakulturasi dengan penafsiran Al<span style="mso-ansi-language: in" lang="IN"> Q</span>ur<span style="mso-ansi-language: in" lang="IN">’</span>an<span style="mso-ansi-language: in"> </span>dan ilmu kalam, sebagaimana terjadi dengan kajian Fiqih dan Usul Fiqih. Kemudian referensi yang telah terkontaminasi tersebut di kaji dan di pelajari oleh generasi selanjutnya. Maka dari itu jelaslah tidak ada yang menyamai generasi pelopor (G<span style="mso-ansi-language: in" lang="IN">S</span>). </div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify; text-indent: 0in; margin-left: 0in" class="MsoNormal"><b><span style="mso-fareast-font-family: 'Times New Roman'"><span style="mso-list: ignore">2. </span></span><span dir="ltr"></span>Faktor "Metode Pembelajaran" </b></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><b>Generasi <span style="mso-ansi-language: in" lang="IN">Shahabat</span></b>: Orientasi mereka dalam mempelajari Al<span style="mso-ansi-language: in" lang="IN"> Q</span>ur<span style="mso-ansi-language: in" lang="IN">’</span>an<span style="mso-ansi-language: in"> </span>adalah untuk di amalkan. Generasi ini tidak mengkaji Alquran dengan berorientasi tradisi dan publikasi, serta tidak pula untuk tujuan hobi dan mencari keuntungan. Tak seorang pun <span style="mso-ansi-language: in" lang="IN">dari mereka yang </span>mempelajari Al<span style="mso-ansi-language: in" lang="IN"> Q</span>ur<span style="mso-ansi-language: in" lang="IN">’</span>an<span style="mso-ansi-language: in"> </span>untuk memperkaya perbendaharaan tradisi semata, tidak pula hanya bertujuan menggabungkan dalil-dalil ilmiah dan fiqhiyah pada konklusi Alquran yang disimpulkan berdasarkan pendapat pribadinya. Mereka mengkaji firman-Nya untuk dipraktekkan seketika mendengarnya, sebagaimana pasukan di medan perang menerima "instruksi harian" untuk di kerjakan seketika itu. </div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><b>Generasi Kita</b>: Orientasi kita dalam mempelajari Alquran untuk penelitian, akademik dan publikasi. Dan kemudian menganggap sepele pengamalan nya, menganggap enteng aturan-aturan agama, mencampuradukkan Al<span style="mso-ansi-language: in" lang="IN"> Q</span>ur<span style="mso-ansi-language: in" lang="IN">’</span>an<span style="mso-ansi-language: in"> </span>dengan ambisi pribadi, membelokkan makna Al<span style="mso-ansi-language: in" lang="IN"> Q</span>ur<span style="mso-ansi-language: in" lang="IN">’</span>an<span style="mso-ansi-language: in"> </span>sejalan dengan aturan yang berlaku agar sesuai dengan hawa nafsu dan kehidupan kita. </div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><b>3. Faktor Komitmen</b> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><b>Generasi <span style="mso-ansi-language: in" lang="IN">Shahabat</span></b>: Setelah menerima seruan Al<span style="mso-ansi-language: in" lang="IN"> Q</span>ur<span style="mso-ansi-language: in" lang="IN">’</span>an<span style="mso-ansi-language: in"> </span>maka mereka bersegera membebaskan diri dari pengaruh lingkungan, tradisi, konsepsi, adat-istiadat dan ikatan-ikatan jahiliah. Sebagai konsekuensi dari transformasi akidah, dari syirik (politeisme) menuju tauhid, transformator ideologi dari tren jahiliah menuju mainstream Islam. </div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><b>Generasi Kita</b>: Kita belum bisa melepaskan diri dari kejahiliahan saat ini, yang sekurun dengan islam, atau malah mengenaskan. Semua yang ada di sekeliling kita adalah jahiliah. Konsepsi dan akidah manusia, adat-istiadat dan tradisi mereka, sumber kebudayaan, kesenian dan kesusasteraan, hukum dan undang-undang mereka, bahkan banyak hal yang kita anggap sebagai budaya islam, referensi islam, filsafat dan pemikiran islam, semuanya juga merupakan produk jahiliah tersebut. [<a href="http://at-tohir.blogspot.com/" target="_blank">Muhammad Tohir</a>]</div> </div> Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-14463925670979109292014-05-15T00:52:00.000-07:002015-01-05T20:56:42.012-08:00Mengenal Yahudi dan Zionisme, Serta Perannya dalam Meruntuhkan Khilafah [Bagian 2]<div style="text-align: left" dir="ltr" trbidi="on"><span style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">[<a href="http://at-tohir.blogspot.com/2014/05/mengenal-yahudi-dan-zionisme-serta.html" target="_blank">Silahkan baca bagian 1 di sini</a>]</span></span> <br /> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Gerakan Zionisme</span></b></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <div style="text-align: center; clear: both" class="separator"><a style="margin-bottom: 1em; float: left; clear: left; margin-right: 