Sebagai seorang muslim tentu kita semua meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa Islam bukanlah agama yang paling benar, akan tetapi merupakan satu-satunya yang benar dan kita juga akan membela islam dengan jiwa dan raga! Ini tidak perlu kita perdebatkan lagi karena merupakan konsekuensi dari syahadat yang kita ucapkan. Namun memang ada pengecualian untuk kalangan Liberal, mereka tidak meyakini islam dengan sebenar-benarnya keyakinan. Karena mereka telah tertular sebuah penyakit aqidah yang sangat berbahaya yang bernama Sepilis A+.
Sepilis A+ adalah sebuah penyakit berbahaya yang menyerang pemikiran. Dia adalah kombinasi dari virus Sekulerisme, Pluralisme, dan Liberalisme. Kemudian karena proses reaksi filsafat maka sepilis mengalami mutasi sehingga menjadi penyakit yang lebih kompleks, yakni bertambahnya virus Atheisme dalam kombinasi penyakit ini. Dari titik pemikiran ini kemudian berlanjut pada tingkatan aqidah, sehingga aqidah mereka sangat rusak dan busuk.
Sebenarnya penyakit ini bukanlah penyakit yang baru, penyakit serupa sudah ada sejak dulu. Bahkan ketika nabi Muhammad masih ada penyakit ini sudah berkembang. Tentu dengan nama yang berbeda dengan yang ada sekarang. Mereka adalah kaum munafik.
Orang-orang munafik itu rata-rata merupakan hasil olahan perguruan tinggi di negeri salib. Tentu saja hasilnya akan memberikan keuntungan untuk kaum kuffar. Bagaimana tidak sesat, belajar islam kepada musuh islam?! Kalo dalam bahasa teman saya, “belajar agama kok sama orang junub?!”
Lihatlah betapa orang-orang munafik itu saat ini membela kaum kuffar melebihi pembelaan mereka terhadap kaum muslimin. Ketika orang kafir terkena musibah atau bencana maupun tragedy yang berkaitan dengan islam, mereka akan dengan sekuat tenaga menyalahkan dan menyudutkan islam dan ajarannya dengan maksud membela orang-orang kafir. Akan tetapi saat kaum muslimin didzalimi oleh orang kafir, mereka diam seperti bisu. Tak ada satupun kata yang keluar dari mulut mereka untuk membela kaum muslimin. Dan itu suatu kewajaran karena otak mereka dipenuhi dengan paham-paham filsafat barat yang menyesatkan yang dengan paham tersebut mereka digerakkan.
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: "Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu." Dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.” (QS. Al-Hasyr: 11)
Begitulah Allah mengingatkan kita bagaiman sikap orang munafik terhadap orang-orang kafir, mereka selalu membela mereka, bahkan mereka mau mengorbankan jiwa meraka hanya untuk orang-orang kafir. Padahal Allah telah mengingatkan kita agar kita tidak menjadikan orang kafir, baik dari kalangan yahudi maupun nasrani sebagai wali (pemimpin/teman).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Ma’idah: 51)
Kegilaan yang menjadi-jadi
Pada tahun 2005, ulama’ Indonesia melalui MUI mengeluarkan sebuah fatwa yang menggegerkan dunia kesesatan dan para pengikutnya. Melalu fatwa no.7/MUNAS VII/MUI/11/2005, MUI menyatakan bahwa Sepilis (tanpa “A+”, karena saat itu belum diketahui terkombinasi dengan virus Atheisme, pen.) merupakan paham yang menyesatkan dan menyalahi aqidah, dan haram ummat islam mengikutinya. (lihat http://www.mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=137)
Sontak saja saat itu mereka yang terjangkit virus-virus sepilis itu menjadi geram dan marah. Mereka kemudian bereaksi seperti orang yang sedang kerasukan. Mereka mencaci ulama dengan cacian yang menunjukan bahwa mereka adalah orang-orang bodoh yang tidak tahu agama tapi ngomongnya sok tahu.
Sejak fatwa itu ditetapkan, pada 29 Juli 2005, tiada hari tanpa cacian dan hujatan terhadap MUI. Ada yang menyatakan, MUI tolol, MUI konservatif, dan sebagainya. (lihat catatan akhir pekan Adhian Husaini ke 111, Senin, 08 Agustus 2005). Tapi karena negeri ini merupakan Negara sekuler dengan demokrasinya, maka dengan argument kebebasan mereka tetap “hidup” hingga sekarang. Merekapun terus bergerak melakukan penyebaran virus-virus pembawa penyakit Sepilis itu. Dengan sokongan dana yang besar dari para tuan mereka, para kafirin, mereka tiada hentinya melakukan kegilaan yang kian hari kian menggila saja.
