31 Maret 2019

Keutamaan Istiqamah Dalam Takwa dan Ibadah

Istiqomah berasal dari bahasa arab “istaqama-yastaqimu-istiqamatan” yang berarti lurus, tegak, atau konsisten. Istiqomah merupakan salah satu petunjuk dari Allah SWT.

عن سفيان بن عبد الله رضي الله عنه قال: قلت: يارسول الله! قل لي في الاسلام قولا, لا أسأل عنه أحدا غيرك؟. قال: “قل آمنت بالله ثم استقم”

Dari Sufyan bin Abdullah radhiyallaahu’anhu, ia berkata: aku berkata wahai Rasulullah ! Katakanlah padaku tentang islam dengan sebuah perkataan yang mana saya tidak akan menanyakannya kepada seorangpun selainmu. Nabi menjawab: “katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah”. (HR Muslim)

Beberapa Fadhilah Orang yang Istiqamah

1. Orang-orang yang beriman yang senantiasa beramal shalih kemudian ia istiqomah insya Allah ia akan berhasil dengan kemenangan yang besar.

يَٰأيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواٱتَّقُوا ٱللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَٰلَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab [33] : 71)

2. Rizki barokah dan tercukupi

وَأَلَّوِ ٱسْتَقَٰمُوا عَلَى ٱلطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَٰهُم مَّاءً غَدَقًا

“Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).“ (QS. Al-Jin [72] : 16)

3. Diberi kemudahan dalam sakaratul maut.

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. Fushshilat [41] : 30)

Ayat ini berkaitan dengan sakaratul maut menurut Ibnu Katsir.

4. Ketika masuk alam kubur dan akan dibangkitkan dan dia dijamin masuk surga.

نَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَأَخْبَتُوا إِلَىٰ رَبِّهِمْ أُولَٰئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Hud [11] : 23)

5. Kekal di Surga

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ. أُولَٰئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ خَٰلِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Sesungguhnya orang orang yang tetap istiqomah tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan” (QS Al Ahqaf : 13,14)

6. Pahala Investasi

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

Jika seseorang melakukan safar, maka dia akan dicatat melakukan amalan sebagaimana amalan rutin yang dia lakukan ketika mukim tidak bepergian) dan dalam keadaan sehat”. (HR Bukhari no 2996).

7. Amal yang paling dicintai Allah

Dalam sebuah hadist digambarkan :

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Berbuat sesuatu yang tepat dan benarlah kalian dan amal yang paling dicintai Allah adalah amalan yang terus menerus meskipun sedikit”. (HR Bukhari).

Hadist tersebut menunjukkan bahwa amalan yang kontinu atau terus-menerus ternyata lebih dicintai oleh Allah meskipun amalan itu sedikit. Artinya dalam beribadah bukan hanya sekedar banyaknya saja yang harus kita unggulkan, melainkan lebih baik kita menjaga kerutinannya. [Muhammad Tohir]

Wallahu A’lam


Kiat Agar Kita Selalu Istiqamah

Ketaatan kepada Allah kadang tak mudah. Satu saat kita begitu semangat beribadah, saat lain kita kurang semangat. Lalu, bagaimana agar kita tetap isiqamah dan meraih keutamaan istiqamah? Berikut kiat-kiat yang bisa dicoba.

1. Ikhlas dalam beramal. Berharap pada Allah, pasti Allah beri. berharap manusia pasti kecewa.

2. Lakukan secara bertahap, mulai dengan yang sedikit lebih dulu (wajib). Baru kemudian secara perlahan tambah dengan yang sunnah.

3. Banyak beristighfar. Kerena dosa dapat membuat kita malas beribadah.

وَمَا أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy-Syura:30)

4. Selalu ingat akan kematian yang dapat datang kapan saja. Maut tak menunggu diri kita siap bertemu dengan-Nya. Tentu kita tak mau mati saat kita sedang jauh dari Allah bukan?