1em" href="https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/s480x480/395432_484493591586267_1906134340_n.jpg" imageanchor="1"><img border="0" src="https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/s480x480/395432_484493591586267_1906134340_n.jpg" width="320" height="203" /></a></div> <span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Zionisme berasal dari kata Ibrani “zion” yang artinya karang. Maksudnya merujuk kepada batu bangunan Haykal Sulaiman yang didirikan di atas sebuah bukit karang bernama ‘Zion’, terletak di sebelah barat-daya Al-Quds (Jerusalem). Bukit Zion ini menempati kedudukan penting dalam agama Yahudi, karena menurut Taurat, “Al-Masih yang dijanjikan akan menuntun kaum Yahudi memasuki ‘Tanah yang Dijanjikan’. Dan Al-Masih akan memerintah dari atas puncak bukit Zion”. Zion dikemudian hari diidentikkan dengan kota suci Jerusalem itu sendiri. (ZA Maulani, Zionisme: Sebuah Gerakan Menaklukan Dunia).</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Orang-orang Yahudi di Eropa ditindas, mereka mendapatkan perlakuan yang diskriminatif, maraknya Anti-Semitism (baca: Anti-Jews) yang dikampanyekan pertama kali oleh Wilhelm Marr. Melihat kondisi ini, <span style="mso-spacerun: yes"> </span>kalangan Yahudi waktu itu terbelah menjadi dua. Satu pihak berpikiran<span style="mso-spacerun: yes">  </span>bahwa Asimilasi dengan masyarakat Kristen Eropa-Amerika adalah cara yang tepat untuk mengatasi problem itu. Pihak lain mengatakan, masalah Yahudi hanya terselesaikan dengan mendirikan sebuah Negara khusus untuk kaum Yahudi. (Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat)</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Harun Yahya menyatakan bahwa Zionisme muncul pada abad ke-19. Dua hal yang menjadi ciri menonjol Eropa abad ke-19, yakni rasisme dan kolonialisme, telah pula berpengaruh pada Zionisme. Ciri utama lain dari Zionisme adalah bahwa Zionisme adalah ideologi yang jauh dari agama. Orang-orang Yahudi, yang merupakan para mentor ideologis utama dari Zionisme, memiliki keimanan yang lemah terhadap agama mereka. Bahkan, kebanyakan dari mereka adalah ateis. Mereka menganggap agama Yahudi bukan sebagai sebuah agama, tapi sebagai nama suatu ras. Mereka meyakini bahwa masyarakat Yahudi mewakili suatu ras tersendiri dan terpisah dari bangsa-bangsa Eropa. Dan, karenanya, mustahil bagi orang Yahudi untuk hidup bersama mereka, sehingga bangsa Yahudi memerlukan tanah air tersendiri bagi mereka. (</span><a href="http://id.harunyahya.com/"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: windowtext; font-size: 12pt; text-decoration: none; mso-bidi-font-family: arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; text-underline: none">http://id.harunyahya.com</span></a><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">, diakses 12/05/2014)</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Gagasan tentang gerakan Zionisme, yaitu suatu gerakan politik untuk mendirikan sebuah negara Yahudi di Palestina, mulai memperlihatkan konsepnya yang jelas dalam buku ‘Der Judenstaat’ (1896) yang ditulis oleh seorang tokoh Yahudi, yang kemudian dipandang sebagai Bapak Zionisme, Theodore Herzl (1860-1904). Ia salah seorang tokoh besar Yahudi dan Bapak Pendiri Zionisme modern, barangkali eksponen (yang menerangkan/menguraikan-red.) filosof tentang eksistensi bangsa Yahudi yang memiliki pandangan paling jauh ke depan yang dimiliki generasi Yahudi di sepanjang sejarah mereka. Ia tidak pernah ragu akan adanya “bangsa Yahudi”. Ia menyatakan tentang eksistensi itu pada setiap kesempatan yang ada. Katanya’ “Kami adalah suatu bangsa – Satu Bangsa”. (ZA Maulani, Zionisme: Sebuah Gerakan Menaklukan Dunia).</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Hubungan Yahudi dan Zionisme</span></b></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Meski Zionisme adalah gerakan politik yang digagas oleh orang-orang Yahudi untuk memberikan solusi terhadap problem mereka, namun ini tidak berarti disimpulkan bahwa semua Yahudi akan mendukung Zionisme, walaupun beberapa ide Zionisme diambil diambil dari kitab suci Yahudi.</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Adian Husaini menyebutkan beberapa respon keagamaan di kalangan Yahudi terhadap Zionisme dan ide Negara Israel. <b style="mso-bidi-font-weight: normal"><i style="mso-bidi-font-style: normal">Pertama, </i></b>kelompok penentang keras Zionisme. Kelompok <i style="mso-bidi-font-style: normal">Haradem </i>misalnya, mereka memandang bahwa tahah Israel memang dijanjikan oleh tuhan untuk mereka. Namun, tanah ini dicabut dari mereka disebabkan ketidakpercayaan yahudi sendiri terhadap perjanjian dengan Tuhan. Mereka berasumsi, jika Yahudi menaati Taurat, maka Tuhan akan mengembalikan tanah itu kepada Yahudi. Usaha apapun yang mempercepat penempatan Yahudi di “tanah yang dijanjikan” mereka anggapa sebagai bentuk ketidaksabaran atas janji Tuhan.