Oleh Muhammad Tohir
Lidi-lidi yang kurus dan lemah akan menjadi kuat, keras dan kokoh ketika semuanya diikat menjadi satu kesatuan, tak mudah dipatahkan dan sangat efektif untuk membersihkan kotoran di tanah.
Demikianlah filosofi bagaimana sebenarnya sebuah persatuan dan kebersamaan akan memberikan sebuah energi diluar dirinya, yang bisa membuat sesuatu yang mungkin tak terpikirkan sebelumnya. Begitu pula ummat Islam. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan ummatnya untuk bersatu dan tidak berpecah belah karena ada sesuatu yang ingin Allah perlihatkan kepada kita, bahwa bersatunya ummat islam akan membuat islam dan kaum muslimin menempati posisi yang sebenarnya, Berkah dan Mulia.
Ummat Islam Wajib Bersatu!
Banyak sekali dalil yang mewajibkan ummat islam untuk bersatu dan tidak berpecah belah, baik itu dari Al-Qur’an maupun Hadist. Misalnya dalam Ali 'Imran ayat 103, Allah SWT berfirman:
“Berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai.” (QS. Ali 'Imran: 103).
Jika lidi-lidi itu ada pengikat yang menyatukannya, maka ikatan yang menyatukan ummat islam adalah Aqidah. Bukan yang lain. Hal ini karena dalam islam ada prinsip ukhuwah islamiyah, yakni muslim yang satu dengan yang lain adalah bersaudara.
Meskipun muslim yang satu dengan yang lain tidak ada ikatan nasab, tidak dalam alur keturunan, akan tetapi mereka adalah bersaudara. Karena bersaudaranya kaum muslimin dikarenakan iman. Jika iman itu lepas darinya, maka lepas pula ikatan persaudaraannya meski ia adalah saudara sedarah. Allah SWT berfirman:
“orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara…” (QS. Al-Hujuraat: 10)
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa persaudaraan antara kaum Mukmin adalah dalam hal diin dan kehormatan, bukan dalam nasab. Karena itu, persaudaraan dalam diin lebih kokoh dibandingkan dengan persaudaraan dalam nasab. Sebab, persaudaraan nasab dapat terputus dengan perbedaan diin, sedangkan persaudaraan dîn tidak pernah terputus dengan perbedaan nasab.
Dalam sebuah hadist yang masyhur, Rasulullah bersabda, “seorang muslim adalah saudara muslim yang lain”.
“Kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman dan belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai …” (HR Muslim).
Selain itu, Nabi Muhammad SAW mengibaratkan persatuan ummat islam seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan.
“sesungguhnya orang-orang mukmin dengan orang mukmin lainnya itu ibarat bangunan, yang satu bagian menguatkan bagian yang lainnya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Begitulah ummat islam, persatuannya bukan dikarenakan adanya faktor-faktor lain, namun ia merupakan konskuensi dari keimanan. Oleh karenanya pula, persatuan ummat islam tidaklah dibatasi oleh sekat-sekat kebangsaan dan kesukuan apalagi kekeluargaan. Sayang, saat kaum Muslim terbagi dalam banyak negara seperti sekarang, mereka menjadi umat yang lemah, terpecah-belah, dan mudah diadu-domba. Akhirnya, Seperti lidi-lidi yang kecil dan lemah yang mudah dipatahkan, maka ummat islam mudah dikuasai musuh-musuhnya.
Lepaskan Ikatan Jahiliyah
Rasulullah mengatakan bahwa orang yang ashobiyah, yakni fanatik terhadap golongan, baik itu kelompok, bangsa, suku, dan yang lainnya maka ia tidaklah termasuk ummat nabi Muhammad SAW. Sabdanya:
“Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyerukan ashabiyah, orang yang berperang karena ashabiyah, serta orang-orang yang mati karena membela ashabiyah.” (HR. Abu Dawud)
Termasuk bentuk ashobiyah adalah nasionalisme. Ia merupakan paham yang mengajarkan untuk mencintai negaranya dengan konsekuensi mengabaikan urusan Negara lain –termasuk manusia yang ada di dalamnya— meskipun mereka adalah saudara seiman.
Bukti nyata ketika ashobiyah menjadi penjara dalam hati kaum muslimin adalah apa yang terjadi di negeri Palestina. Ummat islam disana berpuluh-puluh tahun telah dijajah, diusir dan dibantai oleh bangsa Yahudi-israel laknatullah ‘alaihim. Padahal ummat islam didunia lebih dari 1,5 miliyar jiwa!. Sangat besar jika dibandingkan dengan Israel. Tapi kenapa sejak 1948 hingga kini palestina tak kunjung bebas dari belenggu kebiadan Israel? Jawabannya karena nasionalisme yang mengungkung ummat islam untuk membantu saudaranya.
Kita lihat Mesir, negeri yang dikenal sebagai “Negeri Santri” dunia dengan Al-Azharnya tidak mampu membantu bangsa Palestina. Bahkan parahnys lagi, Mesir malah turut mendzolimi mereka. Lihat saja missal ketika mereka menutup pintu Gerbang Rafah, satu-satunya pintu yang memungkinkan masuknya bantuan ke Palestina setelah 7 pintu yang lain dikuasai oleh Israel, termasuk pesisir pantainya ada dalam “genggaman” Negara Yahudi itu.
