Oleh Muhammad Salim At-Tohiry
Beberapa kali penulis ketemu dengan pertanyaan yang meragukan
kebenaran bahwa islam adalah ideologi. Tidak jarang, yang penulis temui
juga adalah mereka yang menolak islam sebagai ideologi. Adapun alasannya
hampir sama –meski bisa jadi berbeda—, baik yang mempertanyakan maupun
yang menyanggah, membangun logikanya diatas premis “ideology adalah hasil pemikiran manusia”. Ada yang bertanya, “bukan
kah ideologi itu hasi pemikiran manusia? Sehingga kalo islam dianggap
sebagai ideologi, ini artinya kita menganggap islam sebagai buah pikiran
manusia?” Atau, ungkapan yang menyatakan, “islam itu buka ideologi, tapi ia adalah agama wahyu, dia adalah diin yang dibawa oleh nabi Muhammad”, dan kemudian menyimpulkan, “Oleh
karena itu, kesalahan besar jika menganggap islam sebagai ideology
karena ideology itu adalah kumpulan ide, sedangkan ide sendiri merupakan
hasil pemikiran manusia.”
Sekali lagi, pertanyaan dan pernyataan diatas dibangun diatas premis
bahwa ideologi itu hasil pemikiran manusia. Pada kesempatan ini penulis
mencoba berusaha memaparkan pemahaman penulis dalam polemik ini. Untuk
itu, harus kita susun rumusan masalah yang akan dibicarakan. Dalam
tulisan ini, penulis akan menggunakan metode induktif dalam
memberikan penjelasan. Kita akan merunutnya dari permasalah paling dasar
hingga bisa menarik kesimpulan serta jawaban, “benarkah islam itu
ideology”?!
Hal-hal yang mesti dipahami sebelum melakukan penarikan kesimpulan,
diantaranya adalah, apa ideology itu? Benarkah ideology itu hasil
pemikiran manusia? Barulah kita temukan jawaban, apakah islam itu
ideology? Insya Allah kita akan membedahnya satu per satu, semoga Allah
memberikan kemudahan dan meridhoi. Aamiin!
Ideologi? Apa itu?
Ketika penulis mengatakan kata “kursi”, penulis yakin bahwa pembaca
seketika akan membayangkah sebuah benda yang digunakan untuk duduk, dan
tidak mungkin membayangkan alat transportasi udara. Begitu juga ketika
pembaca menemukan kata “lampu”, maka dalam benar pembaca akan terbayang
sebuah benda yang bisa memancarkan cahaya dan digunakan sebagai
penerangan. Dua contoh ini menunjukan bahwa, kita bisa memahami setiap
kata yang kita dengar karena kita telah mempunyai informasi tentang kata
itu dengan baik. Jika tidak, maka akan menyebabkan kesalahan dalam
membuat sebuah gambaran tentang kata itu sendiri.
Anggapan bahwa ideologi adalah hasil pemikiran manusia, atau yang
semacam dengan ungkapan ini, pernah penulis miliki ketika dulu baru
masuk kuliah. Saat itu dalam sebuah rapat acara, dibicarakan tema acara
dimana ada prosa “islam ideologis” yang artinya islam yang bersifat
sebagai ideologi. Karena saat itu ada ghirah untuk memuliakan islam, Alhamdulillah,
–dengan pengetahuan seadanya— maka penulis menentang penggunaan istilah
ideologis terhadap islam. Argument penulis waktu itu, ideologi itu
tersusun dari kata idea dan logos (seperti bios dan logos
dalam bangunan kata biologi), yang masing-masing berarti ide/pemikiran
dan ilmu/pengetahuan. Karena ide itu adalah hasil akal manusia, maka
ideologi merupakan sebuah pengetahuan yang dibuat oleh manusia.
Sedangkan islam adalah agama wahyu. Begitulah kira-kira waktu itu
argument penulis!
Agar tidak terjadi kekaburan, alangkah baiknya kita menyepakati apa
definisi ideologi. Dalam hal ini, para pakar memberikan definisi yang
berbeda, namun jika ditarik sebuah garis lurus semuanya memiliki makna
yang sama. berikut definisi ideologi yang penulis kutip dari Wikipedia,
silahkan melakukan re-ceck untuk setiap sumber yang diberikan.