</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Kelompok <i style="mso-bidi-font-style: normal">Naturei Kartei </i>(Inggris: <i style="mso-bidi-font-style: normal">Guardian of the City </i>pun kelompok yang anti-Zionisme, ultra-Ortodoks, yang tidak mengakui Negara Israel dan konsisten menentang Negara Yahudi ini. Mereka menganggap Israel sebagai “Zionisme tak bertuhan” (<i style="mso-bidi-font-style: normal">Goodless Zionism). </i>Mereka juga mendukung perjuangan palestinan dan menyerukan Internasionalisasi Jerussalem.</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><i style="mso-bidi-font-style: normal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Kedua, </span></i></b><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">kutub agama yang yang mensupport penuh Zionisme. Diantaranya kelompok <i style="mso-bidi-font-style: normal">Gush Emunim </i>(<i style="mso-bidi-font-style: normal">Block of the Faithfull</i>). Kelompok ini memberikan biaya kepada para pemukim Yahudi di Tepi Barat, setelah kemenangan Israel dalam perang 1967. Mereka menyatakan mereka kembali ke area tertentu untuk mempromosikan kehidupan Yahudi, yang menurut mereka akan akan mempercepat kedatangan Sang Messiah.</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Selain dua kelompok diatas, ada kelompok <b style="mso-bidi-font-weight: normal"><i style="mso-bidi-font-style: normal">Ketiga, </i></b>yaitu kelompok-kelompok Yahudi yang memberikan dukungan kepada negara Israel, tetapi tidak melihatnya dari sudut pandang keagamaan. Negara Israel menurut mereka bukanlah tanda akan datangnya Sang Messiah. Namun demikian, mereka sangat keras dalam mendukung Negara Israel. Salah satu tokoh dari “Mainstream religious Zionists”, Rabbi Meimon (1875-1962) menyatakan, “Negara Ibrani harus didirikan dan dijalankan sesuai prinsip Agama Ibrani, yakni Torah Israel. Keyakinan kita sudah jelas: sejauh yang kita, penduduk, memahaminya, agama dan Negara saling membutuhkan satu sama lain.” (Adian Husaini, <i style="mso-bidi-font-style: normal">Wajah Peradaban Barat</i>).</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Peran Zionisme dalam Keruntuhan Khilafah</span></b></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Daulah Ustmaniy sudah lemah pada akhir adab 19. Menurut Syaikh Taqiyyuddin An Nabhani (1953), pendiri Hizbut Tahrir, dalam kitabnya Ad Daulah Al Islamiyah, kelemahan ini nampak dalam dua hal, yaitu: Pertama, kelemahan umat dalam pemahaman (<i style="mso-bidi-font-style: normal">al fahm</i>) terhadap Islam, dan kedua, kelemahan dalam penerapan (<i style="mso-bidi-font-style: normal">at tathbiq</i>) Islam. </span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Meski demikian, Zionisme yang bercita-cita membangun Negara Yahudi di atas tanah yang dijanjikan, Jerussalem, tentu tidak mungkin bisa mewujudkan mimpinya kecuali atas ijin atau merampasnya dari Khalifah Ustmaniy waktu itu. Karena tanah yang mereka maksud adalah tanah Palestina yang notabene merupakan tahan dalam kekuasaan Islam. Padahal sebelum Zionisme ada, perlindungan yang telah diberikan oleh Khilafah Ustmaniy kepada orang-orang Yahudi yang diusir dan dibantai oleh kaum Kristen Eropa.</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Maka pasca menerbitkan bukunya, <i style="mso-bidi-font-style: normal">Der Judenstaat, </i>Herzl mengunjungi Istambul dan mempresentasikan rencananya untuk membentuk dengan Negara Yahudi di atas tanah Palestina. Bahkan dia menawarkan bantuan finansial untuk melunasi hutang-hutang khilafah Ustmaniy. Tidak hanya itu, Herzl juga meminta bantuan kepada Kaisar Austria Wilhelm II yang dikenal dekat dengan Khalifah, agar merekomendasikan rencana itu untuk disetujui Sultan Abdul Hamid II. </span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Melalui Newslinsky yang merupakan wartawan dan teman dekat Herzl, Sultan menyampaikan penolakannya secara tegas. Beliau mengatakan, <i style="mso-bidi-font-style: normal">“Saya tidak bias menjual bahkan selangkah dari tanah itu, karena ia bukan milikku tapi milik rakyatku. Rakyatku telah mendirikan kesultanan ini lewat perjuangan dengan darah mereka dan menyuburkan tanah ini dengan darah mereka. Kami juga akan menyelimutinya dengan darah kami sebelum kami membiarkannya dirampas… Kesultanan Turki bukan milikku tapi milik rakyat. Saya tak bias membiarkan bagian manapun daripadanya hilang begitu saja. Orang-orang Yahudi bisa memiliki miliaran uang. Di saat kesultananku terpecah belah, taka da lagi gunanya mereka mendapatkan Palestina.