Penyebaran sepilis semakin kencang pasca meninggalnya mantan presiden RI, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Dengan menggunakan media massa, ide-ide seperti Pluralisme cs. menjadi pembicaraan yang hangat. Di Koran-koran Gus Dur dan pluralisme menjadi headline. Di TV, radio, dan media elektronik lainnya pun menjadi isu utama yang dibicarakan. Bahkan sempat berkembang akan adanya pemberian gelar pahlawan kepada Gus Dur karena telah dianggap sebagai “pejuang” pluralisme.
Tak cukup disitu, saat ini mereka (pemikir liberal) sedang berusaha untuk membuka pintu kebebasan dalam mengacak-acak agama, terutama agama islam. Mereka gak suka kalau islam semurni yang dibawa Nabi Muhammad Saw. Mereka seperti orang-orang kafir yang tidak ridho hingga kita mengikuti millah mereka.
Para pecundang yang mencari uang
Melihat begitu giatnya kaum liberal kita tidak perlu heran. Karena memang mereka adalah hamba kaum kuffar. Mereka ingin mendapatkan uang dari setiap aktivitas yang mereka lakukan. Ingat pengakuan Ulil Abshar Abdalla yang mengatakan bahwa JIL (yang diplesetkan ulama jawa timur dengan Jaringan Iblis Laknatullah) mendapat 1,4 Miliyar per tahun dari The Asia Foundation, sebuah LSM internasional yang acap kali memberikan bantuan dana kepada para NGO lokal
Lihat pula pada kata pengantar Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam (CLD KHI) misalnya, secara gamblang, Tim Pengarusutamaan Gender (TPG) Pimpinan Musdah Mulia mengucapkan terima kasih pada The Asia Foundation (TAF). Menurut sejumlah kalangan, sudah barang tentu ucapan terima kasih TPG kepada TAF itu bukan sekadar basa-basi, namun benar-benar ada maksudnya
Hal ini diperkuat oleh pendapat salah seorang pejabat Departemen Agama yang tidak mau disebutkan namanya. Pejabat ini menyatakan, untuk mengegolkan CLD KHI, The Asia Foundation mengucurkan dana sebanyak enam miliar rupiah. (http://nojil.8m.net/pahamjil.html)
Inilah penggerak mereka. Mereka mau menjual agama hanya untuk uang. Mereka tidak peduli mau dikatan sesat, pengikut setan, maupun sebutan murtad dan kafir sekalipun. Yang mereka pikirkan hanya uang dan uang.
Demokrasi memelihara mereka
Sebagaimana saya singgung di atas, bahwa para pengusung liberalism hidup dengan aman karena negeri ini adalah Negara sekuler. Negara yang menganut system demokrasi. Negara yang menjunjung tinggi kebebasan.
Ketika mereka melakukan suatu pengrusakan terhadapa agama islam melalui gagaasan sesatnya, maka dengan mudah mereka berkilah “ini adalah hak saya mengungkapkan pendapat”. Begitu pula saat mereka membela Ahmadiyah yangs sesat, mereka akan menggunakan HAM sebagai alasan. Kalaupun nanti Negara mencoba menghentikan mereka, namun harus melalui musyawarah terlebih dahulu.
Lihat misalnya dalam kasus Judicial reviuw UU No 1 PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, MK harus mendengarkan saksi ahli dari berbagai pihak terkait. Dari ormas islam, pemerintah, MUI, dan dalam sebuah berita saya yang baca, (maaf saya lupa dimana say abaca), MK akan memanggil seorang guru besar dari Amerika. Seorang pakar HAM beramaga kristen.
Sungguh aneh, menyelesaikan masalah agama islam harus memanggil orang kafir untuk diminta pendapatnya. Tentu saja mereka akan memberikan pendapat yang menguntungkan mereka.
Begitulah Negara demokrasi, yang haram didiskusikan untuk kemudian dihalalkan. Yang halal dipermasalahkan sehingga menjadi haram. Mereka masih belum meyakini bahwa islam, dengan syari’ahnya, mampu menyelesaikan masalah yang menimpa ummat saat ini.
Islam hanya akan terjaga dengan aman dari kotoran yang mencoba mendekatinya jika 3 komponen utama menjalankan islam dengan benar. Individu yang bertaqwa, kelompok yang mendakwahkan islam dan menjaga kemurnian islam, dan Negara yang menjalankan syari’at islam. Jika semua komponen ini telah terwujud sesuai aturan islam maka islam akan mudah kita lindungi.
