Kyai Kamil Abdullah -hafidzhahullah- |
.oO AWAL KISAH Oo.
Pak Ebo adalah orang 'dekat' Kyai Muri. Hampir tiap kali Kyai Muri ada keperluan pergi, Pak Ebo-lah yang selalu mendampingi. Pak Ebo memang pintar mengambil hati. Tutur katanya manis, murah
senyum, pembawaannya santun, dan kepada orang lain tampak bersikap
sangat menghargai. Sedangkan Kyai Muri, disamping seorang
muballigh dan Ulama, beliau juga 'mantan' politisi. Di era Soeharto
beliau pernah menjadi anggota Parlemen secara berturut-turut 2 kali. Dan
tentu saja dalam rentang waktu satu dasawarsa banyak 'pengalaman dan
sepak terjang politik pragmatis' telah beliau jalani.
Alhamdulillah, setelah memahami problematika umat dan solusinya dalam
perspektif Islam, Kyai Muri memiliki kesadaran baru, semangat baru dan
komitmen baru.
"Ustadz, mohon bimbingannya. In syaa Allah saya
sudah bertekad untuk menghabiskan sisa umur saya sebagai seorang
pengemban da'wah. Semoga ini menjadi jalan 'pertaubatan' saya kepada
Allah dari segala dosa." kata Kyai Muri saat berkunjung ke 'gubuk' saya
bersama Pak Ebo.
"Aamiin. Jadi Kyai sudah siap menjadi KADER da'wah?"
"In syaa Allah siap, Ustadz!". Jawab beliau mantap.
"Kalau begitu, mari kita samakan dulu persepsi kita. PERTAMA, yang
namanya KADER –apalagi kader da'wah– syaratnya harus 'MILITAN'."
"MILITAN itu apa Ustadz?" Kyai Muri minta penjelasan.
"MILITAN itu me(MILI)ki kekuatan dan keterika(TAN). Maksudnya: kekuatan AQIDAH dan keterikatan pada SYARI'AH."
Kyai Muri mengangguk-angguk tanda setuju. Saya melanjutkan:
"KEDUA, agar terbentuk 'KEKUATAN' dan 'KETERIKATAN' tersebut, maka
harus ada PEMBINAAN INTENSIF, rutin seminggu sekali. Bagaimana, Kyai
bersedia?"
"Bersedia, Ustadz!"
"Alhamdulillah. KETIGA, ILMU harus disertai AMAL. Tidak cukup hanya mengikuti PEMBINAAN, tapi
harus ditindaklanjuti dengan terjun ke masyarakat, menunaikan AMANAH
DA'WAH yang dibebankan. Apakah Kyai merasa keberatan?"
"Tidak Ustadz! In syaa Allah saya sudah bertekad bulat."
"Alhamdulillah."
Saya raih tangan kanan Kyai Muri dan saya jabat erat dengan kedua tangan saya sambil berdoa, "Semoga Allah menuntun kita melalui hidayah-Nya. Dan meneguhkan langkah kita dengan kesabaran dan keistiqamahan di jalan-Nya."
"Aamiin!" kami berdua sama-sama mengamini.
"Oya, Pak Ebo…", saya sapa Pak Ebo yang sejak tadi hanya berdiam diri.
"Ya, Ustadz…?"
"Pak Ebo sendiri bagaimana komitmennya?"
"Saya ikut apa kata Kyai Muri saja, Ustadz!"
"O, baik… Jadi untuk Pembinaan Intensif Angkatan ke 2, hari Sabtu lusa di Desa Bambusari, Pak Ebo bisa ikut?"
"Bisa, Ustadz"
*** *** ***
Sabtu siang saya kontak Kyai Muri untuk memastikan acara Pembinaan Intensif Angkatan ke 2 nanti malam bisa berjalan lancar. "Kyai, nanti malam acara kita jadi?"
"In syaa Allah jadi, Ustadz! Tempat sudah siap."