Ternyata apa yang dilakukan pemerintah Mesir tidak cukup hanya sampai disitu. Mereka juga telah berkomplot dengan Israel dan Amerika untuk memenjarakan semua rakyat Gaza-Palestina, yakni dengan membangun tembok pembatas sepanjang perbatasan Mesir-Gaza yang terbuat dari baja. Tak pelak tindakan tersebut mendapat kecaman dari dunia dan fatwa haram dari para ulama’, termasuk syaikh DR. Yusuf al-Qardhawi. Akan tetapi untuk menjustifikasi kebiadaban itu, Mesir menggunakan ulama’ kacung agar mengeluarkan fatwa bolehnya tindakan tersebut, dengan alasan hak, tanah aitr, hingga dharar. Ulama’ itu tidak lain adalah Dr. Thanthawi, syaik al-Azhar, ulama’ yang lebih takut kepada Penguasa daripada kepada Allah.
Ini hanyalah satu bagian dari sekian panjang episode kehidupan ummat islam saat ini. Afghanista, Irak, Filipina, Cechnya, Sudan, dan negeri-negeri lain termasuk Indonesia bukti bahwa Nasionalisme telah menghinakan ummat Islam. Maha Benar Allah yang telah mengabarkan dengan Hadist Rasulullah, bahwa ummat ini berkuantitas banyak namun tak berdaya menghadapi musuh-musuh islam. Sabda Nabi:
”Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kalian, sebagaimana orang lapar mengepung tempat makanan.” Berkata seorang sahabat, “ Apakah karena kita sedikit pada saat itu?” Rasul saw. bersabda,” Bahkan kalian pada saat itu banyak, tetapi kalian seperti buih lautan. Allah akan mencabut dari hati musuh kalian rasa takut pada kalian. Dan Allah memasukkan ke dalam hati kalian Wahn.” Berkata seorang sahabat,”Apakah Wahn itu wahai Rasulullah saw?” Rasul saw, bersabda “Cinta dunia dan takut mati”. (HR Abu Dawud)
“Cinta dunia dan takut mati” adalah kata kunci kenapa ummat ini begitu lemah. Ketika dunia menjadi penghuni hati sesorang, maka ia akan mengabaikan perintah-perintah Allah yang akan mengancam “dunia”nya. Tentu saja, kecintaannya pada nikmat dunia membuatnya berkhayal untuk hidup selamanya dan menjadi takut mati. Demikian pula penguasa-penguasa sekarang, lebih memilih dunia ketimbang mentaati perintah Allah SWT untuk membantu membebaskan ummat Islam di Palestina. Sekali lagi, ini karena otak-otak ummat telah dililit oleh tali nasinalisme yang kotor. Maka sudah saatnya melepaskan ikatan jahiliyah itu. Gantilah dengan ikatan Aqidah Islam!
Khatimah: Wujud Nyata Persatuan
Ukhuwah Islamiyah harus diwujudkan secara nyata. Tidak hanya sekedar jargon samata. Wujud ukhuwah islamiyah tidak hanya bersifat individual, namun juga harus diwujudkan dalam tatanan kehidupan yang dapat menjaga keberlangsungan ukhuwah itu sendiri. Kesatuan itu tidak lain adalah kesatuan politik ummat Islam, yakni dalam naungan Negara Islam yang menjalan syari’ah islam, termasuk mengibarkan panji-panji Jihad untuk mengancurkan kebiadan musuh islam dan membebaskan Negeri-Negeri Islam dari belenggu orang-orang kafir. Dialah Negara yang saat ini kita rindu dan kita perjuangkan, Daulah Khilafah Islamiyah.
Islam menetapkan, kesatuan umat dan negara merupakan salah satu qâdhiyyah mashiriyyah (perkara utama). Sebab, asy-Syari‘ telah menjadikan hidup dan mati untuk menyelesaikannya. Dengan kesatuan itulah, kaum Mukmin menjadi kuat, sebagaimana sabda Rasul SAW diatas, bahwa Mukmin dengan Mukmin lainnya bagaikan satu bangunan, sebagian menguatkan sebagian lainnya.
Ikatan Aqidahlah yang mampu menjalin keberagaman masyarakat, yang di dalam sejarah umat manusia mampu menyatukan suku-suku, ras, kelompok, bangsa-bangsa, dari semenanjung Andalus di daratan Eropa hingga Kepulauan Nusantara, dari pegunungan Kaukasus hingga pedalaman hutan Afrika, hanyalah ikatan akidah dan ukhuwah Islam yang mampu mewujudkan semua itu.
Bagaikan lidi yang diikat dengan rapi dan kuat, maka ummat islam akan menjadi ummat terbaik didunia yang akan menyapu setiap jengkal kebiadaban. Tak akan ada lagi kehinaan, tak akan ada lagi kedzoliman. Disaat itulah kemuliaan kan diraih dan kejayaan menjadi sebuah kepastian. Yakinlah‼! Wallahu a’lam bishshowab.
0 komentar :
Posting Komentar
Ikhwah fillah, mohon dalam memberikan komentar menyertakan nama dan alamat blog (jika ada). Jazakumullah khairan katsir