Maka, tak ada solusi lain jika kita ingin agama ini terjaga kemurniannya selain kembali menjalankan syari’at islam dengan sempurna dalam sebuah wadah Negara islam, yakni khilafah Islamiyah.
Sepilis A+ adalah sebuah penyakit berbahaya yang menyerang pemikiran. Dia adalah kombinasi dari virus Sekulerisme, Pluralisme, dan Liberalisme. Kemudian karena proses reaksi filsafat maka sepilis mengalami mutasi sehingga menjadi penyakit yang lebih kompleks, yakni bertambahnya virus Atheisme dalam kombinasi penyakit ini. Dari titik pemikiran ini kemudian berlanjut pada tingkatan aqidah, sehingga aqidah mereka sangat rusak dan busuk.
Sebenarnya penyakit ini bukanlah penyakit yang baru, penyakit serupa sudah ada sejak dulu. Bahkan ketika nabi Muhammad masih ada penyakit ini sudah berkembang. Tentu dengan nama yang berbeda dengan yang ada sekarang. Mereka adalah kaum munafik.
Orang-orang munafik itu rata-rata merupakan hasil olahan perguruan tinggi di negeri salib. Tentu saja hasilnya akan memberikan keuntungan untuk kaum kuffar. Bagaimana tidak sesat, belajar islam kepada musuh islam?! Kalo dalam bahasa teman saya, “belajar agama kok sama orang junub?!”
Lihatlah betapa orang-orang munafik itu saat ini membela kaum kuffar melebihi pembelaan mereka terhadap kaum muslimin. Ketika orang kafir terkena musibah atau bencana maupun tragedy yang berkaitan dengan islam, mereka akan dengan sekuat tenaga menyalahkan dan menyudutkan islam dan ajarannya dengan maksud membela orang-orang kafir. Akan tetapi saat kaum muslimin didzalimi oleh orang kafir, mereka diam seperti bisu. Tak ada satupun kata yang keluar dari mulut mereka untuk membela kaum muslimin. Dan itu suatu kewajaran karena otak mereka dipenuhi dengan paham-paham filsafat barat yang menyesatkan yang dengan paham tersebut mereka digerakkan.
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: "Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu." Dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.” (QS. Al-Hasyr: 11)
Begitulah Allah mengingatkan kita bagaiman sikap orang munafik terhadap orang-orang kafir, mereka selalu membela mereka, bahkan mereka mau mengorbankan jiwa meraka hanya untuk orang-orang kafir. Padahal Allah telah mengingatkan kita agar kita tidak menjadikan orang kafir, baik dari kalangan yahudi maupun nasrani sebagai wali (pemimpin/teman).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Ma’idah: 51)
Kegilaan yang menjadi-jadi
Pada tahun 2005, ulama’ Indonesia melalui MUI mengeluarkan sebuah fatwa yang menggegerkan dunia kesesatan dan para pengikutnya. Melalu fatwa no.7/MUNAS VII/MUI/11/2005, MUI menyatakan bahwa Sepilis (tanpa “A+”, karena saat itu belum diketahui terkombinasi dengan virus Atheisme, pen.) merupakan paham yang menyesatkan dan menyalahi aqidah, dan haram ummat islam mengikutinya. (lihat http://www.mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=137)
Sontak saja saat itu mereka yang terjangkit virus-virus sepilis itu menjadi geram dan marah. Mereka kemudian bereaksi seperti orang yang sedang kerasukan. Mereka mencaci ulama dengan cacian yang menunjukan bahwa mereka adalah orang-orang bodoh yang tidak tahu agama tapi ngomongnya sok tahu.
Sejak fatwa itu ditetapkan, pada 29 Juli 2005, tiada hari tanpa cacian dan hujatan terhadap MUI. Ada yang menyatakan, MUI tolol, MUI konservatif, dan sebagainya. (lihat catatan akhir pekan Adhian Husaini ke 111, Senin, 08 Agustus 2005). Tapi karena negeri ini merupakan Negara sekuler dengan demokrasinya, maka dengan argument kebebasan mereka tetap “hidup” hingga sekarang. Merekapun terus bergerak melakukan penyebaran virus-virus pembawa penyakit Sepilis itu. Dengan sokongan dana yang besar dari para tuan mereka, para kafirin, mereka tiada hentinya melakukan kegilaan yang kian hari kian menggila saja.
Penyebaran sepilis semakin kencang pasca meninggalnya mantan presiden RI, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Dengan menggunakan media massa, ide-ide seperti Pluralisme cs. menjadi pembicaraan yang hangat. Di Koran-koran Gus Dur dan pluralisme menjadi headline. Di TV, radio, dan media elektronik lainnya pun menjadi isu utama yang dibicarakan. Bahkan sempat berkembang akan adanya pemberian gelar pahlawan kepada Gus Dur karena telah dianggap sebagai “pejuang” pluralisme.