Kata ideologi diciptakan oleh Destutt de Tracy, pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains tentang ide".
Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara
memandang segala sesuatu secara umum dan beberapa arah filosofis, atau
sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh
anggota masyarakat. Adapun definisi lain menurut para ahli:
- Gunawan Setiardjo :
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau aqidah 'aqliyyah
(akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang melahirkan
aturan-aturan dalam kehidupan.
- Destutt de Tracy:
Ideologi adalah studi terhadap ide – ide/pemikiran tertentu.
- Descartes:
Ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia.
- Machiavelli:
Ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa.
- Thomas H:
Ideologi adalah suatu cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.
- Francis Bacon:
Ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari suatu konsep hidup.
- Karl Marx:
Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.
- Napoleon:
Ideologi keseluruhan pemikiran politik dari rival–rivalnya.
- Muhammad Ismail:
Ideologi (Mabda’) adalah Al-Fikru al-asasi al-ladzi hubna Qablahu
Fikrun Akhar, pemikiran mendasar yang sama sekali tidak dibangun
(disandarkan) di atas pemikiran pemikiran yang lain. Pemikiran mendasar
ini merupakan akumulasi jawaban atas pertanyaan dari mana, untuk apa dan
mau kemana alam, manusia dan kehidupan ini yang dihubungkan dengan asal
muasal penciptaannya dan kehidupan setelahnya!
- Dr. Hafidh Shaleh:
Ideologi adalah sebuah pemikiran yang mempunyai ide berupa
konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi akidah dan solusi atas
seluruh problem kehidupan manusia. Pemikiran tersebut harus mempunyai
metode, yang meliputi metode untuk mengaktualisasikan ide dan solusi
tersebut, metode mempertahankannya, serta metode menyebarkannya ke
seluruh dunia.
- Taqiyuddin An-Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir:
Mabda’ adalah suatu aqidah aqliyah yang melahirkan peraturan.
Yang dimaksud aqidah adalah pemikiran yang menyeluruh tentang alam
semesta, manusia, dan hidup, serta tentang apa yang ada sebelum dan
setelah kehidupan, di samping hubungannya dengan Zat yang ada sebelum
dan sesudah alam kehidupan di dunia ini. Atau Mabda’ adalah suatu ide
dasar yang menyeluruh mengenai alam semesta, manusia, dan hidup.
Mencakup dua bagian yaitu, fikrah dan thariqah.
Tambahan definisi ideologi dari kamus besar bahasa Indonesia versi Android. Dimana dinyatakan bahwa ideologi
berarti kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat
(kejadian) yang memberikan arah dan tujuan utn kelangsungan hidup. (bisa juga dilihat di sini)
Atau dalam konteks politik ideologi merupakan sistem kepercayaan
yg menerangkan dan membenarkan suatu tataan politik yg ada atau yg
dicita-citakan dan memberikan strategi berupa prosedur, rancangan,
instruksi, serta program untuk mencapainya; bisa juga berarti himpunan
nilai, ide, norma, kepercayaan, dan keyakinan yg dimiliki seseorang atau
sekelompok orang yg menjadi dasar dl menentukan sikap thd kejadian dan
problem politik yg dihadapinya dan yg menentukan tingkah laku politik; (lihat disini dengan kata pencarian “ideologi”).
Disini terlihat jelas bahwa ideologi adalah sebuah visi kompleks yang
digunakan sebagai sebuah sudut pandang, serta sebuah tujuan filosofis.
Dengan kata lain, ideologi melahirkan gagasan tertentu sebagai jawaban
saat melihat realitas factual. Jawaban ini lahir untuk menjadi
solusi terhadap semua problem yang dihadapi manusia dari cara berfikir
tertentu. Jika kita analogikan, ideologi itu ibarat sebuah pohon yang
memiliki cabang dan ranting, serta buah, dimana kesemuanya ada dan
tumbuh dari sumber yang sama, yakni akar. Begitu pula ideologi, ia
mempunyai sebuah asas/pondasi yang dari asas ini lahir kemudian berbagai
macam pemikiran dalam menjawab setiap problem yang dihadapi oleh
manusia didunia ini.
Asal Lahirnya Ideologi
Pertanyaan lanjutan setelah memahami definisi ideologi, apakah
ideologi itu hanya lahir dari kepala manusia saja? Ataukah mungkin saja
lahir dari selain itu?