5. Bersama jemaah. Ingat, serigala itu gak berani menyerang domba yang bergerombol. Coba Domba Yang Tersesat

6. Ingat, ketaatan dan keistiqamahan kita cuma kelelahan didunia. Sedangakan dunia itu sebentar saja. Jangan sampai, karena enggan lelah di dunia malah kita lelah di akhirat yang kekal.

Kita beruntung karena Allah sudah mengabarkan bahwa masuk surga itu tak mudah. Untuk memasukinya ada syarat yang tak ringan. Kita harus punya dua ‘kunci’ pembukanya yaitu jihad dan sabar.

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا مِنكُمْ وَيَعْلَمَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar” (QS Ali-‘Imraan [3]: 142).

Jika sudah demikian maka kelak di surga kita akan memetik hasilnya, berupa nikmat surga.

لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ

“Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan darinya” (QS Al-Hijr [15]: 48).

ٱلَّذِى أَحَلَّنَا دَارَ ٱلْمُقَامَةِ مِن فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ

“Di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu” (QS Faathir [35]: 35).

7. Selalu berdoa kepada Allah agar diberi keistiqamahan.

Istiqomah ialah kewajiban setiap mukmin yang mencakup segala bentuk ketaatan pada Allah lahir dan batin serta meninggalkan segala yang dilarang Nya sepanjang waktu, seperti dalam firman Nya berikut :

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَىَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ فَٱسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَٱسْتَغْفِرُوهُ ۗ وَوَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya,” (QS Fushilat : 6)

يا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

“Wahai Sang Pembolak-balik hati, teguhkan hatiku di atas agama-Mu.”

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". (QS. Ali Imran: 8)

Wallahu a’lam

08 Oktober 2018

Tafsir An Nahl Ayat 18 Menurut Ibnu Katsir

Dalam surat An Nahl ayat 18, Allah SWT berfirman:

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوها إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

"Jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah niscaya kalian tidak akan mampu melakukannya, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"

 أَيْ يَتَجَاوَزُ عَنْكُمْ، وَلَوْ طَالَبَكُمْ بِشُكْرِ جَمِيعِ نِعَمِهِ لَعَجَزْتُمْ عَنِ الْقِيَامِ بِذَلِكَ، وَلَوْ أَمَرَكُمْ بِهِ لَضَعُفْتُمْ وَتَرَكْتُمْ، وَلَوْ عَذَّبَكُمْ لَعَذَّبَكُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَكُمْ، وَلَكِنَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ، يَغْفِرُ الْكَثِيرَ وَيُجَازِي عَلَى الْيَسِيرِ، وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ «1» : يَقُولُ إن الله لغفور لِمَا كَانَ مِنْكُمْ مِنْ تَقْصِيرٍ فِي شُكْرِ بَعْضِ ذَلِكَ إِذَا تُبْتُمْ وَأَنَبْتُمْ إِلَى طَاعَتِهِ واتباع مرضاته، رحيم بكم لا يعذبكم بعد الإنابة والتوبة.

“Allah mengampuni kalian. Kalau lah Allah meminta kalian untuk mensyukuri segala nikmat darinya niscaya kalian akan gagal untuk melakukannya. Kalau Allah memerintahkan untuk mensyukuri segala nikmat-Nya niscaya kalian akan dibuat lelah karenanya dan akhirnya kalian berhenti melakukannya, kalau Allah ingin mengadzab kalian pastilah kalian sudah ditimpa adzab, dan Allah tidak lah berlaku Dzalim kepada kalian, Akan tetapi Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Ia mengampuni yang banyak (dosa), dan membalas yang sedikit (kebaikan). Berkata Ibnu Jarir Ath-Thabari, ‘Sesungguhnya Allah pasti mengampuni segala yang ada pada diri kalian, yakni kelalaian kalian dalam bersyukur atas nikmat Allah jika kalian bertaubat dan kembali untuk taat kepadanya dan mencari ridho-Nya. Semoga rahmat Allah untuk kalian, Allah tidak akan mengadzab kalian setelah penyesalan dan taubat kalian’,”. (Maktabah Syamilah v.3)