</i>” (Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat).</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Dalam versi lain, Sultan Abdul Hamid II mengatakan kepada Herzl:</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">“Sesungguhnya andai kata tubuhku disayat-sayat dengan pisau atau salah satu anggota badanku dipotong maka itu lebih aku sukai dari pada aku perkenankan kalian tinggal di bumi Palestina yang merupakan negara kaum muslimin. Sesungguhnya bumi Palestina telah direbut dengan pengorbanan darah. Dan sekali-kali bumi itu tidak akan dirampas dari mereka melainkan dengan pertumpahan darah. Dan sungguh Allah telah memuliakanku sehingga dapat berkhidmat kepada agama Islam selama tiga puluh tahun. Dan aku tidak akan mencoreng sejarah para leluhurku dengan aib ini”. </span></i><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">(Abdullah Azzam, <i style="mso-bidi-font-style: normal">Runtuhnya Khilafah dan Jalan Menegakannya)</i></span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Setelah penolakan itu, maka zionisme berusaha menumbangkan sultan. Dengan menggunakan jargon-jargon ”<i>Liberation</i>”, “<i>Freedom</i>”, dan sebagainya. <i>Ghazwu Al Tsaqafiy</i> (perang budaya) yang sebenarnya sudah jauh hari sebelumnya sudah digulirkan dari dalam Negara oleh musuh-musuh islam semakin meningkat tekanannya. Akhirnya gerakan Zionis di Turki Ustmaniy mencapai sukses yang sangat signifikan, menyusul pencopotan Sultan pada April 1909. Di antara empat perwakilan yang menyerahkan surat pencopotan itu adalah Emmanuel Carasso (Yahudi) dan Aram (Armenia). </span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Bahkan sejak 1908 praktis penguasa Turki sebenarnya adalah CUP (<i>Committee and Union Progress</i>) –organisasi bentukan <i style="mso-bidi-font-style: normal">Young Turk Movement</i>(Gerakan Turki Muda), gerakan yang berjuang mengakhiri apa yang mereka sebut <i style="mso-bidi-font-style: normal">Abdul Hamid’s Despotism</i> dan mendirikan rezim konstitusional dengan tujuan menyelamatkan Imperium Ustmaniy dari keruntuhan. Mereka lah pendiri Turki Modern, bahkan tida presiden pertama Turki adalah anggota CUP. Jajaran petinggi CUP sendiri di antaranya ditempati oleh Emmanuel Carasso dan Moise Cohen Tekinalp, yang merupakan tokoh Yahudi. Orang Yahudi pun banyak yang menjadi anggota parlemen Turki melalui CUP antara tahun 1908 – 1918. (Adian Husaini,<i style="mso-bidi-font-style: normal"> Wajah Peradaban Barat</i>)</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Penutup: Islam, Yahudi, dan Zionisme</span></b></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Sungguh, sejarah panjang Yahudi dan Zionisme telah memperlihatkan bagaimana kita seharusnya memperlakukan mereka kelak ketika Khilafah yang kedua tegak kembali, <i>Insya Allah.</i> Bahwa, sebagai Negara berideologi Islam, yang hanya menjadikan Islam dan Syariahnya sebagai aturan, maka zionisme tidak boleh dibiarkan ada dalam wilayah Khilafah. Negara Yahudi, ide Zionisme dan para pengusungnya harus ditiadakan, sebagaimana juga perlakuan Islam kepada ideology Kapitalisme dan Sosialisme, serta ide-ide kufur lainnya. </span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Adapun untuk Yahudi sebagai agama, maka kita memperlakukan mereka sebagaimana rasul memperlakukan orang Yahudi di Madinah. Harta dan Nyawa mereka harus dijaga selama mereka mau tunduk sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal">Ahlu Dzimmah</i> kepada Daulah Islam. Namun jika melakukan pengkhianatan, maka dengan tanpa rasa segan, mereka harus diusir dari wilayah Khilafah. Bahkan pada kondisi tertentu, mereka harus dibunuh, kecuali wanita dan anak-anak. Sudah menjadi tabiat Yahudi untuk menyesatkan ummat islam, baik langsung ataupun tidak.</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” </span></i><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">(QS. Al Baqarah: 120)</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style: normal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-bidi-font-weight: bold">Shadaqa Allah al ‘Adziim</span></i><b><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">, </span></b><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-bidi-font-weight: bold">Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. <i>Allahu ta'ala a'lam</i>.