Jika kita amati dengan baik definisi ideologi diatas, tidak kita
temukan satupun pendapat yang mengharuskan ideologi lahir dari akal
manusia. Semuanya bicara dalam definisi yang umum, yakni sebagai sebuah
pemikiran mendasar yang melahirkan sebuah aturan bagi kehidupan manusia.
Oleh karenanya, tidak tepat jika mengatakan bahwa ideologi itu hanya
lahir dari otak manusia saja. Yang lebih tepat adalah ideologi bisa
lahir dari akal manusia, bisa juga dari wahyu Allah SWT.
Syaikh Taqiyuddin An Nabhani –rahimahullahu- dalam karya beliau An-Nidzom Al-Islami, atau dalam judul terjemah Peraturan Hidup Dalam Islam yang merupakan kitab kajian pertama Hizbut Tahrir. Di dalam bab Qiyadah Fikriyah, ketika membahas tentang mabda’
(ideologi), beliau menyatakan bahwa ideologi itu bisa saja lahir dari
kejeniusan seseorang –terlepas salah atau benarnya—, bisa juga ideologi
itu lahir dari wahyu. (kitab ini dan kitab-kitab lain bisa pembaca download di kumpulan ebook pemikiran islam kaffah)
Yang dimaksud ideologi lahir dari kejeniusan akal menusia adalah
bahwa pemikiran cabang dari ideologi ini dirumuskan oleh akal manusia
semata. Akal menentukan bagaimana cara mengentaskan kemiskinan, meraih
kekayaan, memenuhi kabutuhan jasmani dan naluri manusia, mengurus Negara
serta urusan manusia lainnya. Adapun ideologi yang lahir dari wahyu
merupan sebuah ideologi yang melahirkan sebuah aturan hidup manusia yang
digali dari wahyu Allah SWT. Mengelola sumber daya alam, membangun dan
menjaga, serta menjalankan fungsi-fungsi Negara dan pemerintahan,
menyebarkan islam, menghukum pelaku kejahatan, dan semua metoda
pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan naluri manusia digali dari
wahyu di dalam Al-Qur’an dan Sunnah nabawiyah.
Lalu, Apakah Islam adalah Ideologi?
Al-Ustadz Dr. Samih Athif Az-Zain, seperti yang dikutip oleh Al-Ustadz Hafidz Abdurrahman, MA dalam buku Islam Politik dan Spiritual, mendefiniskan Islam
sebagai sebuah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi
Muhammad SAW untuk mengatur urusan manusia dengan Allah SWT, manusia
dengan dirinya sendiri, dan mengatur urusan menusia dengan manusia yang
lain.
Dari pengertian ini, islam mengandung 3 dimensi ajaran. Pertama, Aturan
tentang Manusia dengan Allah SWT. Tercakup dalam dimensi ini adalah
permasalahan yang berkaitan dengan ajaran dan aktifitas ibadah yang
secara khusus telah ditetapkan, yakni mencakup Aqidah dan Ibadah. Dimensi kedua adalah
ajaran tentang urusan manusia dengan dirinya sendiri. Dimensi berbicara
tentang bagaimana manusia menerapkan ajaran islam terhadap dirinya
sendiri. Cakupan dimensi ini adalah Akhlak, math’umat (makan dan minum), dan pakaian. Adapun dimensi yang ketiga adalah
ajaran islam yang mengatur hubungan manusia dengan manusia yang lain.
Dimensi ini merupakan dimensi paling besar dalam ajaran islam. Termasuk
dalam dimensi ini adalah ajaran islam dalam aspek kehidupan manusia,
baik ekonomi, politik, pendidikan, pemerintahan, budaya dan lain
sebagainya.
Semua ajaran ini telah ada dalam al Qur’an dan Sunnah Nabi, meski tak
semua terperinci secara detail, namun Allah telah memberikan standar
islam secara umum dalam melakukan perincian. Islam telah menjadikan
aqidah islam sebagai dasar dalam membangun pemikiran, ia juga menjadi
sudut pandang ketika menghadapi sebuah masalah. Dan tidak ketinggalan,
islam juga telah menunjukan jalan lurus dalam menjalani kehidupan di
dunia ini.