18 Februari 2017

Jika Pengemban Dakwah Diledek

Saya sebagai salah satu orang yang tergabung dalam Partai Politik Internasional Hizbut Tahrir aka HTI di Indonesia pernah diledek. Gak cuma saya, teman-teman juga mungkin pernah. Bukan hanya syabab Hizbut Tahrir, siapapun mungkin pernah diledek. Tapi diledek disini bukan karena fisik atau harta, tapi karena dakwah. Misalnya saja, beberapa hari yang lalu, di facebook saya baca ada komentar yang menyudutkan seorang pengemban dakwah. Si peledek menulis yang kurang lebih, “Nahwu aja gak ngerti sok ngomongin Khilafah”, di temapat lain “baru tahu islam”, di lain waktu, “ngaji aja belepotan”, dan yang semisal dengan itu. Intinya, yang diledek adalah kita sebagai person, bukan pada ide atau pemikiran yang kita emban. Pengalaman saya sendiri, saya pernah diledek karena tidak bisa bahasa arab. Itu terjadi empat tahu yang lalu. Juga terjadi di facebook. Kenapa marak di medsos? karena di medsos, orang gak bertemu langsung, bahkan gak tahu wajah asli masing-masing, jadi rada berani. Karena kalo tatap muka, mungkin akan sungkan karena bisa melihat bagaimana wajah saat berubah ekspresi.
Pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan kalau kita diledek atau direndahkan seperti itu? Bagi saya pribadi, sekaligus saran bagi teman-teman sekalian, berikut yang bisa dilakukan.
1. Pahami, bahwa yang meledek kita itu sudah kalah secara intelektual. Kenapa? karena mereka tidak membantah ide kita, melainkan menyerang kita. Hal semacam ini termasuk dalam “cacat logika” atau logical fallacy. Menyerang person itu disebut argumentum ad hominem. So, kalau teman-teman diledek karena “suatu kelemahan” yang ada pada diri, maka banggalah. Apalagi dalam konteks dakwah. Serangan yang lakukan kepada kita menunjukan mereka tidak bisa membantah argumen atau ide yang kita sampaikan.
2. Apa yang disampaikan oleh peledek itu, tidak lain karena ia malas atau enggan berdiri di posisi kita. Logikanya, jika mereka yang meledek itu bagus bacaan Qur’annya, atau hebat bahasa arabnya, lantas kenapa mereka gak mendakwahkan apa yang kita sampaikan? Aneh kan?! Kanyataannya juga, tidak semua yang bagus bahasa arab atau ngajinya mau dakwah. Bahkan banya juga yang malah menghalangi dakwah.
3. Jika, ingat ya jika, apa yang mereka ucapkan kepada kita itu benar, maka kita terima saja itu sebagai sebuah nasihat sekaligus renungan. Kita jadikan ledekan itu sebagai motivasi untuk kita menjadi lebih baik. Kalo memang kita tidak bisa bahasa arab, maka kita harus belajar bahasa arab. Begitu juga, jika memang kita masih kesulitan membaca al Qur’an atau belum pas hukum dan sifat hurufnya maka segeralah untuk belajar al Qur’an. Jangan malu. Malulah kalau kita malas menuntut ilmu.
3. Belajarnya kita dalam ilmu nahwu, tajwid, fiqih dan lainnya tidak boleh membuat kita berhenti dalam dakwah. Jangan sampai kita malah terlena dalam menuntut ilmu dan melupan dakwah, khususnya dakwah ideologis. Tak perlu nunggu hebat dan pintar untuk dakwah. Sampaikan saja apa yang kita tahu, berikan argumen yang masuk akal. Karena hidayah itu bisa diterima oleh dan dari siapa saja. Kisah Al Ustadz Mahmudi Syukri –hafidzahullah- sebagai contoh bahwa perbedaan dari sisi keilmuan tak harus membuat kita berhenti dakwah. Beliau adalah alumni Tarim – Hadramaut, Yaman. 5 tahun di sana. Nyanti bertahun-tahun sebelum ke negeri habaib itu. Belajar bahasa arab, fiqih dan ushulnya. Bahkan beliau menulis dalam bidang ini. Namun, sebagaimana penuturan beliau, beliau malah menemukan pencerahan dari seorang mahasiswa yang belum selesai kuliahnya dan hanya penjaga maktab. Ini menunjukan, jika yang disampaikan itu haq, maka derajat keilmuan seharusnya tak membuat yang haq itu harus ditolak dan yang membawanya boleh dihinakan.