[selesai]</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-bidi-font-weight: bold">Kritik dan Saran: 0856-5113-0608</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-bidi-font-weight: bold">Email: tohir1924@yahoo.co.id</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-bidi-font-weight: bold">WA: 0896-1198-8349</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-bidi-font-weight: bold">Pin BBM: 5168A4AB</span></div> </div> Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4549442731550378831.post-72060784424151006612014-05-15T00:46:00.001-07:002015-01-05T20:58:34.673-08:00Mengenal Yahudi dan Zionisme, Serta Perannya dalam Meruntuhkan Khilafah [Bagian 1]<div style="text-align: left" dir="ltr" trbidi="on"><span style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Oleh</span></span><b><span style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt"></span></span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Muhammad Tohir</span></b> <br /> <div style="text-align: center" class="MsoNormal" align="center"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Pengantar</span></b></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; background: white; color: #333333; font-size: 12pt">Keruntuhan Khilafah Islamiyah pada tahun 1342 H (1924 M) tidak hanya menjadi musibah terbesar bagi umat Islam. peristiwa itu juga menyebabkan perubahan besar pada tata politik internasional.  Sejak saat itu, kaum Muslim praktis tidak lagi memiliki pengaruh pada relasi politik internasional.   Bahkan  pada level tertentu, umat Islam hanya menjadi obyek permainan dan persekongkolan busuk negara-negara imperialis Barat. Harta mereka dijarah. Kehormatan mereka dilecehkan. Darah mereka ditumpahkan oleh musuh-musuh Islam dan kaum Muslim tanpa ada perlawanan berarti. </span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; background: white; color: #333333; font-size: 12pt">Diantara sekian banyak problem yang dihadapi kaum muslimin hingga saat ini adalah persoalan Palestina dan Israel. Sebagaimana telah diketahui, Israel adalah <i style="mso-bidi-font-style: normal">Der Judenstaat </i>(<i style="mso-bidi-font-style: normal">Jewish State</i>, Negara Yahudi), yang terbentuk atas “perjuangan” orang-orang Yahudi dalam organisasi Zionisme. Namun pertanyaannya, apa sebenarnya Zionisme itu? Benarkah Zionisme merupakan ajaran dalam agama Yahudi? Bagaimana Islam menyikapi Yahudi dan Zionisme? Semoga makalah ini bias menjawabnya!</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; background: white; color: #333333; font-size: 12pt">Yahudi dan Sejarahnya</span></b></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <div style="text-align: center; clear: both" class="separator"><a style="margin-bottom: 1em; float: left; clear: left; margin-right: 1em" href="http://tetapdimatadunia.files.wordpress.com/2014/01/20.jpg" imageanchor="1"><img border="0" src="http://tetapdimatadunia.files.wordpress.com/2014/01/20.jpg" width="320" height="237" /></a></div> <span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; background: white; color: #333333; font-size: 12pt">Yahudi, -juga kristen dan Islam—<span style="mso-spacerun: yes">  </span>biasa disebut agama-agama Ibrahimi (<i style="mso-bidi-font-style: normal">Abrahamic Religions</i>), karena pokok-pokok ajarannya bernenek moyang kepada ajaran nabi Ibrahim (sekitar abad 18 SM), yaitu agama yang menekankan keselamatan melalui iman, menekankan keterkaitan atau konsekuensi langsung antara iman dan perbuatan nyata manusia. (<i style="mso-bidi-font-style: normal">Wikipedia</i>, diakses 11/05/2014)</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; background: white; color: #333333; font-size: 12pt">Nabi Ibrahim mendapatkan putra Isma’il As dari isteri keduanya Hajar, yang kemudian dibawa oleh Ibrahim ke Mekah. Sementara dari Sarah –isteri pertama—, Ibrahim mendapatkan Ishaq pada usianya yang menginjak 100 tahun setelah 14 tahun kelahiran Ismail. Kemudian Ishaq menikah dengan Rifqo binti Batwail di usia 40 tahun dan Ibrahim pada saat itu masih hidup. Dari Batwail ini, beliau mendapatkan anak kembar yang bernama ‘Aishu dan Ya’qub.</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; background: white; color: #333333; font-size: 12pt">Allah memberikan kepada Ya’qub 12 orang anak, yaitu: Ruwaibil, Syam’un, Luwa, Yahudza, Isakhar, Zailun, Yusuf, Benyamin, Dan, Naftli, Had dan Asyir. (<i style="mso-bidi-font-style: normal">Eramuslim</i>, diakses 12/05/2014). Dari garis keturunan Yahuda (Yahudza) bin Ya`qub inilah Yahudi itu dinisbatkan, dari garis ini pula lahir Dawud as. dan Sulaiman as. yang merupakan simbol</span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt"> kebesaran bangsa Yahudi sepanjang masa. (Asep Sobari, <i style="mso-bidi-font-style: normal">Sejarah Yahudi di Madinah</i>). </span></div> <div style="text-align: justify; text-indent: -0.25in; mso-list: l0 level1 lfo1" class="MsoListParagraph"><span style="line-height: 115%; font-family: symbol; font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: symbol; mso-fareast-font-family: symbol"><span style="mso-list: ignore">·<span style="font: 7pt "Times New Roman"">         </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt"> </span></div> <br /> <ul style="text-align: left"> <li><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Yahudi dan Bani Isra’il</span></li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Isra’il adalah nama lain dari Nabi Ya’qub bin Ishaq As. Keturunan beliau inilah cikal bakal bangsa yang sering diceritakan dalam Al Qur’an, Bani Isra’il. Antara Bani Isra’il dan Yahudi itu sangat berbeda. Bani Israil itu bangsa keturunan Ya’qub, sedangkan Yahudi adalah agama. Yahudi ada setelah diutusnya Nabi Musa As, sedangkan Bani Ya’qub As ada sejak masa sebelumnya. Bani Israil adalah bangsa yang banyak diutus Nabi dan Rasul kepada mereka. Hadits nabi mengatakan:</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><i><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">“Dahulu Bani Israil diurus oleh para Nabi. Ketika seorang Nabi telah wafat, maka digantikan oleh Nabi yang lain. Bahwa, tidak akan ada seorang Nabi pun setelahku, dan akan ada para khalifah. Jumlah mereka pun banyak.”</span></i><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt"> (HR Bukhari)</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Selain itu, nama Bani Israil digunakan hanya sampai diutusnya Nabi Muhammad. Al-Quran menyebut Yahudi kepada Bani Israil setelah diutusnya Nabi Muhammad dan setelah mereka kufur dan mengingkari kenabian beliau. Nama Yahudi disebutkan dalam ayat-ayat madani (yang turun setelah hijrah ke Madinah), diantaranya di surat Ali Imran ayat 67-68, Surah Al-Baqarah ayat 146, <span style="mso-spacerun: yes"> </span>dan di Surah At Taubah ayat 30, dan semuanya dengan konteks celaan atas mereka dan bukan pujian. (</span><a href="http://www.islampos.com/"><span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none">http://www.islampos.com</span></a><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">, diakses 12/05/2014)</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Beralihnya peristilahan Al-Quran dari Bani Israil kepada Yahudi ini memberikan kesimpulan bahwa kita harus membedakan antara Yahudi dan Bani Israel. Meski mereka mungkin masih ada keturunan Nabi Israil, namun mereka bukan pewarisnya karena mereka tidak mengikuti agama beliau.</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><i><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">“Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri.”</span></i><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-bidi-font-style: italic"> (QS. Ali Imran: 84)</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Menurut Ibn Hajar al-Asqalani (w.852H), diriwayatkan dari Ibn Zhafr, bahwa ayat 84 turun berkaitan dengan yahudi dan nashrani yang mengaku beriman. Berdasar ayat 84 yang termasuk beriman adalah yang benar-benar mengimani Allah dan kitabnya secara keseluruhan, seluruh rasul yang diutus tanpa membedakan satu sama lain. (<i>Al-Asqalani, al-’Ijab Fi Bayan al-Asbab</i>, II h.707). (</span><a href="http://saifuddinasm.com/"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: windowtext; font-size: 12pt; text-decoration: none; text-underline: none">http://saifuddinasm.com</span></a><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">, diakses 12/05/2014)</span></div> <br /> <ul style="text-align: left"> <li><span style="line-height: 115%; font-family: symbol; font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: symbol; mso-fareast-font-family: symbol"><span style="mso-list: ignore">·<span style="font: 7pt "Times New Roman"">         </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Yahudi di Masa Rasulullah SAW</span></li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Hubungan dakwah Rasulullah saw. dengan Yahudi Madinah terjalin sejak dini. Riwayat. Bukhari dan Ibn Ishaq mengisyaratkan kedatangan Abdullah bin Salam, seorang ulama Yahudi Bani Qainuqa`, dan keputusannya memeluk Islam terjadi hanya beberapa saat setelah beliau menetap di Madinah. Peristiwa ini pula yang memicu undangan Rasulullah saw. kepada masyarakat Yahudi untuk mengajak mereka memeluk Islam dan menjadikan Abdullah bin Salam sebagai bukti pembenarannya. (al Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah)</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Pasca nabi Hijrah ke Madinah, dan menerima kekuasaan dari dua suka paling dominan –Aus dan Khazraj—, maka Negara harus mengatur hubungan kaum muslimin dan selain mereka. Hal ini dikarenakan latar belakang masyarakat Madinah yang sangat majemuk, terdiri dari beberapa etnik Arab dan Yahudi mendesak adanya peraturan umum yang mengatur kehidupan bersama dengan baik. Disinilah letak pentingnya Piagam Madinah yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW berdasarkan kaedah dan prinsip Islam. Hal ini juga membuktikan, ajaran Islam dapat mengatur kepentingan bersama masyarakat muslim dan non muslim, tanpa harus menghilangkan karakter khas masingmasing,terutama agama.