Dari kompleksnya ajaran islam, bahkan secara imani kita
meyakini tak ada satu perkarapun yang tidak ada jawabannya dalam islam,
menunjukan islam sebagai sebuah pemikiran yang menyeluruh tentang
manusia dan kehidupannya. Dimana pemikiran pokoknya adalah Aqidah, dan
pemikiran cabangnya adalah syari’ah. Sehingga, selain sebagai sebuah
agama yang memberikan ajaran yang bersifat ritual, tak salah jika islam
dikatakan sebuah ideologi. Karena islam juga bicara dalam urusan social.
Disinilah uniknya islam, ajarannya menunjukan dia sebagai agama
(ritual-moral) juga sebagai ideologi. Berbeda dengan agama dan ideologi
lain yang berdiri pada satu posisi saja. Semua agama selain islam hanya
bicara tentang ajaran ritual dan moral, tanpa memberikan jawaban
terhadap masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupannya. Nasrani
dan Yahudi yang terkategori sebagai agama samawi, juga agama ardhi
seperti Hindu, Budha, konghuchu, Zoroaster, dan sebagainya, tak ada
satupun yang bisa memberikan solusi kehidupan manusia. Semua agama ini
menyerahkan pengaturan kehidupan manusia kepada manusia itu sendiri, dan
hanya memberikan aturan berdimensi ukhrawi.
Begitu pula dalam konteks ideologi, Kapitalisme dan Sosialisme,
keduanya hanya berposisi sebagai ideologi semata. Dua ideologi ini hanya
memberikan kepada manusia dalam dimensi duniawi semata. Tak
heran jika kemudian antara agama dan ideologi selain islam ini melakukan
kolaborasi, karena realitas mereka mengharuskan hal itu.
Sedangkan islam, selain agama yang mengatur dimensi ritual dan moral,
islam juga mengatur dimensi social. Semua ajaran islam bersifat ukhrawi, meski tanpak sebagai aktifitas duniawi.
Ketika islam dijalankan dengan sempurna, maka tak heran rasanya kalau
kemudian lahir kehidupan yang berbeda dengan
kehidupan dalam agama dan ideologi lain. Karena Islam adalah Metode kehidupan yang unik.
Simpulan akhir
Setelah kita menjabarkan definisi ideologi serta asal kelahirannya,
kemudian kita bandingkan dengan islam, maka bisa kita simpulkan bahwa
islam adalah sebuah ideologi. Dengan argumen, islam merupakan agama yang
sempurna dan telah memberikan penjelasan atas segala sesuatu. Inilah
yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam Surah Al-Maa-idah ayat 3 dan
An-Nahl ayat 89. Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu.” (TQS. Al-Maa-idah: 3)
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri.” (TQS. Al-Maa-idah: 89)
Mungkin saja setelah membaca penjelasan sederhana dan ringkas ini
masih ada orang yang tetap menolak mengatakan islam sebagai sebuah
ideologi. Karena menganggap istilah ideologi berasal dari orang kafir
misal, atau sebatas emosi untuk tidak mensejajarkan islam dengan ajaran
manusia. Bagi penulis pribadi hal itu tak terlalu bermasalah. Yang
penting pembaca tetap mengimani bahwa islam adalah agama yang lengkap,
sempurna, dan telah memberikan penjelasan yang komprehensif bagi manusia
atas segala sesuatu di dunia ini.
Keimanan kita harus memastikan bahwa islam
tegak diatas aqidah dengan syari’ah sebagai cabang dan buahnya. Dimana
semua ajaran islam ini menuntut pelaksanaan, sehingga kemudian
diperjuangkan. terserah pembaca mau menyebut islam menggunakan istilah apa, diin, way of life,
atau yang lain. Karena menurut penulis, ketika kita memahami bahwa
islam adalah ajaran yang sempurna, yang menjelaskan peraturan tentang
kehidupan manusia, baik solusi masalah manusia, tata cara pelaksanaan solusi itu, menjada aqidah, serta menyebarkan dakwah maka pada saat itu sebenarnya pembaca sepakat bahwa
islam merupakan sebuah ideologi. Allahu ta’ala a’lam []
0 komentar :
Posting Komentar
Ikhwah fillah, mohon dalam memberikan komentar menyertakan nama dan alamat blog (jika ada). Jazakumullah khairan katsir