Teman-teman, sebelum diakhir tulisan ini, saya ingin berwasiat khususnya kepada diri saya pribadi. Belajarlah fiqih, nahwu, sharaf, tafsir, hadits, tajwid, dan sebagainya sebagai pemenuhan kita terhadap perintah nabi untuk menuntut ilmu. Manfaatkan semua sarana dan kesempatan. Jangan mencukupkan diri dengan apa yang sudah ada. Giatlah belajar, dengan catatan tanpa harus meninggalkan dakwah. Karena dakwah juga kewajiban. Allahu ta’ala a’lam. [Muhammad Tohir]

14 September 2016

Download MP3 Kajian Hadits Masjid Unpad Bandung (On Going)

Bismillah...
Langsung saja, yang ingin donwload rekaman kajian Hadits di Masjid Unpad Bandung. Kajian ini dilaksanakan setiap malam Rabu, dari ba'da maghrib hingga setengah sepuluh malam. Dibagi menjadi dua sesi, kajian ini dihadirkan oleh panitia untuk pemula, seperti saya. Sesi pertama adalah Syarah Al Manzhumah Al Baiquniyah oleh Al Ustadz Yuana Ryan Tresna -hafidzahullah-, mahasiswa Doktoral bidang Penelitian Balaghah pada Hadits-Hadits Qudsi. Beliay juga merupakan murid dari Al Ustadz DR. Ahmad Luthfi Fathullah, MA -hafidzahullah-, seorang pakar Hadits asli Indonesia. 
Sesi kedua adalah pembacaan Hadits Jami' Al Kabir (Sunan Tirmidzi) oleh Al Ustadz Fadhil Al Makkiy, Lc -hafidzahullah-, beliau adalah alumni Madrasah Shaulatiyah Makkah. Perlu diketahui Al Ustadz Fadhil Al Makkiy -hafidzahullah- adalah pemegang sanad beberapa kitab, termasuk sunan Tirmidzi. Oleh karena itu, pembacaan hadits ini juga sekaligus pemberian ijazah sanad kepada para thullab yang mengikuti kajian hingga selesai dibaca seluruh hadits dalam Sunan Tirmidzi. 
Kajian hadits ini baru berjalan 2 pertemua, dan insya Allah akan terus diupdate.
Saya mohon maaf jika kualitas suara kurang baik. Saya juga mohon maaf, jika ada bagian-bagian yang tidak sempat direkam.
Untuk mendownload semua file sekaligus, silahkan klik kanan atas box list file.
Untuk mendownload file satu-persatu, silahkan klik tombol panah kecil disamping kan setiap file yang ingin didownload.
Semoga bermanfaat!


 
Semua materi di Blog Catatan Seorang Hamba sangat dianjurkan untuk dicopy, dan disebarkan demi kemaslahatan ummat. Dan sangat disarankan untuk mencantumkan link ke Blog Catatan Seorang Hamba ini sebagai sumber. Untuk pembaca yang ingin melakukan kontak bisa menghubungi di HP: 082256352680.
Jazakumullah khairan katsir.