</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Al Mubarakhfuri merangkum beberapa bagian pasal Piagam Madinah yang mengatur hubungan masyarakat Muslim dengan Yahudi seperti berikut:</span></div> <br /> <ol style="text-align: justify"> <li><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Yahudi Bani `Auf merupakan satu komunitas bersama masyarakat Mu’min. <span style="mso-spacerun: yes"> </span>Orang-orang Yahudi berhak menjalankan agama mereka dan orangorang muslim berhak menjalankan agama mereka…begitu juga klanklan Yahudi lainnya diluar Bani `Auf.</span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman'"><span style="mso-list: ignore"><span style="font: 7pt "Times New Roman""> </span></span></span></li> <li><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman'"><span style="mso-list: ignore"><span style="font: 7pt "Times New Roman""></span></span></span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Masyarakat Yahudi harus menanggung biaya hidupnya sendiri dan orangorang muslim juga harus menanggung biaya hidupnya sendiri.</span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman'"><span style="mso-list: ignore"><span style="font: 7pt "Times New Roman""> </span></span></span></li> <li><span dir="ltr"></span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Masyarakat Yahudi dan Muslim harus saling bahu membahu melawan musuh yang menyerang pihak yang menandatangani Piagam ini.</span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman'"><span style="mso-list: ignore"><span style="font: 7pt "Times New Roman""> </span></span></span></li> <li><span dir="ltr"></span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Mereka juga harus saling memberi saran dan nasihat dalam kebaikan, tapi tidak demikian dalam kejahatan.</span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman'"><span style="mso-list: ignore"><span style="font: 7pt "Times New Roman""> </span></span></span></li> <li><span dir="ltr"></span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Siapa pun yang dizalami maka wajib ditolong.</span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman'"><span style="mso-list: ignore"><span style="font: 7pt "Times New Roman""> </span></span></span></li> <li><span dir="ltr"></span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Masyarakat Yahudi dan Mu’min harus bersatu padu ketika diserang musuh.</span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman'"><span style="mso-list: ignore"><span style="font: 7pt "Times New Roman""> </span></span></span></li> <li><span dir="ltr"></span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Jika terjadi perselisihan atau pertikaian antara pihakpihak yang menyepakati Piagam ini, sehingga khawatir akan merusak hubungan, maka keputusannya harus dikembalikan kepada hukum Allah `azza wa jalla dan Muhammad, utusan Allah saw.</span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman'"><span style="mso-list: ignore"><span style="font: 7pt "Times New Roman""> </span></span></span></li> <li><span dir="ltr"></span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Siapa pun tidak boleh memberi suaka (perlindungan) kepada Quraisy dan Pendukungnya. (Al Mubarakhfuri)</span></li> </ol> <br /> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Sayangnya, Orang-orang Yahudi di Madinah malah berkhianat, bahkan berusaha membunuh Nabi Muhammad SAW. Pengkhianatan pertama Yahudi dilakukan oleh Klan Qainuqa’. Pada mulanya mereka hanya melakukan perlawan verbal, maka nabi hanya melihatnya sebagai indicator pengkhiatan, namun setelah terjadi kasus pelecehan wanita muslim di pasar Bani Qainuqa` yang disusul dengan pembunuhan lelaki muslim yang membelanya, Rasulullah saw. mengepung Bani Qainuqa` lalu mengusir mereka dari Madinah.</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Kemudian pengkhianatan dilakukan oleh Bani Nadhir, klan yang paling kuat saat itu. Diawali dengan memberi perlindungan kepada Abu Sufyan saat melakukan oprasi militer (Perang Sawiq) ke Madinah.<span style="mso-spacerun: yes">  </span>Pelanggaran terhadap salah satu pasal Piagam Madinah tersebut disusul dengan pelanggaran lain. Bani Nadhir tidak bersedia menanggung biaya diyat (denda pembunuhan) yang seharusnya dipikul bersama. Bahkan lebih jauh lagi, mereka menyusun rencana pembunuhan Nabi saw. Rencana busuk itupun terbongkar, sehingga Rasulullah saw. segera mengumumkan</span><span style="line-height: 115%; font-family: timesnewromanpsmt-identity-h; font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: timesnewromanpsmt-identity-h"></span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">ultimatum pengusiran Bani Nadhir dari Madinah. Akhirnya mereka meninggalkan Madinah setelah dikepung selama 15 hari.