Tak cukup disitu, saat ini mereka (pemikir liberal) sedang berusaha untuk membuka pintu kebebasan dalam mengacak-acak agama, terutama agama islam. Mereka gak suka kalau islam semurni yang dibawa Nabi Muhammad Saw. Mereka seperti orang-orang kafir yang tidak ridho hingga kita mengikuti millah mereka.
Para pecundang yang mencari uang
Melihat begitu giatnya kaum liberal kita tidak perlu heran. Karena memang mereka adalah hamba kaum kuffar. Mereka ingin mendapatkan uang dari setiap aktivitas yang mereka lakukan. Ingat pengakuan Ulil Abshar Abdalla yang mengatakan bahwa JIL (yang diplesetkan ulama jawa timur dengan Jaringan Iblis Laknatullah) mendapat 1,4 Miliyar per tahun dari The Asia Foundation, sebuah LSM internasional yang acap kali memberikan bantuan dana kepada para NGO lokal
Lihat pula pada kata pengantar Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam (CLD KHI) misalnya, secara gamblang, Tim Pengarusutamaan Gender (TPG) Pimpinan Musdah Mulia mengucapkan terima kasih pada The Asia Foundation (TAF). Menurut sejumlah kalangan, sudah barang tentu ucapan terima kasih TPG kepada TAF itu bukan sekadar basa-basi, namun benar-benar ada maksudnya
Hal ini diperkuat oleh pendapat salah seorang pejabat Departemen Agama yang tidak mau disebutkan namanya. Pejabat ini menyatakan, untuk mengegolkan CLD KHI, The Asia Foundation mengucurkan dana sebanyak enam miliar rupiah. (http://nojil.8m.net/pahamjil.html)
Inilah penggerak mereka. Mereka mau menjual agama hanya untuk uang. Mereka tidak peduli mau dikatan sesat, pengikut setan, maupun sebutan murtad dan kafir sekalipun. Yang mereka pikirkan hanya uang dan uang.
Demokrasi memelihara mereka
Sebagaimana saya singgung di atas, bahwa para pengusung liberalism hidup dengan aman karena negeri ini adalah Negara sekuler. Negara yang menganut system demokrasi. Negara yang menjunjung tinggi kebebasan.
Ketika mereka melakukan suatu pengrusakan terhadapa agama islam melalui gagaasan sesatnya, maka dengan mudah mereka berkilah “ini adalah hak saya mengungkapkan pendapat”. Begitu pula saat mereka membela Ahmadiyah yangs sesat, mereka akan menggunakan HAM sebagai alasan. Kalaupun nanti Negara mencoba menghentikan mereka, namun harus melalui musyawarah terlebih dahulu.
Lihat misalnya dalam kasus Judicial reviuw UU No 1 PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, MK harus mendengarkan saksi ahli dari berbagai pihak terkait. Dari ormas islam, pemerintah, MUI, dan dalam sebuah berita saya yang baca, (maaf saya lupa dimana say abaca), MK akan memanggil seorang guru besar dari Amerika. Seorang pakar HAM beramaga kristen.
Sungguh aneh, menyelesaikan masalah agama islam harus memanggil orang kafir untuk diminta pendapatnya. Tentu saja mereka akan memberikan pendapat yang menguntungkan mereka.
Begitulah Negara demokrasi, yang haram didiskusikan untuk kemudian dihalalkan. Yang halal dipermasalahkan sehingga menjadi haram. Mereka masih belum meyakini bahwa islam, dengan syari’ahnya, mampu menyelesaikan masalah yang menimpa ummat saat ini.
Islam hanya akan terjaga dengan aman dari kotoran yang mencoba mendekatinya jika 3 komponen utama menjalankan islam dengan benar. Individu yang bertaqwa, kelompok yang mendakwahkan islam dan menjaga kemurnian islam, dan Negara yang menjalankan syari’at islam. Jika semua komponen ini telah terwujud sesuai aturan islam maka islam akan mudah kita lindungi.
Maka, tak ada solusi lain jika kita ingin agama ini terjaga kemurniannya selain kembali menjalankan syari’at islam dengan sempurna dalam sebuah wadah Negara islam, yakni khilafah Islamiyah.
0 komentar :
Posting Komentar
Ikhwah fillah, mohon dalam memberikan komentar menyertakan nama dan alamat blog (jika ada). Jazakumullah khairan katsir