"Total peserta berapa jumlahnya?"
"10 orang dengan Pak Ebo, Ustadz!"
"Semua peserta sudah dikonfirmasi?"
"Sudah Ustadz, semua bersedia hadir"
"Termasuk Pak Ebo?"
"Ya, Ustadz!"
Malamnya acara berlangsung lancar dan terbilang sukses. Dari 10
peserta, hanya 1 orang yang tidak hadir. Pak Ebo. Tanpa keterangan
yang jelas. Esoknya ada kabar, bahwa Pak Ebo berhalangan hadir
tadi malam, karena mendadak harus menolong seseorang yang sedang
mengalami kesulitan ekonomi.
Hari-hari berikutnya, Pak Ebo masih tetap setia mengantarkan Kyai Muri ke mana-mana dan sering pula menemui saya.
*** *** ***
Kegiatan da'wah di Kecamatan Mercusari terus bergulir. Minggu ini akan
diselenggarakan Pembinaan Intensif Angkatan ke 3 di Desa Suci. Desanya
Pak Ebo. Seperti minggu lalu, Pak Ebo juga menyatakan siap hadir.
Dan ternyata hal serupa terulang. Hanya satu orang yang tidak kelihatan
batang hidungnya. Pak Ebo. Izin? Tidak!
Lagi-lagi, esoknya
tersiar kabar, Pak Ebo tadi malam tidak bisa hadir karena harus
mengantarkan keponakannya yang perempuan ke rumah familinya untuk urusan
keluarga yang sangat penting.
*** *** ***
Da'wah terus
berjalan. Soal 2 kali ketidakhadiran Pak Ebo hanya ibarat 'kerikil
kecil' yang hancur tergilas oleh putaran roda-roda besar da'wah. Bahkan kami semua terlupa. Acara Pembinaan Intensif berikutnya Angkatan
ke 4 di Desa Kawung berlangsung, tanpa ada kontak samasekali dengan Pak
Ebo. Ia seperti menghilang begitu saja. Dan 'anehnya', kami semua tak
ada satupun yang merasa kehilangan dia.
Agenda minggu ini Pembinaan Intensif Angkatan ke 5 di desa Kebunsari. Sejauh ini, dari 7 desa di Kecamatan Mercusari, alhamdulillah, sudah 5
desa yang melaksanakan Pembinaan Intensif: Desa Kawang, Desa Bambusari,
Desa Suci, Desa Kawung dan Desa Kebunsari. Akan halnya Pak Ebo, atas kehendak Allah, tersingkaplah satu per satu 'modus' dan 'aib' yang sekian lama ia tutupi:
- Kesetiaannya mendampingi Kyai Muri ternyata hanyalah 'modus' Pak Ebo agar 'aman' dari 'kecurigaan' sang istri.
- Alasan 'membantu' orang yang 'kesulitan ekonomi' merupakan 'modus' Pak Ebo untuk meraup keuntungan materi dengan menjadi makelar dalam 'mencarikan dan mencairkan' hutang 'ribawi'.
- Alasan 'mengantarkan' keponakan perempuannya menemui famili adalah 'modus' Pak Ebo untuk bisa pergi 'indehoy' bersama wanita selingkuhannya yang ia rahasiakan selama ini!
Astaghfirullaahal'azhiim… Na'uudzu billaahi min dzaalik!
Untuk acara Pembinaan Intensif Angkatan ke 5 ini, Pak Ebo 'dipastikan'
tidak hadir lagi. Dia benar-benar tidak bisa menghadiri. Dan mustahil
datang walau dipaksa setengah mati. Karena dia… memang… sudah 'keburu'…
MATI! [k@]
-----------------
-----------------
.oO AKHIR KISAH Oo.
0 komentar :
Posting Komentar
Ikhwah fillah, mohon dalam memberikan komentar menyertakan nama dan alamat blog (jika ada). Jazakumullah khairan katsir