</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Bani Quraizhah dalam perang Ahzab. Mereka menjadi pendukung logistic bagi kafir Quraisy, dan menggerogoti Madinah dari dalam. Akhirnya setelah berhasil keluar sebagai pemenang dalam perang Ahzab, Rasulullah saw. menghukum Bani Quraizhah sebagai pengkhianat perang, semua laki-laki yang terlibat perang dipancung, anak-anak dan wanita ditawan, dan harta benda mereka dirampas</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Tersisa satu kekuatan Yahudi, yakni Kampung Khaibar. Maka, setelah nabi melakukan gencatan senjata dengan kafir Quraisy dalam perjanjian Hudaibiyah, maka Rasulullah saw. langsung melancarkan serangan<span style="mso-spacerun: yes">  </span>besar-besaran ke Khaibar dan menang. Masyarakat Yahudi Khaibar yang kebanyakannya petani tidak diusir dari daerah tersebut, melainkan diizinkan tinggal untuk mengelola kebun-kebun Khaibar dan berbagi hasil dengan para pemilik barunya, kaum muslimin. (Asep Sobari, <i style="mso-bidi-font-style: normal">Jejak Yahudi di Madinah</i>).</span></div> <br /> <ul style="text-align: left"> <li><span style="line-height: 115%; font-family: symbol; font-size: 12pt; mso-bidi-font-family: symbol; mso-fareast-font-family: symbol"><span style="mso-list: ignore">·<span style="font: 7pt "Times New Roman"">         </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Yahudi di Barat pada Masa Pertengahan</span></li> </ul> <br /> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Sejak lama di berbagai negara Eropa, bangsa Yahudi mengalami diskriminasi. Penolakan mereka untuk beralih menjadi Kristen menyebabkan mereka dipencilkan dan tidak diterima sebagai warganegara. Mereka dipandang sebagai bangsa ingkar yang sudah dibuang Tuhan, dan dicerca sebagai pembunuh Yesus. Penolakan mereka untuk memuliakan raja menyebabkan patriotisme mereka diragukan. Sedangkan Eropa, hampir separuhnya menganut sistem monarki. Tidak heran kalau mereka dilarang memiliki tanah dan banyak pekerjaan tertutup bagi mereka.</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Di abad pertengahan, orang Yahudi hanya boleh tinggal di bagian-bagian khusus kota yang disebut ghetto, perkampungan yang dikelilingi tembok dan gerbangnya dikunci pada malam hari. Penghuni ghetto dilarang keluar pada hari-hari tertentu, misalnya pada hari wafat Isa Almasih.</span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Kebencian yang tertanam ini sewaktu-waktu meledak menjadi kerusuhan luas berupa penjarahan dan pembantaian. Pada masa Perang Salib pertama tahun 1096, bangsa Yahudi mengalami pembantaian besar-besaran di Lembah Rhein. Pada akhir abad ke-13 orang Yahudi diusir secara besar-besaran dari Inggris,dan pada akhir abad ke-14 dari Prancis. Tahun 1492 pengusiran terbesar terjadi di Spanyol. Kepada orang Yahudi diberi dua pilihan, beralih memeluk agama Kristen atau angkat kaki. Hampir 150 ribu orang meninggalkan Spanyol, pindah ke negara-negara Islam di sekitar Laut Tengah. Yang tinggal mengalami penindasan karena ternyata hanya berpura-pura memeluk agama Kristen. Banyak diantara mereka yang dihukum bakar. </span></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"> <br /></div> <div style="text-align: justify" class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt">Rentetan sejarah penindasan bahkan genosida terhadap Yahudi eropa ini konon menyebabkan jutaan orang Yahudi meregang nyawa, terutama saat Hitler dan Nazi berkuasa di beberapa wilayah pendudukan. Pembunuhan massal, secara sistemik dilakukan kepada orang Yahudi di kamp-kamp konsentrasi dan kerja paksa. Sejarah ini dikenal dengan istilah <i style="mso-bidi-font-style: normal">Holacoust </i>(<i style="mso-bidi-font-style: normal">Genocide; </i>pemusnahan suatu kelompok bangsa secara teratur). Bahkan Stephane Downing memperkirakan jumlah kematian orang Yahudi dalam rentetan peristiwa Holacoust mencapai 6 juta orang. (Stephane Downing, <i style="mso-bidi-font-style: normal">Holacoust: Fakta atau Fiksi?</i>). Tentu saja, bukan berarti data-data pembunuhan seputar <i style="mso-bidi-font-style: normal">Holacoust</i> yang diungkap ini tanpa perdebatan. [<a href="http://at-tohir.blogspot.com/2014/05/mengenal-yahudi-dan-zionisme-serta_15.html" target="_blank">baca bagian kedua di sini</a>]</span></div> </div> Muhammad Tohirhttp://www.blogger.com/profile/13455065681711011653noreply@blogger.com0